Mencintai seseorang memang bukan kesalahan.
Hanya saja, bagaimana cara ia menunjukkannya dan siapa yang ia cintai.
Bagaimana jika seseorang yang ia cintai malah mencintai orang lain? Tidak salah bukan? Dan bagaimana jika terjadi cinta segitiga dal...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Lalu lalang pejalan kaki dan pengendara di tengah kota hari ini begitu padat, pasalnya hari ini adalah hari Senin, hari dimana semua pekerja dan pelajar memulai aktifitasnya kembali setelah hari libur kemarin.
Begitu pula dengan Jingga, laki-laki itu sejak tadi masih diam di tengah-tengah macetnya kendaraan roda empat maupun roda dua. Seharusnya ia sudah sampai di kampusnya sejak 30 menit yang lalu, namun ia malah harus terjebak di tengah kemacetan hanya karena tidak ingin melewati jalanan rumah Arum dan juga Leon karena hal kemarin.
Dirinya merajuk karena terus di salahkan saat berbicara kemarin, ia tak ingin melewati rumah kedua temannya itu karena sudah pasti salah satunya akan berpapasan dengan dirinya, dan ia sedang tidak ingin menyapa teman-temannya hari ini. Kemarin ia juga pulang lebih dulu setelah Rio, dan saking kesalnya, ia tak berpamitan saat pulang kemarin.
"Bangke... Gini nih kalo kelebihan gengsi, tau gitu lewat jalan biasa aja." Gerutu Jingga di tengah kemacetan, untungnya ia memakai earphone dan itu cukup untuk mengurangi kebisingan juga kebosanannya di jalan.
Meskipun ia menggerutu terus menerus, tapi mood nya cukup baik dan membuatnya sabar menjalani kemacetan ini. Namun, tiba-tiba suara ambulance membuatnya terkejut, pasalnya musik di ponselnya berhenti berbunyi dan berganti dengan suara dering telepon dibarengi dengan siren ambulance di belakangnya.
Ia kalang kabut menerima panggilan dari ponsel yang kecerahan layarnya sangat minim di terik pagi seperti ini, berkali-kali menggeser-geser layar ponselnya namun masih tak kunjung mendapat kecerahan di layar ponselnya.
"Bajingan! Hp ga berguna lo, anjing siapa sih yang nelpon, mana ada ambulance lagi." Umpat Jingga yang terus mencoba mengutak atik layar ponselnya.
Kala layarnya sudah cerah, ia pun menerima panggilan dari Marchell yang namanya tertera di layar ponselnya.
"Bangke! Lama bener ngangkatnya." Teriak Marchell kepada Jingga.
"Lo yang bangke! Gue lagi kena macet elah." Balas Jingga yang tak kalah nyaring nya.
"Gue di belakang lo ya anjing! Kawal ambulance nya cepet!" Perintah Marchell.
Jingga tergesa-gesa membunyikan klaksonnya secara beruntun, ia meminta pengguna jalan di depannya untuk memberikan ruang untuk ambulance di belakangnya agar bisa lewat dengan mudah. Sebenarnya mengawal ambulance tanpa adanya pihak berwajib sangat tidak diperbolehkan, namun bukan Jingga namanya yang melanggar aturan untuk kepentingan dan keselamatan orang yang membutuhkan.
"Tolong bapak, ibu, mas, mba, tolong kasih ruang buat ambulance lewat! emergency emergency..." Teriak Jingga dengan suara baritonnya agar para pengendara dapat mendengar suaranya.
Panggilan dari Marchell belum di matikan, ia terus memantau suara berisik Jingga untuk orang-orang agar mau memberikan jalan ambulance.
"Cok, lewat jalan tol aja gimana?" Tanya Jingga pada Marchell.