Terlihat seorang gadis tengah sibuk menyiapkan makanan. Gerakannya terlihat lincah mengolah semua bahan dan menggunakan alat dapur yang ada di sana, menghiraukan tatapan khawatir wanita paruh baya yang menonton ulahnya di setiap pagi itu.
"Nona, saya saja yang menyiapkan. Nanti seragamnya kotor."
Sosok yang telah lengkap dengan seragam sekolah itu menoleh kepada wanita yang telah lama bekerja di keluarganya itu.
"Tidak akan, Ahjumma. Percaya padaku." Gadis itu tersenyum, seraya mengacungkan ibu jarinya.
Wanita yang bermaga Choi itu hanya bisa menghela nafas lelah. Lihat, gadis itu malah mempercepat kerjanya. Jadi percuma saja, anak bungsu dari majikannya itu susah untuk di atur jika mengenai hal ini.
"Eoh, selamat pagi. Tuan." Seketika Bibi Choi membungkuk saat melihat sang tuan rumah memasuki area dapur.
Kim Yongwoo membalas dengan anggukan kecil. Lalu tersenyum melihat sosok yang dibalut oleh apron itu mulai menata hidangan di meja makan. Kim Yerim, yang sibuk dengan dunianya sendiri tak menyadari jika satu persatu penghuni rumah itu mulai datang dan memperhatikannya.
"Selesai." Ujarnya ceria, menatap bangga pada hasil karyanya. Sesaat kemudian ia dibuat terkejut saat merasakan benda kenyal menyentuh pipinya. Ia menoleh melihat sang pelaku yang baru saja menciumnya itu.
"Anak nakal!" Gadis yang disapa Yeri itu terkekeh mendengar ucapan Yongwoo.
"Dia memang seperti itu, Appa." Ujar Kim Sooyoung yang telah duduk rapih, seraya mencicipi masakan Yeri.
"Tapi, masakannya tidak pernah gagal." Lanjut Sooyoung, mulai melahap masakan yang ada di hadapannya.
"Eoh, majja!" Sahut lainnya, Kim Seungwan yang tengah mengunyah.
"Gomawo, Unnie." Yeri menatap kedua kakaknya.
"Tanpa aku harus berkomentar pun, kau pasti sudah tahu jawabannya." Sosok yang duduk berhadapan dengan Yeri ikut menyahut, mengikuti kegiatan adik-adiknya. Kim Seulgi.
"Ne."
Jawab Yeri seadanya. Sejenak dia memperhatikan satu persatu keluarganya yang tengah melahap makanan. Pemandangan tersebut, membuat hatinya menghangat. Tanpa membuang waktu lagi dia segera mengikuti sarapan pagi tersebut.
"Aku dengar Joohyun Unnie akan kembali ke Korea, benarkah?"
"Ne. Eomma sampai harus berdebat panjang dengannya, kau tau sendiri bagaimana sikap Unnie mu, bukan?"
Eugene menyahut karena menyadari pertanyaan Seungwan tersebut di ajukan untuknya dan Yongwoo. Dia tersenyum puas mengingat perdebatan yang berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun akhirnya di menangkan olehnya.
"Wah jinjja! Setelah sekian lama akhirnya aku bisa melihat wajah sang Kakak tertua lagi," Sooyung berseru heboh.
"Ne, majayo. Hampir sepuluh tahun dia menjalani kehidupan di London. Tanpa mau menemui kita." Seulgi berusaha mengingat wajah sang kakak saat masih remaja dulu.
Mereka dilarang untuk mengunjungi Joohyun karena takut akan menggangu sang kakak yang tengah menempuh pendidikan. Setelah Joohyun lulus, dia memegang kendali perusahaan Yongwoo yang ada di London.
Yongwoo hanya terkekeh mendengar curhatan tiba-tiba dari para putrinya tersebut. "Baru tadi malam Appa melakukan video call dengannya."
"Mwo?!"
"Nde?!"
Seungwan dan Sooyoung berseru heboh secara bersamaan. Keduanya tampak tak percaya akan ucapan sang ayah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Complete
Fanfiction"Ya, kau tidak punya mata? Lihat, buku ku jadi kotor!" Sosok yang sedang membersihkan seragamnya tersentak kaget mendengar pekikan tersebut. Matanya berkedip tidak percaya. Heol, jelas-jelas dia yang korban disini. Mengapa jadi dia yang di salahkan...