Arum hanya diam kala Leon menceritakan kenakalan-kenakalan dirinya kepada Kenzo, ia tak bisa pergi kemana-mana akibat tangan yang melingkar di bahunya, siapa lagi kalau bukan tangan Kenzo.
"Wih... asik juga ya kamu ngerokok diem-diem," ejek Kenzo kepada adiknya yang tengah merengut, "lain kali ajak temen lah, nyebat kok sendirian." Timpalnya lagi.
"Bang, Arumi emang engga bisa di lepas sendiri anaknya, yang masih dalam pantauan gue sama temen-temen lain aja kadang suka kecolongan, apalagi kalo sendirian." Ucap Leon yang tidak perduli lagi dengan rasa takutnya kepada Arum tadi.
"Orang kalian aja bisa hidup sesuka kalian, ya masa gue engga sih." Kali ini Arum membuka suara, sejak tadi ia hanya diam, namun kini ia ingin membela dirinya.
Sebenarnya memang benar, selama Kenzo tidak ada di rumah dan ia tengah sendirian, dirinya sangat suka hidup dengan bebas dan sesekali pergi ketempat yang tidak baik untuk dirinya, seperti bar, arena balap, dan tempat-tempat yang ia anggap sebagai caranya menikmati hidup tanpa larangan.
Tentunya tak sendiri, ia akan pergi ke tempat-tempat seperti itu bersama dengan Febi dan Via, hanya saja karena Via akhir-akhir ini sering di sibukkan dengan tugas-tugasnya yang menumpuk, jadilah ia pergi bersama dengan Febi dan selalu berujung ketahuan oleh teman laki-lakinya.
Namun, jika sudah ketahuan oleh salah satu teman laki-lakinya, maka dirinya harus bersiap-siap menerima ocehan-ocehan mereka yang terkadang bisa membuatnya sampai menangis. Menurutnya, hidup seperti itu merupakan cara menikmati hidup yang menyenangkan.
"Dengerin abang! Lo cewek, dengan lo keluar malem terus keluar masuk bar sampe ikut balapan liar, lo pikir ngga bahaya apa? Kehidupan yang gitu bukan malah bikin lo seneng, engga. Yang ada lo malah makin masuk ke lubang hitam yang lo sendiri ngga bakal tau caranya buat keluar dari sana." Kenzo nampak marah, bahkan ia saat ini tak memakai embel-embel aku dan kamu kepada Arum.
Jika sudah seperti ini bisa dipastikan Kenzo akan mendiami adiknya, sampai adiknya itu benar-benar menyadari kesalahannya.
"Iya deh si paling ngga pernah kemana-mana..." Rajuk Arum, ia mencoba menyingkirkan tangan kekar yang tengah melingkar di bahunya, namun lengan itu semakin menguat di atas bahu Arum.
"Ya gini nih contoh manusia yang kalo di diemin makin ngelunjak." Ucap Kenzo kembali, Leon yang merasa gemas dengan raut wajah Arum pun hanya bisa diam sembari mengulum senyumnya.
"Yaudah iya... Arumi minta maaf kalo selama abang ngga ada, Arumi suka nakal dan ngga dengerin apa kata Leon sama temen-temen lain, itu juga gara-gara Arum kesepian ngga ada abang di rumah. Coba aja abang ada di rumah, tau sendiri kan Arum ngga bakal kemana-mana." Lirihnya, kepalanya menunduk, seolah-olah ia mengakui kesalahannya.
Melihat hal itu, Kenzo mulai melonggarkan lengannya yang melingkar di bahu Arum, ia menatap iba adiknya yang tengah menundukkan kepalanya. Sedangkan Arum, ia melirik ke arah Kenzo dan seperkian detik kemudian ia bangun dari duduk nya secara tiba-tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Glitch
Teen FictionMencintai seseorang memang bukan kesalahan. Hanya saja, bagaimana cara ia menunjukkannya dan siapa yang ia cintai. Bagaimana jika seseorang yang ia cintai malah mencintai orang lain? Tidak salah bukan? Dan bagaimana jika terjadi cinta segitiga dal...