Menyerah

164 48 120
                                    

"Nyatanya semua keinginan itu, tidak harus terwujud"


"Happy Reading Guys"


Udah lama banget ya, rasanya baru kemarin Kasih keluar dari rumah sakit. Sekarang Kasih udah sekolah lagi, bahkan udah bisa ngumpul bareng anak biru lagi, batin Kasih.

Echan, pria itu sudah kembali seperti pria yang aku kenal. Sosok yang ceria dengan kerandomnya.

Askal, seperti yang kalian tahu. Sosok dingin, cuek dan tidak terlalu banyak bicara. Apa itu karena dia seorang ketua.

Zigan dan Evan, kalian pasti kenal banget nih sama sikapnya mereka. Sosok jahil yang bakalan selalu mencari korbannya.

Cici, sosok gadis yang sangat penyayang dan care banget anaknya.

Gw kangen banget sama kalian, rasanya berada diantara kalian seperti ini adalah mimpi yang selalu gw harapkan.

Sudah satu minggu lamanya Kasih keluar dari rumah sakit itu, awal yang mengejutkan saat apa yang dia alami saat itu hanyalah sebuah mimpi.

Bahagia bersama ke-dua orang tua, dan kakaknya hanyalah sebuah kamuflase saja, bahkan sekeras apapun dia berusaha hasilnya akan sama, gagal.

"Sih, lo mau apaan? Biar gw beliin," tanya salah satu anak biru.

"Ah, gw mau bakso deh," jawab Kasih pada salah satu anak biru itu.

"Okeh, gw otw dulu," balas anak biru itu.

"Woy, gila lu. Lu cuma nawarin Kasih doang?" sambar Evan pada anak biru itu.

"M, cuma Kasih yang selalu di hati," balas pria itu dan pergi meninggalkan mereka begitu saja.

Sontak Evan, Zigan dan Echan yang mendengar kalimat itu langsung merasa sedikit kesal. Bisa-bisanya tuh orang mengabaikan mereka, tapi hal ini cukup membuat Kasih tersenyum bahagia.

Askal yang memperhatikan Kasih sedari tadi, juga merasa bahagia. Baginya kebahagiaan Kasihlah yang paling utama, dan senyuman itu adalah sumber kekuatan buat mereka, anak biru.

Matahari perlahan mulai turun, sepertinya bulan sudah tidak sabar ingin menunjukkan dirinya pada makhluk yang bernyawa.

Kasih yang menyadari itupun, mulai mengambil tas miliknya dan berpamitan untuk pulang ke rumah. Salah satu tempat yang mulai sekarang tidak ingin ia datangi.

"Ci, udah sore. Kita pulang yuk," ajak Kasih pada Cici. Dan diangguki oleh gadis itu.

"Tapi Sih, lo nggak mau nginep di rumah gw aja?" tanya Cici pada Kasih.

"Nggak deh Ci, makasih. Walaupun sebenarnya gw nggak mau balik, tapi gw masih berharap mereka nungguin gw," balaas Kasih.

Gadis ini nggak sepenuhnya menyerah, bahkan dia masih memiliki harapan yang sama, batin Askal.

Sesampainya dirumah, lagi-lagi Kasih mendapatkan perlakuan yang sama. Ya dipukuli, dan kali ini Kasih nggak nangis sama sekali. Dia hanya diam sambil menahan rasa sakit itu.

Kalimat kasar yang secara beruntun menyerang gadis itu, namun Kasih hanya diam. Kali ini dia hanya menundukkan pandangannya dan menahan semua sakit itu.

KASIH  (SELESAI) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang