27 ; sebuah kesempatan untuk memperbaiki

450 72 10
                                    

Ashilla tengah menendang-nendang kerikil yang bertubrukan dengan alas kakinya di danau yang sepi saat malam minggu tiba

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ashilla tengah menendang-nendang kerikil yang bertubrukan dengan alas kakinya di danau yang sepi saat malam minggu tiba. Satu tangan memegang ponsel di dekat telinga, sedang satu lagi ia gigiti kukunya. Entah sejak kapan area danau belakang pemukiman pegawai perusahaan ini menjadi tempat favorit Ashilla, hingga cewek itu memilih untuk menelepon sang ibunda di sana setelah lama perang dingin dengannya.

Besok siang Ashilla pulang ke Jakarta. Namun ia terlalu gengsi untuk meminta maaf dengan tatap muka, tak yakin mampu banyak berbicara jika melihat rupa sang ibunda. Takut turun air mata. Jadi ia memilih menyepi, sambil memilah kata yang ia akan ucap nanti, berusaha memperbaiki hubungannya dengan Riani.

Dering telepon mulai berhenti di bunyi yang Ashilla mulai tak hapal liriknya, berganti dari nada sambung lagu Cobalah Untuk Setia dari Krisdayanti menjadi suara sang ibunda.

"Halo?

Ashilla berdehem ketika ibunya membuka suara. Kemudian terbatuk-batuk beberapa kali karena tak tau harus memulai semua dari mana.

"Kenapa, Ashilla?" ibunya melempar tanya dengan nada kelewat biasa. Seperti Ashilla tidak salah apa-apa. Seperti tidak pernah terjadi apa-apa di antara mereka. Namun begitulah memang biasanya, dari kecil hingga besar masalahnya, sang ibunda tak pernah marah untuk waktu yang lama.

Sambil menelah ludahnya, Ashilla memberanikan diri bersuara. Meminta maaf pada orang tua sendiri jauh lebih sulit dibanding pada orang lain, baginya. "Ma...," panggilnya.

"Iya? Kenapa?"

"Ashilla minta maaf."

Ashilla kira akan ada jeda lama setelah permintaan maafnya. Rupanya sang ibunda justru cekikikan, jauh dari bayangan Ashilla. Cewek itu kontan mengerutkan dahinya, namun tak berani berbicara duluan sebelum Riani bersuara.

"Tumben," kata Riani, akhirnya. 

"Ashilla keterlaluan waktu itu," cewek itu menunduk, menendang-nendang tanah di bawah kakinya. "Ashilla nggak seharusnya marah-marah ke Mama. Padahal Ashilla yang salah, udah bikin malu Mama, Ayah, Thalia, sama Mahesa. Maaf, Ma."

Riani terdengar mendesah panajng sebelum berbicara. "Mama udah maafin Ashilla dari lama," suaranya melembut. Air mata Ashilla mulai menggenang di permukaan kornea. Seluruh tubuhnya bergelenyar oleh perasaan tenang yang tiba-tiba datang.

"Terus kenapa Mama nggak telepon Ashilla?"

"Mama udah maafin Ashilla, tapi Mama pikir Ashilla masih butuh waktu buat maafin Mama," ujar wanita itu. "Sekarang buktinya Ashilla hubungin Mama duluan, kan?"

Ashilla kembali menendang-nendang tanah. "Mama nggak salah apa-apa. Apa yang perlu Ashilla maafin?" suara cewek itu melemah.

"Walaupun kamu waktu itu salah, tapi omongan kamu dulu juga ada benernya, Ashilla. Mama sepertinya banyak melakukan kesalahan yang nggak disengaja, seperti banding-bandingin kamu dengan Thalia atau Zamira. Mama nggak tau itu bikin Ashilla kecewa sama Mama," wanita itu menjeda kalimatnya. "Jadi, Mama minta maaf juga, kalau Mama ada salah sama Ashilla. Ashilla maafin Mama, kan?"

✅️ Crush Me Lovingly | wonwoo×sanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang