Di tengah guyuran hujan yang deras, membuat penglihatan siapa saja akan buram akibat rintikan hujan yang padat. Namun, ada saja orang yang berani menerobos derasnya hujan sembari berkendara.
Tiga pengendara motor melaju dengan santainya di bawah guyuran hujan yang sangat deras, seperti menikmati guyuran air yang turun sembari tertawa ria. Siapa lagi kalau bukan Arumi, Viana dan Febiola.
Ketiga gadis itu melajukan kendaraan sport nya dengan kecepatan di atas rata-rata, saling balap membalap di sepanjang jalan yang sunyi tanpa lalu lalang pengendara lain, hanya beberapa yang berani menerjang hujan saat itu. Di tambah suhu udara di daerah itu sangat rendah.
Viana menyadari sesuatu, ia mengurangi kecepatan kendaraannya dan berhenti di pinggir jalan sesudah menyalakan lampu sein. Sedangkan kedua temannya tadi sudah melaju lebih dulu.
"Wah anjir dingin banget gila," ya, menyadari kalau suhu di daerah itu sangat rendah, sedangkan tubuhnya sangat peka dengan cuaca dingin dan bisa membuatnya sesekali mimisan hingga pingsan, "Arumi!" Teringat sesuatu, Via kembali melajukan kendaraannya guna menyusul kedua temannya tadi.
Ternyata Febi dan Arum juga berteduh di sebuah bangunan kosong di pinggir jalan, untung saja Via melihat kedua temannya itu. Ia menyusul mereka berdua dan ikut berteduh di sana.
"Lo kemana bego?" Tanya Febi sembari mengetuk helm yang masih terpasang di kepala Via.
"Dingin anjir, gak tahan gue." Seru Via yang kemudian ikut berjongkok bersama dengan Arum yang terlihat menggigil kedinginan.
Tanpa aba-aba Via menampar keras helm Arum yang sengaja masih ia pakai guna mengurangi rasa dingin yang menjalar di kepalanya.
"Sakit anjir!" Geram Arum.
"Ya lo bego banget, udah tau gak tahan dingin, mau-mau aja ikutan ujan-ujanan."
Kali ini bukan helm, melainkan kepala Via yang di tampar kecil oleh Arum.
"Lo juga bego, lo lebih parah dari gue, noh bibir lo aja udah kaya mayat." Memang benar, ketahanan suhu rendah Via lebih buruk di banding dengan Arum."Bisa diem gak lo berdua hah?" Seru Febi yang sedari tadi sibuk dengan ponselnya.
"Lo ngapain main hp di tengah ujan gini, kesambar petir baru tau rasa lo." Sahut Arum.
"Cok, lo gak lagi nelpon manusia-manusia gila kan?" Tanya Via.
"Gak, gue cuman mastiin mereka gak bakal lewat sini." Jawab Febi.
"Hah?" Sahut Via dan Arum bersamaan.
Keduanya melihat ke kanan dan kiri tempat dan jalanan mereka berteduh, dan baru menyadari sesuatu. Jalan ini merupakan jalan yang biasa di gunakan mereka dan ketujuh temannya untuk menuju ke jalan utama, bisa di katakan kalau ini jalan terdekat atau jalan pintas ke jalan utama, namun sedikit berbahaya karena jalannya cukup sunyi karena hanya di kelilingi hutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Glitch
Teen FictionMencintai seseorang memang bukan kesalahan. Hanya saja, bagaimana cara ia menunjukkannya dan siapa yang ia cintai. Bagaimana jika seseorang yang ia cintai malah mencintai orang lain? Tidak salah bukan? Dan bagaimana jika terjadi cinta segitiga dal...