"Cik bagi atuh ceunah resep seblak teh...."
Sebuah suara yang sama sudah Ashilla dengar puluhan kali dari ponsel yang dipegang Hana. Sore itu di dapur kediaman Pak Galang dan Bu Riani, Hana yang baru saja pulang les masih mengenakan seragam sekolahnya kala menjadi asisten Sergio dalam rangka membuat seblak Rafael terenak di dunia. Sedang Ashilla yang diundang sejak berhari-hari yang lalu ke rumah tersebut tengah diprasrahi tugas membuat puding jeli sementara gadis di sampingnya sibuk dengan pie teflon dengan fla instan sebagai topping.
"Hana, kamu ngapain sih ngeplay videonya mulu?"
Ashilla menoleh ketika akhirnya Sergio yang tengah berdiri di belakang kitchen island di seberang mereka menyerukan protes pertama. Pada sang adik yang tengah meracik adonan kering untuk pie sembari melihat video resep seblak yang sama berkali-kali dari akun Tiktoknya. Hana yang dipanggil namanya berlari ke seberang, tadinya berdiri di sebelah Ashilla yang tengah mengaduk teflon penuh jeli cair yang tengah dipanaskan.
"Ini Hana kan lagi liat resep seblaknya, Mas Gi!" tukas Hana sambil menunjukkan layar ponselnya.
"Ya kan bisa di-screenshoot atau dicatet, Hana," Sergio berkata sambil membawa batu ulekan di atas meja keramik di depan. "Ngapain di-play terus? Mas males denger suara video itu mulu."
Hana menekan layar ponselnya, menjeda video yang dilihatnya. "Hana takut salah. Nanti dimarahin Mas Wildan lagi kalau masuk rumah sakit."
"Kan Mas Gio udah pernah bikin," cowok yang setahun lebih tua berdecak setelah melihat Hanania manggut-manggut. "Ganti baju dulu, sana! Mas Wildan bentar lagi pulang, ntar kamu dimarahin, lho."
Hana menangguk kemudian berlari menjauhi dapur setelah meninggalkan ponselnya di atas keramik. Sergio melihat punggung adiknya yang tengah berlari sambil mengomel keras, "gak usah lari-lari! Seblaknya belom jadi!"
Ashilla masih mengaduk jeli di teflon sambil tertawa melihat Sergio yang tampak lebih cerewet dari ibunya. Kemudian cewek itu segera membagi jeli cair menjadi beberapa cetakan berbentuk yang Hana pilih ketika merasa makanan dihadapannya sudah matang.
Sambil menyisihkan cetakan jeli tadi, menunggu agak dingin sebelum dimasukkan ke dalam lemari es, Ashilla menyeru pada sang pria yang satu ruangan dengannya. "Sergio, jelinya dimasak dua-duanya?"
Sang pemilik nama menoleh, melihat Ashilla menggoyang-goyangkan saset nutrijel kuning di tangan. "Iya, Kak. Mas Wildan sama aku makan yang mangga. Yang coklat cuma Hana yang doyan."
"Oh, oke!" Ashilla mengangguk mengerti kemudian bersiap meletakkan teflon panas untuk didinginkan dulu sebelum dicuci. "Aku bikin pienya dulu aja, ya?"
"Iya, Kak, boleh. Kalau gak ngerepotin," kata Gio sambil membawa cabai, bawang putih, dan daun bawang untuk dimasukkan ke dalam ulekannya. "Maaf ya, Kak, Hana ngajaknya sore-sore bukannya malem. Kak Ashilla jadi ikutan repot di dapur, padahal lagi sakit. Gak jelas tu anak, jelas-jelas dia ada les siang. Aku udah bilangin, loh, minta Kak Ashilla ke sini kalau makanannya udah jadi aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
✅️ Crush Me Lovingly | wonwoo×sana
Fiksi PenggemarAshilla menariknya mendekat, kemudian memintanya menjauh pergi setelah menyadari ia pria baik hati. Sedang Wildan yang naif, hanya jatuh hati.