things he never say

921 126 30
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



. . . . . ╰──╮❀╭──╯ . . . . .




Sebulan lebih seminggu, Nolan sudah bisa berjalan tanpa bantuan apapun. Kursi rodanya juga sudah tidak dipakai sekarang.

Besok adalah hari dimana harusnya laki-laki itu menggelar konser bersama ketiga sahabatnya, sayangnya ia memantapkan niat untuk tidak berpartisipasi dengan alibi pemulihan.

Selama itu pula lah Nolan berusaha mati-matian agar tidak jatuh kepada Winter, perempuan itu sungguh bisa meluluhkan hatinya ditengah gempuran rumor yang menyerangnya.

Siapa yang tidak jatuh hati?

Nolan hanya ingin menyampaikan sesuatu yang harus diketahui oleh Winter tentang perasaannya, tapi ia tidak bisa berucap begitu saja dengan kondisi sadar.

Dengan bodohnya laki-laki tersebut menenggak tandas sebotol alkohol mengulang kejadian lama.

Karna jika ia jujur dihadapan Winter dengan kondisi sadar, ia akan malu setengah mati. Jadi satu-satunya cara adalah dengan mabuk, agar ia bisa lebih leluasa mengungkapkan semuanya.

Winter yang baru pulang dari rumah ayahnya langsung dikejutkan oleh tubuh suaminya yang terkapar diatas sofa dengan badan terbalik.

"Ya tuhan, ngapain lagi orang ini" ucap perempuan itu penuh tekanan.

Segera ia menarik tangan Nolan agar duduk dengan benar diatas sofa selayaknya orang normal, aroma khas alkohol menyerbak masuk ke hidungnya, membuat Winter mengibaskan tangan di udara.

"Mabuk lagi kamu? baru sembuh langsung mabuk-mabukan? biar apa!" hardik Winter, tangannya tak segan-segan menampar pipi kiri Nolan.

Nolan menarik tangan Winter sampai perempuan itu terduduk disebelahnya.

"Listen! aku harus mabuk biar bisa jujur. Tapi aku masih sadar, aku masih bisa pakai otak kok. Gak bakal ada anak setelah ini, gak usah panik!" ungkap Nolan. Ia tau Winter panik saat dirinya semakin maju menghimpit tubuh mungil tersebut.

"Persetan dengan Mira, i think I'm starting to love you ─"

"Omong kosong" Winter memotong kalimat Nolan.

Nolan menepuk pelan bibir tipis istrinya "Diam dulu! main nyela aja orang belum selesai ngomong!" sahut laki-laki tersebut.

"Aku rela mabuk loh demi ngungkapin gini doang. Aku gak bodoh untuk ngebedain perasaan ku sendiri, Winter. Ayo kita mulai semuanya dari awal" laki-laki itu mulai menggenggam kuat kedua tangan Winter

𝗣𝗲𝗿𝗳𝗲𝗰𝘁𝗹𝘆 𝗪𝗿𝗼𝗻𝗴 || 𝗪𝗵𝗶𝘁𝗼𝗿𝘆Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang