Kamar rawat VVIP dengan tambahan ranjang untuk pendamping pasien dan sebuah tv lebar yang menempel di dinding, kulkas dan dispenser menambah kesan kamar itu seperti di rumah sendiri membuat Arum dan teman-temannya tampak santai di sana. Terlebih kala Restan yang pergi membeli celana untuk Arum sembari membeli cemilan untuk dirinya dan teman-temannya makan di sana.
"Tumben lo waras?" Tanya Via kepada Restan dengan tujuan menyindir.
"Emang gue waras kok, gini-gini juga tau kapan bercanda kapan serius, yakali temen lagi sakit gue beliin celana modelan aladin." Sahut Restan yang membela dirinya sendiri.
"Btw thanks ya..."Seru Arum kepada Restan.
Pintu terbuka tanpa ketukan sama sekali, terlihat dua orang pria berjalan tergesa-gesa memasuki kamar itu dan langsung mendekat ke arah Arum. Semua orang yang berada di kamar itu tampak sedikit terkejut kala pintu tiba-tiba terbuka.
"Kamu ga papa sayang? Ada yang sakit hm? Siapa yang udah nabrak kamu? Udah ketangkep orang nya? Astaga... Ada yang sakit engga?" Tanya Kenzo bertubi-tubi, hingga membuat Arum dan teman-temannya terdiam.
"Arumi... Kamu bisa bicara kan? Hei!" Satu lagi, Evan, ia tampak melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Arum.
"Anjiir... Gue ga kenapa-napa." Sahut Arum yang menepis tangan Evan, "gue bisa bicara, mata gue masih normal, telinga gue ga budek." Timpalnya kembali dengan nada kesal.
Evan menjauhkan tangannya dan mundur satu langkah dari posisi awalnya, takut Arum memukulnya. "Ya kali aja kan..."
"Beneran ga papa kan Rum? Coba jelasin ke abang gimana kamu sama Marchell bisa kecelakaan gini?" Tanya Kenzo yang merasa penasaran sekaligus khawatir.
"Sorry bang, ini salah gue." Sahut Marchell yang masih duduk di tempatnya.
Kenzo berjalan mendekati Marchell. "Ga sepenuhnya salah lo, musibah ga ada yang tau Chell, emang gimana ceritanya sampe lo berdua kaya gini."
"Gue ga fokus di jalan bang, dan ga ngeliat kalo ada mobil yang berhenti di depan gue, karena gue terlalu ngebut alhasih gue ketabrak tu mobil." Nampak kedua mata Marchell mulai berkaca-kaca, laki-laki itu sangat sensitif terhadap hal yang menyangkut dengan sakit fisik atau luka yang terjadi kepada teman perempuannya, apalagi itu karena salahnya. Padahal Arumi sama sekali tak merasakan sakit yang berlebih, malah ia terlalu enjoy dengan kedatangan teman-temannya itu.
"Ga usah mewek gitu kali Chell, kaya bocil aja lo." Seru Rio yang masih duduk di sebelah temannya itu.
"Jadi ini ceritanya kecelakan tunggal? Gue fikir ada yang nabrak lo berdua." Ucap Kenzo sembari mengangguk anggukan kepalanya, ia kembali menatap ke arah sang adik dan raut wajahnya tak sekhawatir tadi.
Arum yang mulai jenuh dengan posisi telentangnya pun menarik selimutnya dan mencoba mendudukan dirinya.
"Heh mau kemana lo?" Tanya Febi yang langsung sigap membantu Arum duduk.
Semua mata tertuju padanya, kar3na setelah duduk ia menunduk sesaat karena nyeri di kepalanya masih terasa.
"Ngapain lo pada ngeliatin gue? Gue tau gue cantik, udah gausah di liatin gitu.""Sialan, emang rada laen ni manusia, btw Via ama Gavin lama bener." Seru Leon yang masih setia duduk di bangku terdekat dengan ranjang yang Arum tiduri.
Tak lama kemudian tampak Jingga keluar dari toilet di kamar itu. Semua mata kini malah tertuju padanya yang hampir 30 menit di dalam sana.
"Pantes ga keliatan, tau-taunya di dalem toilet." Ucap Evan kepada Jingga yang hanya tersenyum tak jelas dan kemudian duduk kembali di tempatnya tadi sembari memainkan ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Glitch
Teen FictionMencintai seseorang memang bukan kesalahan. Hanya saja, bagaimana cara ia menunjukkannya dan siapa yang ia cintai. Bagaimana jika seseorang yang ia cintai malah mencintai orang lain? Tidak salah bukan? Dan bagaimana jika terjadi cinta segitiga dal...