Waktu dua minggu di Jakarta berlalu terlalu cepat bagi Ashilla. Rasa-rasanya baru kemarin cewek itu bergelendotan pada bingkai kaca taksi di perjalanan dari bandara menuju apartemennya, tau-tau saat ini cewek itu sudah terjebak lagi di mobil perusahaan yang mengantar timnya dan tim Wildan ke pemukiman site di Sumatera. Ia bahkan baru sempat menghardik Jihan dan mulut embernya di telepon, tanpa bisa bertatap muka langsung saking sibuk kawan-kawannya.
Seperti kali pertama perjalanan menuju mess, saat ini pun tim Ashilla memilih untuk menempati tempat yang sama. Dengan Ashilla berada jauh di depan Wildan dan rekan-rekannya, sehingga tak dapat menangkap rupa cowok itu bahkan untuk sekilas saja. Cewek itu sibuk dengan pikirannya sendiri, mengenai kesalahan tempo hari yang tak ia pikirkan matang-matang sebelum ia lakukan.
"......nikah?"
Ashilla menoleh pada Daniar yang duduk disampingnya, baru saja mendapati juniornya itu berbicara namun tak dapat menangkap seluruh ucapannya. "Hah? Ya nggak, lah! Masa abis gitu doang nikah?!" ujarnya, menjawab asal setelah memprediksi pertanyaan Daniar barusan. Menyuarakan kekhawatirannya mengenai Wildan yang ia prediksi akan meminta pertanggungjawaban setelah kejadian waktu itu. Selepas itu Ashilla mendapati dirinya merutuki diri setelah heboh sendiri. Daniar mana mungkin tau apa yang terjadi dengan dirinya dan Wildan tempo hari?
"Hah?"
"Abis apa, Mbak?"
Chandi ikut-ikutan membaur dari kursi sebelah, tak jauh dari mereka. Ashilla otomatis melirik kedua rekan kerjanya bergantian. "Apa? Kenapa?"
Junior di sampingnya melempar tatapan menelisik namun dengan senang hati mengulang pertanyaannya barusan, "saudara Mbak Ashilla baru nikah? Aku lihat dari instagram, Mbak Ashilla repost IG story orang lain."
"Oh," Ashilla mengendus panjang begitu Daniar berujar. Ternyata pertanyaan juniornya itu tak berbahaya, jauh dari prediksinya. "Iya. Sabtu kemarin."
"Itu yang Mbak Ashilla mau ngajakin aku apa bukan?" Chandi menggeser duduknya ke kursi dekat lorong, mendekat pada kursi Ashilla dan Daniar. Tampaknya cowok itu sudah selesai dengan sesi curhatnya bersama Pak Waluyo sore ini.
"Iya. Untung nggak jadi."
Chandi menyipitkan mata sambil membuat bentuk yang aneh dengan bibirnya, kesal akan ceplosan Ashilla barusan. "Aku yang harusnya ngomong gitu, Mbak."
"Ya, gue lah!" Ashilla balas ngotot ketika Chandi menatapnya menghakimi. Daniar buru-buru melerai dengan menjulurkan kedua tangannya dan mengibaskannya di tengah Ashilla dan Chandi yang bagai Tom and Jerry.
"Nggak jadi sama Chandi, Mbak Ashilla jadinya dateng sama siapa? Kemarin itu kan mohon-mohon banget ditemenin Chandi," Daniar memotong perdebatan Ashilla dan Chandi sebelum terjadi perang dunia. Telisik matanya makin tajam tanpa sengaja, jadi Ashilla harus menghindari tatapannya supaya tak keceplosan berkata yang tak perlu.
KAMU SEDANG MEMBACA
✅️ Crush Me Lovingly | wonwoo×sana
Fiksi PenggemarAshilla menariknya mendekat, kemudian memintanya menjauh pergi setelah menyadari ia pria baik hati. Sedang Wildan yang naif, hanya jatuh hati.