393 - The Power of Friendship, Love, and Faith (4)

25 7 0
                                    


# Mengandung konten kekerasan dan gore, yang gampang jijik/muntah tidak disarankan membaca!!! #

‘Apa yang terjadi?’

Penampilan orang itu secara alami mengejutkanku.

Aku tidak mengerti kenapa priest Republik berlari dengan mulut berbusa.

Aku melihat sekeliling berharap bisa memahami situasi, tapi aku tidak bisa melihat apa pun karena kabut tebal. Tidak ada yang berubah, bahkan setelah menerapkan mana maksimum pada mataku.

Otakku mengumpulkan banyak pertanyaan.

Aku punya banyak pertanyaan.

“Jebakan! Ini jebakan! Tetap bersama sebisa mungkin!”

“Ahhhhhhhhh!”

“Kita akan menanggapi ancaman setelah berkumpul kembali! Jangan terpisah!”

‘Dimana?’

Aku bisa mendengar suara keras, tapi sepertinya aku tidak tahu harus berkumpul di mana. Pandangan kami terlalu dibatasi. Sekutu dan musuh sekarang bercampur di dalam kandang berasap.

Aku juga menyadari kabut yang mengelilingi pasukan saat ini terlihat sedikit berbeda dari biasanya.

‘Mana sangat terkonsentrasi.’

Aku tidak bisa merasakan jejak mana sampai sekarang, tapi kabut yang mengelilingi kami sepertinya dibuat secara artifisial. Aku merasa seperti berada di dungeon.

‘Sihir… Apakah itu sihir?’

Seseorang muncul di benakku.

Tapi, seharusnya dia tidak berada di tempat kami.

Pikiran jika Mist Summoner di sini yang seharusnya berpartisipasi dalam pertempuran Castle Rock adalah konyol.

Tidak masuk akal untuk menarik orang penting menjauh dari garis pertahanan saat itu sudah dikepung dari semua sisi.

Tidak, aku bahkan tidak mengerti bagaimana orang itu bisa keluar. Aku yakin pasukan kami mengelilingi seluruh Castle Rock.

Jika dia dan beberapa pasukan lolos dari Castle Rock, mereka seharusnya tertangkap radar kami.

Aku merasa seperti kehabisan napas, dan pikiranku kewalahan.

Aku tahu aku harus menganalisis situasi dengan tenang, tapi tidak mudah membuat penilaian praktis tentang apa yang terjadi. Nyatanya, aku bahkan tidak sempat berpikir sebanyak itu.

Hal terpenting saat ini adalah mengatasi situasi. Tapi, kepalaku yang sudah terbebani tidak mengizinkan aku untuk fokus.

“Iblis kotor ini! Eeeeeekkk! Iblis kotor!”

Mereka yang memegang senjata tanpa pandang bulu sulit dipandang sebagai orang yang waras. Aku mundur dan mengayunkan pedang, menyebabkan darah mewarnai wajahku menjadi merah.

Usus tumpah saat jeritan terus bergema di seluruh medan perang.

“Ahhhhhhhhh!”

Bahkan dengan satu tangan hancur, orang gila terus mengejarku dengan cara yang mengingatkanku pada orang gila dan zombie.

Aku menggigit bibirku erat dan memotong tenggorokannya lagi, akhirnya membuat  dia kehilangan nyawa. Sosok lain berlari ke arahku yang terlihat sama dengan yang terakhir.

Dengan tebasan dari ayunanku, boneka itu juga roboh. Sosok lain mendekati ku dari belakang melalui kabut pada saat yang bersamaan.

Aku mengayunkan pedang saat aku mendengar suara, tapi aku menahan diri tepat saat aku akan memotong tenggorokannya.

Kiyeon [2] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang