15. Lengkap

453 93 16
                                    

Hari apa sekarang? Betul selasa. Apakah kami akan update setiap hari? Bisa jadi. Kalau kalian rajin vote dan komen, mheheheh.

Happy reading!!!

***

"Kamu pernah jatuh cinta, Bible?" tanya Biu setelah cukup lama terdiam, tadi dia lebih banyak menemani Sakya, menghindar sebentar dari Bible, tapi cara itu tentu tidak efektif, Bible dengan cepat sudah berpindah ke sampingnya.

"Eum ... aku jatuh cinta pada seni," tuturnya seraya meraih palet biru di dekatnya, terbuat dari plastik yang cukup tebal, Bible tertarik untuk membelinya, dia menimangnya sebentar. 

"Maksudku kau pernah mencintai seseorang?"  Bible menoleh akibat pertanyaan itu, senyumannya tiba-tiba melengkuh indah.

"Tentu, aku jatuh cinta padamu." Biu menghela napas panjang, sepertinya dia sudah terbiasa menerima serangan dadakan seperti ini, Biu terbatuk walau tenggorokannya tidak gatal.

"Selain diriku, Bible," ujarnya dengan  sedikit penekanan, Biu serius. Bible menggeleng sebagai jawaban, dia pernah tertarik dengan seseorang, tapi tidak sampai jatuh cinta. Tidak sampai membuatnya tergila-gila. Artinya Bible tidak memiliki pengalaman yang cukup untuk memahami bahwa dalam mencintai juga ada kepahitan.

Mungkin saja definisinya tentang cinta, hanyalah fantasi tentang keindahan yang akan terus membuatnya bahagia, persis seperti yang diceritakan di dalam dongeng-dongeng pengantar tidur.

"Uncle ..." Suara Sakya berhasil memecah percakapan mereka, anak itu berlari menghampiri dengan segenggam kuas. Bible langsung berlutut untuk menyambutnya.

"Kenapa, Sayang?"

"Sakya bingung." Anak itu memperlihatkan satu persatu kuas yang digenggamnya, lalu beralih menunjuk pekerja perempuan yang sedang memperhatikan mereka sembari tersenyum simpul. "Kakak itu menjelaskan kedua fungsi kuas ini, tapi Sakya tidak paham. Menurut Uncle, Sakya harus pilih yang mana?"

Bible mengusap puncak kepala Sakya. "Kenapa tidak beli keduanya? Saat Sakya sudah semakin mahir, Sakya bisa tahu keduanya sangat berfungsi."

"Bible ..." Biu turut berlutut di sisi pria itu. "Pilihkan apa yang diperlukan Sakya saat ini saja, jangan ajarkan dia untuk memboroskan uang."

Bible menggeleng, tidak setuju dengan pendapat Biu, bagaimana mungkin hanya membeli dua kuas disebut sebagai tindakan pemborosan? Bahkan biasanya Bible membeli selusin sekaligus. "Aku berani bertaruh Sakya akan membutuhkan keduanya, Biu. itu bukan pemborosan, tapi investasi," jelasnya dengan tatapan serius, tapi tidak sampai membuat Biu terintimidasi. 

Lelaki itu mengembuskan napas pelan. "Tapi saya tidak suka kalau nantinya Sakya menjadi orang yang serakah." Selama ini Biu memang tidak pernah berlebihan dalam memanjakan Sakya, selain dia tidak ingin Sakya jadi manja, Biu juga tidak mau Sakya memiliki sifat tamak yang tak pernah mengenal kata cukup.

Lain halnya dengan Bible, dia masih tidak setuju dengan Biu, kepalanya menggeleng tegas. "Keserakahan tidak melulu mempunyai sisi negatif, Biu. Serakah artinya kau selalu ingin memiliki lebih dari apa yang kau punya. Maka menurutku tak masalah kalau Sakya jadi orang yang serakah dalam hal menuntut ilmu."

Pendapat Bible berhasil membungkam Biu. kalau dipikir-pikir benar juga, belajar memang tak akan pernah ada habisnya bagi orang-orang yang selalu ingin tahu, yang merasa ilmunya tak pernah cukup, karena memang begitulah prinsip menuntut ilmu. Pemikiran Bible membuat Biu sedikit terkagum, dia mengangguk setuju, mengiakan keinginan Bible. 

***

Teh hangat dan roti bolu pandan tersaji di atas meja, Biu menjamu Bible dengan camilan seadanya. Dia mempersilakan Bible untuk duduk di atas sofa, di samping Sakya yang sedang tertidur, tapi lelaki itu malah memilih duduk lesehan di atas karpet tipis miliknya.

Jari Manis BiuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang