MENCOBA

32 7 0
                                    

Cinta itu rumit, serumit memahami hati seorang wanita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cinta itu rumit, serumit memahami hati seorang wanita.
⚘️

Tangan Arum terangkat setengah ke atas sembari menggenggam garpu makannya.
"Ngomong sekali lagi bakal gue colok beneran mata lo." Ancam Arum.

"Udah udah... Lo berdua kenapa sih ribut mulu kalo udah ketemu?" Seru Kenzo menghentikan tangan Arum.

"Adek lo cantik banget sih Zo, gemes gue liatnya." Ucap Evan yang masih terus menatap Arum.

Tak suka dengan tatapan Evan, membuat Arum naik pitam, tangan kosong nya ia ulurkan untuk menoyor kasar kepala pria di depannya itu dengan sangat tidak sopan. "Bangsat! Evan anjing."

Sedangkan yang di toyor malah tersenyum girang kala tangan Arum menyentuh kepalanya.

"Arumi! Evan lebih tua dari kamu, yang sopan sama yang lebih tua!" Tegur Kenzo lagi kala Arum mulai bertindak semaunya.

"Isshh... Untung ada abang gue, kalo ngga ada udah abis lo, dasar tua." Cibir Arum sembari mengangkat tangannya kembali yang seakan-akan ingin memukul Evan lagi.

.
.
.

"Le, lo ga kepikiran mau jalan kemana gitu..." Seru Jingga yang tengah duduk bersandar di sofa.

"Males ngga ada Arumi." Ucap Leon sembari memainkan ponselnya.

"Ya ajakin lah, alah tapi entar kalo jalan bertiga gue malah jadi obat nyamuk."

"Ya itu resiko lo lah, lagian si Arum lagi ngedate sama abang nya."

"Yakin lo kalo mereka cuman berdua doang." Ucap Jingga yang membuat Leon berfikir sejenak.

"Lo ga usah ngomporin gitu ya bangke." Kesal Leon sembari melemparkan sebuah bantal sofa ke arah Jingga.

"Jangan lupa kalo lo pernah cerita ke gue kalo bang Evan juga ngincer si Arum." Setelahnya, Jingga tertawa kala mengingat bagaimana Leon si bucin itu menceritakan tentang Evan yang juga menyukai Arum. Dan yang membuat Jingga terkejut waktu itu karena Evan yang di maksud merupakan sepupu dekatnya.

"Sialan... Pake di ingetin lagi." Gerutu Leon yang kemudian kembali memainkan ponselnya.

Jingga yang tertawa keras sembari menepuk-nepuk sofa yang ia duduki tak sadar jika ada Althan yang datang dan berjalan dari belakangnya. Sedangkan Leon yang tengah memainkan ponsel itu hanya menatap sekilas kedatangan Althan dan beberapa detik kemudian ia terkejut kala Rio berjalan mengiringi di belakang Althan.

"Barengan lo bro?" Tanya Leon yang menegakkan tubuhnya dan memberi isyarat kepada Jingga kalau ada yang datang.

Keduanya duduk terpisah di antara Leon dan Jingga, tak ada jawaban dari keduanya yang duduk begitu saja. Rio tampak duduk bersandar sembari menutup kedua matanya dan melipat kedua lengannya menutupi wajahnya.

"Ngomong elah, jangan diem aja kaya ga punya mulut aja lo berdua." Seru Leon kembali, berharap kedua temannya itu sudah berbaikan seperti biasanya.

Sedangkan Jingga, ia menatap ke Arah kedua temannya secara bergantian, otot-ototnya menegang karena takut dengan keadaan seperti ini, takut kalau tiba-tiba ada yang tersulut emosi. Padahal jelas-jelas keduanya hanya diam dan tak melakukan apapun.

The GlitchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang