Kaki itu melangkah memasuki sebuah cafe. Matanya bergulir mencari keberadaan seseorang yang sudah membuat janji dengannya itu.
"Kim Yerim!"
Gadis itu menoleh pada sumber suara. Terlihat seorang wanita berada di salah satu meja makan, melambaikan tangan sambil mengulas senyum manis padanya.
Membalas senyum itu, Yeri berlari kecil menghampiri orang tersebut. "Mianhae, aku terlambat, Ssaem." Ujarnya penuh sesal sambil membungkuk singkat setelah mereka berhadapan.
"Gwenchana. Ayo, duduk." Jin-ah mempersilahkan Yeri untuk duduk pada kursi di hadapannya.
"Ssaem belum memesan makanan?"
Tanya Yeri ketika sadar jika di meja tersebut hanya ada segelas jus dingin saja milik Jin-ah. Padahal mereka sempat berbincang lewat pesan mengenai menu apa saja yang hendak di hidangkan nantinya. Jadi dia mengira jika Jin-ah akan memesan makanan terlebih dahulu sambil menunggunya.
"Belum, aku menunggu mu."
Mendengar kalimat itu, Yeri merasa tidak enak pada sang guru. Yeri menahan kalimat maafnya ketika Jin-ah memanggil seorang pelayanan lalu menyebutkan pesanan mereka.
Yeri hanya diam, memperhatikan keduanya sampai selesai dan atensi Jin-ah kembali berfokus padanya.
"Yerim-ah." Jin-ah akan mengajak Yeri berbincang ringan selagi menunggu pesanan mereka datang.
"N-nde, Ssaem?" Reflek Yeri menegakkan tubuhnya. Sikap seorang murid yang menghormati gurunya masih Yeri terapkan saat ini membuat Jin-ah tersenyum tipis.
"Boleh aku meminta sesuatu?"
Yeri terdiam sejenak sebelum menjawab. "N-nde. Ssaem membutuhkan apa? Aku pasti akan membantu selagi hal itu masih di batas kemampuan ku."
Jin-ah terkekeh pelan mendengar jawaban polos tersebut. Tangannya reflek mencubit pelan pipi berisi Yeri. "Saat di luar sekolah anggap saja aku sebagai teman. Agar kau tidak merasa canggung."
Melihat Yeri yang melongo dengan ekpresi yang begitu lucu di matanya membuat Jin-ah mengulum bibir. Seketika rasa gemasnya menggebu-gebu.
Astaga, jangan sampai anak ku semenggemaskan ini. Aku tidak akan sanggup.
"Ekhm, bisa, 'kan?"
Bila mata Yeri bergetar pelan melihat tatapan yang begitu berharap itu, mulutnya tergagap. "Em... m-mungkin nanti akan ku coba," Cicitnya pelan, melempar senyum canggung pada wanita hamil tersebut.
Jin-ah mengangguk senang, "Umur kita tidak terlalu jauh. Kau bisa memanggil ku seperti... Unnie?"
Mata Yeri berkedip cepat melihat Jin-ah yang tersenyum unjuk gigi. Sepertinya baru kali ini dia menemui guru seperti Jin-ah.
"Panggilan itu hanya berlaku ketika kita bersama saja. Sedangkan di sekolah seperti biasa, heheh."
Yeri terkekeh, ternyata Jin-ah bisa bercanda juga. Perlahan gadis itu mengangguk dengan malu-malu.
"Arraseo... Unnie?"
Seketika Jin-ah tertawa senang ketika mendengar suara itu memanggilnya. "Ne, seperti itu. Anak pintar." Puji Jin-ah sambil mengusap pucuk kepala Yeri dengan gemas.
Tanpa terasa perbincangan ringan itu membuat Yeri merasa nyaman. Sikap Jin-ah seperti para kakaknya. Namun tidak di pungkiri jiwa keibuan Jin-ah sudah muncul membuat Yeri mudah untuk beradaptasi.
Hubungan Yeri dengan ke empat kakaknya itu semakin hangat. Tidak jarang, Yeri menunjukkan rasa sayangnya dengan ungkapan manis yang membuat ke empat kakaknya itu salah tingkah seperti orang gila.
KAMU SEDANG MEMBACA
Complete
Fanfiction"Ya, kau tidak punya mata? Lihat, buku ku jadi kotor!" Sosok yang sedang membersihkan seragamnya tersentak kaget mendengar pekikan tersebut. Matanya berkedip tidak percaya. Heol, jelas-jelas dia yang korban disini. Mengapa jadi dia yang di salahkan...