Althan menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang, menembus jalanan ramai sembari mendengarkan musik bersama Via. Merasa bosan, Via membuka pembicaraan namun dengan topik pembahasan yang sangat di hindari oleh Althan.
"Al, demi apapun, lo beneran mau gini-gini aja? Hidup lo cuman buat mainin hati cewek doang?" Celetuk Via dengan rasa penasaran dan kurang ajar, tangannya menusuk-nusuk lengan Althan yang tengah mengendalikan stir mobil.
"Lo diem atau gue turunin disini!" Ingin sekali rasanya Althan menjambak rambut Via sekarang juga, kenapa arah pembicaraannya harus mengenai masalah ini.
"Btw, pas gue inget-inget cewek tadi kaya anak management deh, pasaran banget sih lo kalo nyari pacar, sekali-kali anak kesehatan kek, kaya Febi maybe?" Lagi-lagi, Via benar-benar ingin di turunkan di pinggir jalan.
"Turun Vi! Mumpung banyak tukang ojek disini," baru saja laki-laki itu ingin meminggirkan mobilnya di pinggir jalan, tiba-tiba Via menampar lengan Althan dengan sangat keras, hingga stir mobil yang Althan genggam bergerak oleng, "anjir, mau mati lo!" Ucap Althan yang terkejut dengan tamparan Via.
"Tau, gue ngambek sama lo." Ucap Via yang kemudian diam, memalingkan wajahnya ke arah jalanan di balik kaca mobil dan menghiraukan tatapan Althan, padahal dirinya sendiri lah yang membuka pembahasan menyebalkan.
.
.
.Di sisi lain, Restan dan Febi baru saja sampai di rumah Via, memarkirkan motornya dan kemudian berjalan ke arah pintu rumah itu di ikuti oleh Febi yang mengekorinya, Restan menekan bel rumah itu, tak lama seorang pria berumur sekitar 30 tahun keluar dari balik pintu d an membukakan pintu rumah.
"Bang!" Sapa Restan.
"Kenapa ngga langsung masuk aja? Pintunya gak di kunci juga, Duduk Feb! Tan, paperbag nya di meja noh." Ucap pria itu, yang kemudian mempersilahkan untuk Restan dan Febi memasuki rumahnya.
"Via belum balik bang?" Tanya Febi memastikan, sebenarnya ia hanya takut jika tiba-tiba berpapasan dengan Althan.
"Belum Feb, loh, emang tu anak kemana? Bukannya tadi berangkat sama Gavin ya?" Ucap Bagas yang malah ikut bertanya.
"Tadi dia balik sama Althan, katanya sih mau minjem lensa lagi." Seru Restan sembari mengambil paperbag di atas meja ruang tamu, sebuah barang dari ibu Via untuk sang adik, yaitu ayah Restan.
Restan dan Viana adalah saudara sepupu, yang di mana Ayah Restan merupakan adik laki-laki dari ibu Viana, oleh sebab itu keduanya sangat akrab dan kebetulan teman mereka juga sama, sehingga membuat mereka seperti kakak beradik. Yang lebih menakjubkan lagi adalah kedua wajah mereka hampir seperti saudara kembar.
Bagas, kakak laki-laki Via pun tidak begitu mirip dengannya, dan malahan Restan lah yang jauh lebih mirip dengan gadis itu, mungkin karena ayah Restan sangat dekat dengan ibu Via dan membuat ikatan batin hingga ikatan keturunan mereka kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Glitch
Teen FictionMencintai seseorang memang bukan kesalahan. Hanya saja, bagaimana cara ia menunjukkannya dan siapa yang ia cintai. Bagaimana jika seseorang yang ia cintai malah mencintai orang lain? Tidak salah bukan? Dan bagaimana jika terjadi cinta segitiga dal...