0,3

746 78 3
                                    

Menjelang sore, seorang gadis sampai di bandara internasional Seoul. Sepatu putih senada yang di kenakan beradu dengan lantai. Sosok itu hanya fokus menatap ke depan dengan wajah dinginnya. Tanpa memperdulikan orang-orang sekelilingnya, yang berpelukan bahagia bersama, bercanda gurau, ada yang menangis melepas pergi orang tersayangnya.

"Ck, terlalu drama." Itu adalah kalimat yang pasti di ucapkan gadis berambut panjang tersebut jika melihat hal seperti itu.

Sosok itu menghentikan langkahnya di tepi jalan, menunggu jemputan yang sudah di kirim oleh ayahnya. Telinga yang di sumpal oleh earphone itu tampak tidak terganggu sama sekali oleh bising di sekitarnya.

Sesekali sosok itu mengecek jam yang terpasang di tangan kanannya. Raut mukanya begitu dingin dan datar, membuat siapapun akan terpana. Ya, terpana! Walaupun tampangnya seperti itu. Tapi aura kecantikannya tidak bisa di bohongi.

"Jongsahamnida! Sudah membuat Nona menunggu lama. Tadi di jalan terjebak macet."

Tiba-tiba saja muncul seorang pria perawakan besar datang menghampirinya. Gadis itu meneliti pria berpakaian hitam yang tengah menunduk delapan puluh derajat tersebut dengan seksama.

"Saya di tugaskan untuk menjemput Nona atas perintah dari Tuan Kim." Pria itu menegakkan dirinya, berucap kembali karena gadis di hadapannya ini belum mengeluarkan suara sedikit pun.

Barulah gadis itu melepas earphone yang dia kenakan ketika samar-samar mendengar bahwa pria itu menyebutkan marga keluarganya. Karena jujur saja, dari awal dia tidak mendengar kalimat yang pria itu lontarkan.

"Kau di perintahkan oleh ayahku?"

"Nde."

Gadis itu segera menyerahkan barang bawaannya. Tangannya seakan mati rasa karena memegang lama koper dan tas yang cukup berat. Lalu berjalan terlebih dahulu dengan orang suruhan ayahnya di belakang.

"Sebelah sini, Nona." Dia menuruti arahan orang suruhan tersebut menuju ke sebuah mobil hitam yang sudah terparkir rapih.

Gadis itu langsung terduduk nyaman saat berhasil masuk setelah pintu mobil terbuka. Membiarkan mobil itu melenggang pergi sesuai tujuannya. Mata hitam dengan sorot dingin itu memandang gedung pencakar langit yang memenuhi jalan. Fokusnya beberapa kali teralih pada aktivitas orang-orang di luar sana.

"Ternyata sudah memasuki jam pulang sekolah."

Gumamnya kecil saat tak sengaja mobilnya melewati sebuah gedung sekolah, melihat siswa-siswi yang berhamburan keluar sekolah. Ada yang sedang menunggu jemputannya di depan sekolah, berjalan bersama teman sambil bercanda ria, ada yang sedang menunggu bus di halte. Senyum tipis tercipta di wajahnya, dia jadi ingat masa sekolahnya dulu.

"Di depan sana, tolong berhenti sebentar. Ada yang ingin ku beli," Tiba-tiba saja Joohyun berucap sambil munjuk pada sebuah toko yang tidak terlalu besar berdiri di pinggir jalan tersebut.

"Nde. Nona Joohyun." Jawab sang pengemudi.

Mobil itu pun berhenti. Joohyun memakai kacamata hitam serta topi terlebih dahulu sebelum turun dari mobil. Sejenak Joohyun menatap bangunan di hadapannya ini, lalu melangkah memasuki toko buku tersebut.

Mata itu bergulir mencari sebuah buku yang dia idamkan pada berbagai rak di sana. Sepuluh menit berlalu akhirnya buku yang di carinya pun berhasil di dapatkan. Joohyun langsung meraih buku tersebut dengan mata berbinar.

"Dapat kau," Joohyun tersenyum bangga, lalu segera melangkahkan ke kasir untuk membayar.

Gadis itu harus rela menunggu karena memang ada tiga pembeli lainnya yang sedang mengantri. Namun saat gilirannya membayar ada kejadian aneh. Yaitu sang kasir yang melongo menatapnya tanpa berkedip. Tentu saja hal itu membuat dia risih dan bingung sekaligus.

CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang