"Aigoo," Ujar seorang wanita yang melihat pemandangan di hadapannya. Kakinya kembali melangkah masuk untuk mendekati ranjang king size yang terisi beberapa orang saling berdempetan tersebut.
Tatapan penuh kelembutan itu memperhatikan satu persatu wajah yang masih betah terlelap. Beberapa menit lalu, jam sudah menunjukkan waktu sarapan namun para putrinya belum ada yang menunjukkan wajahnya.
Alhasil Eugene berniat untuk mengecek satu persatu kamar para putrinya tersebut. Namun sudah empat kamar tidak ada penghuninya. Dan benar saja, kamar terakhir menjadi tempat di mana para putrinya itu berada.
Eugene menggelengkan kepala, bergerak untuk membuka gorden agar cahaya masuk. Lalu merapihkan sedikit kekacauan dari sebuah papan permainan yang masih tergeletak malang di karpet berbulu tersebut.
Sedangkan seorang gadis yang berada di paling ujung tampak mengeliat dari tidurnya. Tubuhnya yang semula menyamping karena memeluk seseorang berubah menjadi terlentang yang membuat sebagian tubuhnya tidak menyentuh kasur dan langsung terjatuh membentur lantai.
Dug!
"Akh~ ya!" Pekiknya dengan kesadaran yang langsung terisi penuh. Sooyoung mengusap bokongnya yang terasa ngilu dengan wajah kesal.
Eugene yang terkejut itu langsung menoleh ke sumber suara, lalu terkekeh sambil menghampiri Sooyoung yang masih betah terduduk di lantai.
"Kalian punya kamar masing-masing kenapa malah mengusik kamar adik kalian, eoh?" Tanya Eugene membungkukkan sedikit tubuhnya untuk merapihkan rambut Sooyoung yang berantakan.
Sooyoung cukup terkejut melihat keberadaan Eugene, namun fokusnya lebih memikirkan perkataan sang ibu yang membuatnya mengerutkan dahi.
"Aniya. Kita hanya ingin tidur bersama. Tidak ada yang menganggu uri Yerim, Eomma."
Eugene mengulum senyum, melihat wajah cemberut Sooyoung yang tampak kesal membuatnya memberikan kecupan pada bibir sang anak agar tidak marah.
"Eomma hanya bercanda, sayang." Eugene mengusap pelan rambut panjang itu sebelum menegakkan tubuhnya kembali.
"Cah, bangunkan yang lain. Setelah itu kalian bergegas siapkan diri dan sarapan,"
Eugene melangkah pergi sambil membawa nampan yang berisi beberapa gelas kotor sisa coklat tadi malam. Ketika pintu tertutup, kepala Sooyoung menoleh memperhatikan satu persatu wajah saudaranya.
Setelah itu, Sooyoung beranjak menuju kamar mandi. Beberapa saat berlalu dia kembali mendekati kasur sambil tersenyum jahil.
"Hana, del, set!" Dengan gerakan cepat Sooyoung menyipratkan air pada orang-orang yang masih terlepa itu. Sedangkan sebelah tangannya untuk memegang gayung yang berisikan air.
Melihat mereka yang mulai terusik, bukannya lari, Sooyoung malah melompat begitu saja menindih tubuh ke empat saudaranya membuat yang paling tua terbangun lebih dulu di susul oleh yang lain.
"Ya! Kim Sooyoung!" Pekik Joohyun kesal memukul-mukul tubuh Sooyoung yang sedang tertawa puas.
- - - -
"Hyun,"
Joohyun mengangkat pandangannya dari lembaran berkas tersebut, menatap seorang lelaki yang kini mengelus lembut bahunya.
"Sudah selesai?"
Joohyun mengulas senyum, "Sedikit lagi." Balasnya mengelus punggung tangan besar itu sebelum membaca kembali sisa berkasnya.
"Arraseo." Junmyeon mengecup sekilas pelipis seorang gadis yang akan menjadi ibu dari anak-anaknya kelak.
Joohyun melirik sang kekasih yang melangkah menuju sofa, menyiapkan bekal makanan yang di masak langsung oleh Junmyeon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Complete
Fanfic"Ya, kau tidak punya mata? Lihat, buku ku jadi kotor!" Sosok yang sedang membersihkan seragamnya tersentak kaget mendengar pekikan tersebut. Matanya berkedip tidak percaya. Heol, jelas-jelas dia yang korban disini. Mengapa jadi dia yang di salahkan...