0,27

513 68 14
                                    

Di sekolah Yeri kebetulan ada sebuah bazar yang akan di selenggarakan. Sebenarnya kabar itu sudah terdengar sebulan yang lalu. Tetapi tidak pernah terpikirkan jika acara itu akan di umumkan resmi secara mendadak seperti ini.

Padahal sebelumnya sempat terdengar isu jika acara bazar itu akan di undur, berdekatan dengan kenaikan kelas dan kelulusan kelas tiga. Mengapa bisa terjadi perubahan secara drastis begini?

Entahlah, Yeri merasa janggal. Pemikirannya mulai bercabang kemana-mana. Sepertinya ada seseorang yang mendesak untuk di laksanakan acara itu secepat mungkin. Namun siapa? Jika bukan seseorang yang mempunyai wewenang, maka tidak akan di tindakan lanjuti seperti ini, bukan?

"Ya, bagaimana ini? Kita belum mempersiapkan apapun!" Eunsaem tampak mengeluh, menatap nanar pada mading sekolah yang terdapat selembaran acara tersebut.

"Aneh. Tidak biasanya pihak sekolah mengumumkan sebuah acara secara mendadak seperti ini."

Dari sekian banyaknya umpatan dan gosip siswa-siswi yang mengerubungi mading, Yeri dapat mendengar salah satu ucapan seorang siswa yang kebetulan berada di dekatnya.

"Eoh, sepertinya ada sesuatu?" Sahut teman siswa itu.

Yeri kembali mengarahkan pandangannya pada selembaran itu. Membaca kembali dengan teliti setiap tulisan yang ada di sana.

Benar saja, gadis itu menemukan sesuatu yang janggal. Yeri mengedipkan matanya berkali-kali bahkan sampai mengusapnya dengan kasar.

Mungkin tulisan itu memang sengaja di kecilkan, atau karena mereka siswa? Makanya tidak memperdulikan bagian itu. Yang terpenting bagi mereka adalah acara apa, kapan dan tanggal berapa. Untuk penjelasan lainnya tidak di pedulikan.

"H-heol, maldo andwae," Gumamnya begitu pelan.

Yeri menoleh, melihat temannya itu yang sedang bergosip dengan raut kesal kepada siswa-siswi lainnya. Tanpa memperdulikan hal itu, dia menyeret Eunsaem begitu saja untuk menjauh dari area mading.

"Ya! Kenapa kau jadi suka menarik--"

"Apa kemarin benar kau melihat Joohyun Unnie datang ke sini?" Yeri menyela omelan yang akan Eunsaem lontarkan padanya itu.

Yeri memilih untuk berhenti di lorong kelas. Saat ini jam istirahat, dimana para siswa sedang bermain atau berada di kantin.

Kekesalan Eunsaem memudar, menyadari jika temannya sedang di mode serius. "Eoh." Ujarnya menganggukan kepala.

Melihat wajah Yeri yang sedang berfikir, Eunsaem melengkapi kalimatnya. "Aku melihatnya berjalan ke arah ruangan kepala sekolah."

Yeri menatap Eunsaem dengan bola mata bergetar, setelahnya helaan nafas pasrah dia hembuskan. "Joohyun Unnie, kau benar-benar."

Eunsaem menjadi bingung melihat temannya yang memijat pangkal hidung itu. "Ya, wae geurae?"

Yeri mendengus samar. Bagaimana bisa Joohyun bertindak sampai sejauh ini? Apa yang sebenarnya kakaknya itu rencanakan?

"Molla, tiba-tiba saja dia menjadi aneh." Yeri memilih jongkok, meremas kepalanya dengan geram tanpa memperdulikan temannya yang semakin bingung mendengar kalimatnya itu.

- - - -

"Unnie," Seulgi mengalihkan atensi dari kegiatan makan siangnya kepada sang adik yang duduk di hadapannya itu.

"Apa Joohyun Unnie masih penasaran?"

Seulgi langsung menangkap maksud dari kalimat adik keduanya itu. Terhitung sudah dua hari sejak kejadian, tingkah Joohyun sungguh di luar prediksi.

CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang