Chapter XX

1.6K 155 34
                                    

Ahhhh... I miss you guys~ 

Mungkin penulisanku agak sedikit berbeda, karena udah beberapa bulan setelah aku Update. Aku tau aku harus cepet-cepet tamatin ini buku, karena aku mau pindah lapak. Maafkan diriku jika humorku ga ada :<

.

.

.

"Nah... Karena rapat sudah selesai, kalian mau kemana nih?" Tanya Philippine antusias, saking antusiasnya dia menggoyangkan tangan Malaysia dan Indonesia dengan kencang, hingga ingin copot.

"Rasanya Sumatraku mau copot" ucap Indo yang menatap tangan kirinya dengan lemas.

Malaysia menarik tangannya dari pegangan Philippine. "Sakit bodoh." Malaysia lalu menjitak Philipine tepat di dahinya. "Indo kamu ingin melakukan apa?" tanyanya meninggalkan Philippine yang mengerang kesakitan

Indonesia berpikir sebentar. "Entahlah... Aku hanya ingin kembali ke hotel dan memakan indomie yang ku bawa di koper." jawab Indo dengan santai. "Aku malas berpergian." Indo lalu mulai berjalan meninggalkan Philippine dan Malaysia.

"...." Malaysia dan Philippine terdiam. Menatap Indonesia yang memanggil mobil dan masuk kedalam mobil tersebut menuju kembali ke hotel. Mereka berdua bertatap-tatapan. 

"Berubah?" tanya Philippine serius dengan Malaysia, ia bertanya karena sifatnya Indonesia yang tetiba saja berubah.

"Jadi Ultramen gitu? atau sailor moon?" Malaysia tersenyum jail. "Kalau Indo jadi sailor moon burungnya mau di gimanain? eh! ga perlu di gimana-gimanain kan emang kecik"

KEUGH.. Philippine mengernyit kesal. "PUTANG INA!" Philippine lalu men-smack down Malaysia. "Maksudnya itu loh-"

"Sifat Indo?" jawab Malay serius. "Entahlah.. tapi aku suka Indonesia yang sekarang. Dia lebih seronok dari dia yang dijajah kemarin. Sifat lembutnya pada J.E. sama sekali aku tak suka." 

"!?" Philippine kaget dengan ucapan Malaysia. "Ga suka atau cemburu?" goda Philippine.

Malay menabok manjah Philip. "Kita ini satu aliansi ya bodoh. Kita ini adalah abang adek, masa iya begitu~" jarinya lalu mencubit pipi Philip. "Makanya jangan temenan sama si Jepang itu, jadi sesatkan kamuh"

"Aw.. aww..." Philip meringis pelan. 

"Jadi sekarang kita mau ngapain? Nemenin Indo?" Malay melepaskan cubitannya pada Philip

Philip menggeleng. "Aku pengen big mac..." ucapnya dengan HUWU HUWU HOWEK. 

"Yaudah ayo."

"Yey! Traktir yaaaa!"

"Emang anjeng kau ya!"

.

.

.

Indo yang sudah sampai di kamar hotelnya itu langsung berlari menuju kasur dan melompat kedalam kasur. Ia menggulingkan badanya di kasur itu, ia menghela nafasnya, lalu membuka matanya lebar. Ia turun dari kasur, melepas semua pakaiannya, menggantinya dengan pakaian yang lebih nyaman.
Ia membuka kopernya yang berisi indomie. Ia mengambil sebungkus, membuka mie instan itu dan baru ingat kalau tidak ada wadah untuk memasak indomie tersebut.

"Ihhh bodoh.." 

Ia menggeletakan bungkus indomie itu dimeja. Ia ganti pakaiannya dari pakaian rumahan menjadi pakaian casual yang ngetren di 90s. Ia mengambil dompetnya dan membuka pintu kamar hotelnya,

"Sedikit jalan-jalan juga gapapa kan.." ia me-yakin kan dirinya sendiri. Ia menuruni lift dan berjalan ke resepsionis. "Excuse me... Can you tell me the nearest supermarket?" tanyanya pada resepsionis tersebut.

"Keluar dari sini lalu berjalan ke-arah kiri, ke kanan, putar 360 derajat, lompat 3 kali, ketika melihat anak-anak bermain di lapangan berteriak hei 2 kali buat mereka mengejarmu, setelah dikejar pukul salah satu anjing liar dan buat juga anjing itu mengejarmu, buat pengejaran itu selesai dengan mengejar mereka balik, lalu berjalan ke timur, tenggara, selatan, barat daya, barat, barat laut, utara, timur laut dan anda akan menemukan logo sasaran." jawab resepsionis itu dengan senyuman ramah pada Indo,

"Terima kasih.." Indonesia lalu berjalan mengikuti arah seperti yang dikatakan resepsionis tadi. Karena Indo buta map, akhirnya dia tersasar. Indo pun menghela nafasnya panjang, karena perutnya bergejolak ingin memakan protein yang akan diubah oleh enzim renin menjadi pepton yang berada di dalam usus.

Ia akhirnya mulai melihat sekelilingnya, mencari restoran yang dapat memberikan perutnya sensasi asam lambung turun. Mata Indo menatap restoran yang sepertinya menjual putin- maksudnya poutine. Kentang goreng yang diatasnya ada keju meleleh, dan tambahan saus-saus yang akan kntl di mulut.

Indo membuka pintu restoran tersebut, ia mengantri dengan tenang sambil menunggu gilirannya untuk dilayani. Dia memesan satu poutine untuknya, dia menunggu kembali hingga poutinenya dihidangkan. Poutine yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba, ia membuka mulutnya dan ingin melahap poutine itu.

"Indonesia? Aku beruntung kita bisa bertemu disini."

Indonesia menghentikan gerakannya dan melihat siapa yang memanggilnya. Sial... Itu adalah Netherlands mantan penjajahnya dulu, dia menurunkan sendoknya. Dia berusaha untuk tersenyum ramah pada Netherland.

"Ha-hallo.." Sial, nafsu makan Indonesia hilang. Indonesia memang hilang ingatan dan tidak mengingat penyiksaannya. Tapi dia membaca buku tentang sejarahnya untuk mengetahui kembali apa yang terjadi.

Netherland tersenyum bahagia. "..." Ia lalu dengan tidak diundang duduk dihadapan meja Indonesia. "Kau sendiri kesini?"

"I-iya... Kau?"

Netherland terkekeh melihat gelagak Indonesia yang panik. "Tak perlu takut Indo.. Aku ga akan memakanmu.."

"..." Indonesia terdiam melihat kesalah pahaman Netherland. Dia ini bukan takut padanya, tapi dia merasa awkward. Indonesia tersenyum kesal pada Netherland. Indonesia bangkt dari duduknya. "Malaysia memintaku untuk tidak berlama-lama. Jadi, permisi." Indo mengambil poutine-nya dan membawanya keluar dari restoran,

Netherland meraih tangan Indonesia. "Mau kembali ke hotel kan? Bareng aku aja, mobilku disana." 

Indonesia menelfon seseorang. Ia lalu menatap Neth sambil tersenyum berusaha ramah padanya. "Aku sudah menelfon supirku.." 

"Kalau gitu aku akan menunggumu hingga kau dijemput." 

Indonesia menunggu sekitar 15 menit, tapi supirnya tidak kunjung datang. Dia kembali menelfon supirnya itu. "Kamu dimana?"

"Maaf tuan, saya ga bisa jalan."

"Hah?! Kenapa?!"

"Saya dihadang Spiderman."

"???"

"???"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

"Neth kebiasaan ya. Ninggalin kita kalau ada Indonesia.." ucap Belgium yang berada didalam restoran itu. Luxembeurg hanya bisa mengangguk pasrah

.

.

.

• Matryoshka X Wayang • //RussIndo//Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang