Tak ada lagi waktu untuk memikirkan Wildan.
Rupanya apa yang dicuri dengar Ashilla tempo hari ternyata benar, karena dalam kurun waktu seminggu ia akan dikirim ke pulau seberang bersama Daniar. Hal tersebut mengambil keseluruhan fokusnya beberapa hari ini, hingga tak ada lagi tempat untuk mencemaskan cowok itu bahkan di sela waktunya.
"Siapa lagi yang ke Sumatera bareng kita, Dan?" tanya Ashilla pada Daniar yang tengah memasuki ruangan meeting bersama tumpukan berkas yang ia bawa dengan sebuah kotak besar. Tempo hari Bu Rima, kepala departemennya, mengutus tiga orang untuk pergi ke site untuk membantu pihak manajemen site yang tengah dilanda problem dadakan.
Manajer site di tempat yang akan Ashilla datangi terlibat skandal yang membuatnya terpaksa turun tahta secara mendadak. Site yang baru didirikan tak lebih dari dua bulan itu mendadak mandek dan acak-acakan secara manajerial, karena tak ada pimpinan secara resmi. Walaupun sudah dibantu oleh orang kompeten lainnya, yang otomatis mengambil alih secara sukarela, kepala departemen pusat berencana untuk restrukturisasi sekaligus melaksanakan pelatihan. Karenanya, Ashilla dan kawan-kawan dikirim untuk memastikan implementasi dilakukan dengan benar dibantu oleh tim konsultan yang disewa dadakan terkait masalah ini.
"Chandi, Mbak," Daniar bersuara sambil meletakkan tumpukan berkas di meja. Ashilla manggut-manggut sebagai respon dari disebutkannya nama pegawai bagian human resource yang akan membantu restrukturisasi dan pelatihan nantinya. "Tuh, jalan ke sini anaknya."
"Pagi, Mbak Ashilla, Mbak Daniar," Chandi menyapa sambil memasuki ruangan. Tangannya sama-sama penuh dengan setumpuk berkas yang tak kalah banyak. "Saya baru papasan sama Bu Rima di depan, lagi ngobrol sama atasan saya."
"Kenapa, Chan?" fokus Ashilla beralih dari laptopnya menuju ke Chandi. Daniar yang tengah mempersiapkan presentasi ikut menoleh dan berhenti menggerakkan jari di tuts keyboard laptopnya.
"Katanya kayaknya kecepetan kalau projek kita cuma tiga bulan, Mbak. Rencana jadi minimal enam bulan, paling lama setahun."
Daniar otomatis menampakkan senyuman tipis yang dipaksakan sambil kembali bekerja. Sementara mulut Ashilla sudah terbuka lebar, ekstra menganga. Tempo hari Ashilla dan Daniar sempat meratapi nasib bersama karena harus dikirim selama tiga bulan ke site, yang bisa dibilang tempat terisolasi dari dunia luar. Tau-tau pagi ini Chandi membawa berita lebih mengejutkan lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
✅️ Crush Me Lovingly | wonwoo×sana
Fiksi PenggemarAshilla menariknya mendekat, kemudian memintanya menjauh pergi setelah menyadari ia pria baik hati. Sedang Wildan yang naif, hanya jatuh hati.