Kerja enam minggu berturut-turut di site tak seburuk yang Ashilla kira—tentunya ketika Wildan ada di sana. Sayangnya, sejak audit kemarin, Wildan juga sama-sama sibuknya dengan tim konsultan yang bekerja dengan tim Fauzi. Mereka berdua jarang sekali bertemu di kantor, hanya join meeting seminggu sekali. Cowok itu juga tak lagi bisa makan siang bersama Ashilla, Daniar, dan Chandi. Belum lagi hampir tiap malam harus lembur dengan timnya di rumah dinas sang lelaki.
Berusaha mengerti walau sering dibikin dongkol sendiri, Ashilla hanya bisa memanfaatkan waktu luang di hari Sabtu siang hingga Minggu malam. Selain ke danau untuk melihat angsa-angsa favorit Wildan, Ashilla selalu memilih untuk berduaan di rumah dinas Wildan atau mess Ashilla. Balas dendam akan waktu-waktu mereka yang direnggut oleh pekerjaan.
Biasanya mereka hanya akan menonton serial Netflix bersama, kemudian cuddle dan berciuman. Seperti biasanya, namun dengan frekuensi yang jauh lebih jarang. Agak ironis, karena semua ini harus terjadi saat mereka resmi berpacaran. Namun Ashilla tak melayangkan banyak protes, karena berpacaran dengan Wildan menyenangkan dan tanpa drama. Cewek itu hanya akan menggerutu seharian jika Wildan tak memiliki waktu luang, baik di site maupun setelah mereka tiba di Jakarta. Saking sibuknya tim konsultan setelah tiga bulan mereka sudah bekerja bersama, jadwal 14-14 yang sebelumnya Wildan miliki sama seperti Ashilla bagai terkikis, karena cowok itu juga diminta bekerja saat tiba di Jakarta.
Sebagai cewek yang lebih membutuhkan belaian saat berpacaran, Ashilla kadang bertanya-tanya bagaimana ia bisa tahan berpacaran dengan manusia sesibuk Wildan. Namun ia kembali menemukan jawaban ketika ia sudah berada dalam pelukan si pria. Simpel saja, Ashilla suka bersama Wildan. Persis seperti jawaban yang pernah cowok itu berikan padanya.
Sore itu tepat dua bulan Ashilla dan Wildan berpacaran sejak kejadian di bandara silam. Keduanya tengah berada di mess Ashilla, packing berbagai tas yang Ashilla bawa untuk pulang ke Jakarta.
Ashilla menjatuhkan dirinya dalam pelukan Wildan yang tengah tiduran di kasur messnya, sedari tadi menunggu si wanita memasukkan beberapa pakaian ke dalam koper sambil membaca buku yang cowok itu bawa—cowok itu memang sering membawa buku saat berduaan dengan Ashilla sejak dilanda kesibukan yang bukan main padatnya.
"Besok malem diajakin mama makan di rumah," kata Ashilla sambil membenamkan dirinya di ceruk sang pria. Cewek itu membelai jakun WIldan dengan ujung jari telunjuknya sementara sang pria masih membaca.
"Tumben?" cowok itu masih fokus pada bukunya, satu tangan membelai surai Ashilla.
Ashilla tersenyum datar. "Sebenernya dari dulu diajakin terus, cuman akunya males," jawab cewek itu jujur. Wildan hanya terkekeh dibuatnya. "Katanya ada informasi penting," Ashilla mencebik. "Alah, paling juga nggak ada apa-apa. Biar aku pulang aja."
"Kamu punya adek lagi, kali," tebak Wildan bercanda.
Ashilla kontan menggeplak cowok itu, "anjir, itu sih bukan informasi penting. Tapi informasi horor. Bisa-bisa dikira anak gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
✅️ Crush Me Lovingly | wonwoo×sana
FanficAshilla menariknya mendekat, kemudian memintanya menjauh pergi setelah menyadari ia pria baik hati. Sedang Wildan yang naif, hanya jatuh hati.