10. Cara Mengasihi

554 95 12
                                    

"Pa, bagaimana caranya menggambarkan kasih sayang?"

Biu menoleh pada Sakya, tapi tangannya masih sibuk menata makanan di piring. "Dengan mengatakan I love you?" jawab Biu ragu-ragu, kasih sayang yang dimaksud adalah cinta 'kan?

Anak kecil itu berdecak, tak puas dengan jawaban Biu. "Hanya itu? Gampang sekali." Biu tertawa pelan seraya menyajikan sarapan di meja makan, lalu menghampiri Sakya yang sedang asyik dengan bukunya.

"Mana coba papa lihat?" Biu meraih buku tulis Sakya, ternyata dia sedang mencoba mengerjakan tugas sekolahnya. Sebenarnya di dalam buku itu tidak ada banyak pertanyaan, di sana hanya tertulis, 'ungkapkan kasih sayangmu padaku!'

"Eum ... Sakya sayang Papa?"

"Iya, Sakya sayang sekali."

"Lalu apa yang akan Sakya lakukan untuk membuat Papa bahagia?" Anak kecil itu tampaknya sedang berpikir, keningnya agak mengkerut, lalu sesaat kemudian tangannya terulur ke arah Biu, kedua lengan mungilnya mendekap tubuh itu.

"Sakya tidak akan meninggalkan Papa," ujarnya sembari mendongak, menatap Biu yang sedang tersenyum manis sekali.

"Anak pintar ... ada banyak cara untuk mengungkapkan kasih sayang, tak peduli cara apapun yang digunakan, mereka punya satu kesamaan tujuan yaitu untuk menciptakan kebahagiaan. Sama seperti yang Sakya lakukan," jelas Biu panjang lebar, tangannya bergerak mengelus puncak kepala Sakya. Anak itu mengangguk paham, lalu melonggarkan pelukannya.

"Berarti uncle Bible juga sayang Papa?" Pertanyaan Sakya membuat Biu mengernyit heran, kenapa jadi bawa-bawa Bible? Apa hubungannya dengan lelaki nyentrik itu?

"Kenapa Sakya bisa bicara begitu?"

"Karena Uncle Bible bilang dia ingin membuat Papa bahagia, sama seperti Sakya," jawab Sakya lugu, sedangkan Biu mengembuskan napas pelan, sejauh mana Bible berhasil mendekati Sakya? Hingga Sakya percaya pada setiap kata-katanya.

"Oh ya, sekarang Papa jadi 'kan ikut bersama Sakya?" tanya Sakya yang sudah melepaskan pelukannya pada Biu. Binar matanya berubah tegas, Sakya tidak mau Biu tiba-tiba membatalkan janjinya untuk menemani Sakya pergi ke studio milik Bible. Apalagi Hari ini Biu mendapatkan jatah libur.

"Iya, Sakya. Setelah sarapan kita langsung berangkat." Biu meraih kursinya, duduk di samping Sakya, lalu menarik bukunya, menggantinya dengan piring, tangannya gesit menaruh beberapa lauk tambahan ke atas piring anaknya. Sakya tentu senang menerimanya, itu adalah lauk favoritnya.

"Makasih, Pa ..." Biu mengangguk mantap, matanya tak pernah berpaling dari malaikat kecil yang selalu bisa menghangatkan hatinya. Jujur saja waktu pertama kali melihat tubuh mungilnya, Biu sempat merasa ragu, takut kalau-kalau dia malah menghancurkan masa kecil Sakya.

Yang menumbuhkan keberanian di benaknya adalah genggaman pertama Sakya. Jemari mungil itu membungkus telunjuk Biu, hangat dan lembut, Sakya tertawa riang, tak mau melepaskan cengkeramannya, itu adalah momen paling membahagiakan untuk Biu.

Waktu memang terasa cepat berlalu, sekarang Sakya sudah mulai bertanya bagaimana caranya mengasihi, padahal Biu masih belajar untuk mengasihi dengan benar supaya tak ditinggalkan begitu saja, cukup sekali dia merasakan itu, Biu tak mau lagi.

***

Langkah kaki-kaki kecil itu cepat sekali meninggalkan Biu yang baru selesai menutup pintu. Sakya berjalan setengah berjingkrak di sepanjang koridor menuju anak tangga. "Sakya bahagia?" tanya Biu setelah berhasil menggenggam tangan Sakya, tentu dia tak mau Sakya tersandung saat menuruni tangga.

"Tentu saja, Sakya bahagia karena akan bertemu uncle Bible, pasti menyenangkan," ujarnya berseru antusias. "Kita akan makan ice cream bersama. Uncle Bible pasti bahagia juga."

Jari Manis BiuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang