0,33

450 67 13
                                    

Suara bising di sekitar sana tidak di hiraukan oleh mereka yang hendak mengantar pengantin baru itu berbulan madu.

Rencananya, setelah berbulan madu, kedua pengantin muda itu akan berpindah ke rumah yang sudah belikan oleh Junmyeon. Di sana, mereka akan tinggal bersama kedua orangtua dari pihak lelaki selama dua hari saja, setelahnya hanya akan ada mereka saja.

Seulgi dan Wendy bahkan rela izin sebentar meninggalkan pekerjaannya untuk melihat keberangkatan sang kakak di bandara tersebut. Yeri libur dan Sooyoung yang hanya memiliki kelas siang, tentu dengan semangat ikut mengantarkan ke bandara.

"Unnie, jika sudah sampai langsung kabari aku, ne?" Itu suara Yeri yang sedari tadi menghiasi langkah mereka dengan ocehan randomnya. Entahlah, tiba-tiba saja sikap Yeri begitu riang.

"Ne," Gadis berkacamata hitam itu menjawab singkat, melemparkan senyum tipis pada Yeri yang berjalan di depan bersama Seulgi.

Yeri yang semula menengok ke belakang melihat Joohyun itu kembali menghadap ke depan, lalu berbisik pelan pada Seulgi. "Unnie, nanti ketika libur panjang tiba, ayo kita liburan ke luar negeri."

Tanpa berfikir dua kali, Seulgi mengangguk semangat. Merangkul bahu adiknya itu. "Geurae. Hanya kita berdua, 'kan?"

Seketika dahi Yeri mengerut, "Ani," Gadis itu menggeleng tegas. "Dengan yang lainnya juga. Bersama Wendy Unnie, Sooyoung Unnie. Untuk sisanya entahlah. Kita lihat nanti."

Seulgi terkekeh pelan, padahal dia hanya bercanda saja. "Ne~ arraseo anak nakal." Seulgi menepuk gemas kepala Yeri yang tertutupi topi tersebut.

Sedangkan Sooyoung yang berjalan bersama Wendy di barisan paling belakang itu tampak mengerutkan dahi ketika sadar akan sesuatu.

"Joohyun Unnie kenapa terlihat lebih pendiam, ne?"

Reflek kepala Wendy menoleh menatap sang adik, lalu memperhatikan punggung sang kakak yang terlihat lesu. Padahal biasanya selalu tegap di situasi apapun.

"Kau tahu dari mana?" Tanya Wendy yang ikut penasaran.

"Biasanya setiap hari, pasti ada saja hal yang membuatnya mudah kesal. Namun sejak tadi pagi aku belum melihatnya kesal. Dia malah sering melamun." Jelas Sooyoung sesuai isi pemikirannya.

Terlihat jika Wendy mulai berfikir mengenai penyebab dari sikap Joohyun. Beberapa saat kemudian, sebuah senyum kemenangan muncul di wajah cantiknya.

"Kau tenang saja," Tiba-tiba saja Wendy mengucapkan kalimat yang membuat Sooyoung bingung. "Sebentar lagi, sepertinya kita akan tahu penyebabnya apa."

Tepat setelah kalimat itu, langkah mereka terhenti ketika sudah sampai di tempat batas pengantaran untuk pasangan muda tersebut.

"Kalian harus baik-baik saja. Harus merasa senang dan nikmati waktu berdua kalian." Wendy mulai berbicara ketika sang kakak tertua menghadap ke arah belakang.

"Majja," Sooyoung menatap ke arah Junmyeon. "Titip uri Unnie, Oppa. Tolong jaga dia seperti kau menjaga diri mu selama ini."

Junmyeon mengulas senyum tipis, mengacak pelan rambut panjang Sooyoung. "Arrayo, Sooyoung-ah."

Lelaki itu sudah menganggap ke empat gadis yang lebih muda itu seperti adik kandungnya sendiri yang harus di jaga. Bahkan tidak jarang, Junmyeon memberikan perhatian kecil selayaknya seorang kakak laki-laki yang baik.

Mereka terlihat berbincang ringan. Seulgi yang semula sibuk menyerupai sikap dengan sang adik bungsu itu seolah tersadar lalu menoleh ke belakang, menghampiri ke empat orang yang tampak asik.

CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang