24 ; the most painful ending

511 72 54
                                    

Ashilla nekat menunggu Moza pulang kerja di depan rumahnya yang masih berada di kawasan pusat kota

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ashilla nekat menunggu Moza pulang kerja di depan rumahnya yang masih berada di kawasan pusat kota. Sejak sore, sejak ia bangun dari tidur panjangnya dan melihat pesan panjang dari Jihan yang tak berhenti menghardik dirinya. Cewek itu bahkan mengabaikan pesan dari Wildan, cowok yang kemungkinan besar juga disakitinya kemarin malam dilihat dari petuah panjang yang dikirimkan Jihan. Namun Ashilla belum ingin bertemu dengan si pria, sehingga ia sengaja tak membaca satupun pesan darinya.

Setelah empat jam lamanya, Moza muncul juga. Keluar dari sebuah taksi biru bersama Jihan yang terus menggenggam tangannya. Kedua kawan Ashilla itu tampak tersenyum sambil bercerita banyak hal, membuat hati Ashilla semakin hancur berkeping-keping setelah menyadari datangnya Wildan adalah petaka di hidup Ashilla. Menjauhkan Ashilla dari kawan-kawan baiknya.

"Moza," Ashilla berdiri dari jongkok, kemudian berlari kecil mendatangi Moza dan Jihan. Jihan masih menggenggam tangan Moza saat Ashilla mencengkeram lengan kawannya. "Moza. Gue minta maaf Mo," katanya, terisak sejak pertama ia buka suara. Moza, seperti yang sudah Ashilla duga, menampakkan muka tak berkawan.

"Lo ngapain di sini?" tanya si wanita bertanya kelewat datar. Tak ada kemarahan di sana. Hanya ketidakpedulian.

"Moza, maafin gue. Gue salah. Gue nggak bermaksud nyakitin lo," bulir air mata Ashilla mulai menitik kala Moza dan Jihan memberinya tatapan abai yang begitu menyakitkan. 

Di dunia ini, Ashilla paling benci diabaikan. Karena ia telah merasa demikian atas perbedaan kasih sayang yang diberikan padanya dibandingkan dengan Thalia. Pun bahkan dengan Zamira yang harusnya bukan siapa-siapa di keluarga kecilnya. Mencari atensi banyak pria di kelab adalah distraksinya untuk lari dari kenyataan, untuk membuktikan kalau ia menawan dan tak seharusnya terabaikan. Tak pernah Ashilla duga, distraksi kecilnya itu harus menghilangkan sebuah pertemanan, satu-satunya yang tulus dan membuat Ashilla merasakan ia memiliki kepunyaan.

"Mending lo balik deh," Moza berujar.

"Moza capek abis lembur," Jihan ikut-ikutan.

Ashilla menggeleng masih sambil terisak, "Mo, gue minta maaf beneran. Kemarin gue nggak nyadar kalau itu dia. Kemarin gue cuma lagi kepikiran Wildan." Ashilla sengaja tak menyebutkan nama Baraya, tak ingin membuat Moza terluka. Cewek itu sudah tau cerita penuhnya dari pesan Jihan semalam.

"Nggak usah banyak alesan! Lo mesra-mesraan sama Baraya di depan gue sama Wildan!" Moza memekik, melepas pegangan Ashilla dan Jihan pada tubuhnya. "Yang kaya gitu lo bilang lo kepikiran Wildan? Bullshit."

"Gue nggak bohong, Mo," Ashilla terus menggeleng. "Gue sayang sama lo. Gue nggak mungkin sengaja nyakitin perasaan lo. Kemarin gue mabuk banget makanya gue gak bisa lihat jelas. Gue minta maaf, Mo. Gue salah karena gak ngenalin muka dia langsung. Gue salah udah berduaan dan mesra-mesraan sama dia. Gue salah, gue minta maaf."

"Lo lagi marahan kan sama Wildan?" kali ini Jihan bersuara, menggantikan Moza yang sudah melipat tangan di depan dada. Cewek itu melanjutkan kala Ashilla mengangguk kecil, "terus lo cari distraksi dengan mabok sama cowok lain, gitu? Pinter banget. Pantes diputusin terus."

✅️ Crush Me Lovingly | wonwoo×sanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang