25. Cola-cala

376 71 15
                                    

"Bible?" Biu mengerjap ketika orang di sebrang sana kembali memanggil nama kekasihnya, sedari tadi dia belum mengatakan sepatah kata pun, hanya sekadar menarik napas saja rasanya begitu berat. "Bib-" Kalimatnya terpotong, Biu mematikan telpon secara sepihak, terlalu kaget dengan seruan tiba-tiba itu, kesadarannya kembali sembilan puluh persen, sisanya masih memikirkan kalimat kakaknya Bible.

Bible akan pergi? Apa itu alasan kenapa Bible akhir-akhir ini sangat sibuk? Biu tidak bisa mengendalikan pemikirannya, dia menatap ponsel yang masih digenggamnya, rasa penasarannya menuntun Biu untuk membuka e-mail Bible dan dia menemukan sebuah pemberitahuan yang seharusnya membahagiakan.

Namun, entah kenapa hatinya terasa sakit ketika membaca pesan yang didominasi oleh bahasa inggris itu, seharusnya Bible memberitahunya, dia sudah menerima pesan itu lebih dari seminggu yang lalu. Apa Bible berpikir jika Biu tahu maka dia akan menahan kepergian Bible? Mungkin May benar, Biu hanya akan jadi penghalang untuk kekasihnya.

Sejenak Biu beralih menatap Sakya yang sedang memandangnya dengan raut penuh tanya. Biu tersentak ketika mendapat getaran dari ponsel yang digenggamnya, menampilkan sebuah pesan dari penelpon barusan, kakak Bible, dia mempertanyakan keberadaan kekasihnya itu. Biu menghela napas, menaruh ponsel Bible kembali ke tempat semula.

"Pa—"

"Wah, kenapa jadi basah begini." Kalimat Sakya terpotong oleh suara dari pria yang baru saja keluar dari kamar mandi, Bible menatap kemejanya yang sedikit basah. "Apa air keran kamar mandinya sedikit rusak? Airnya menyembur kemana-mana," ujarnya.

"Lihat Honey ..." rengek Bible sambil berjalan ke arah Biu, tapi Biu masih enggan menanggapi. Dia tidak yakin harus bereaksi seperti apa, mungkin karena dia merasa kecewa pada Bible. Lelaki itu masih tak menyadari ada yang tidak beres, dia duduk di sebelah Biu, merangkul tubuhnya.

"Aku akan buatkan kentang goreng," ucap Biu sebelum bangkit dari duduknya—dari pelukan Bible. Melihat sikap aneh kekasihnya, Bible mulai mengerutkan alis, dia menatap si kecil yang hanya memasang wajah lucu, dari raut wajahnya dia mengatakan tidak tahu.

Bible tersenyum pada Sakya, dia menepati janjinya untuk menemani Sakya melukis, anak itu berceloteh padanya, tapi sikap Biu membuatnya tidak nyaman, dia berinisiatif berdiri untuk membantu Biu, meninggalkan Sakya sejenak, sepertinya harus ada yang diluruskan.

"Hone—" Bible tak meneruskan panggilannya, Biu bukan hanya tidak menoleh tapi bergerak menjauh darinya, menghindarinya. "Apa aku membuat kesalahan?"

Biu menggeleng kecil, menatap tangan yang menggenggam kentang. Ia menarik napasnya terlebih dahulu sebelum menatap Bible yang masih berdiri pada posisinya. Biu tidak seharusnya menyalahkan pilihan Bible untuk mimpinya, 'kan?

Dia hanya merasa pernah berada di situasi yang sama seperti ini.

"Tidak ada," Biu memilih menghindari tatapan penuh selidik dari kekasihnya, dia berbalik untuk melanjutkan kegiatannya membuatkan camilan.

Bible menghampiri Biu yang berdiri membelakanginya, satu tangannya meraih pinggang si manis. "Apanya yang tidak ada? Kau jelas sekali menghindariku, Honey," tuturnya seraya menautkan dagu di bahu kekasihnya, Biu tersenyum tipis sekali, sebenarnya dia juga tidak tahu kenapa tiba-tiba kehilangan kendali dan bersikap kenak-kanakkan.

"Apa yang membuatmu marah, hm?" tanya Bible sekali lagi. Tangannya masih melingkar di pinggang kekasihnya, Biu menoleh, kentang yang digenggamnya terlepas ke atas mangkuk, Biu mencuci tangannya, lalu mencengkram lengan Bible, melepaskannya.

"Saya bingung, Bible." Akhirnya Biu buka suara. "Apakah saya boleh bersikap egois?" tanyanya. Bible mengernyit heran, seingatnya tadi Biu baik-baik saja, tapi mendadak sekali berubah setelah dia kembali dari kamar mandi.

Jari Manis BiuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang