14. Egois

686 123 14
                                    


.
.
.
.
.
Ares tidak menemukan Alta dan Alden saat dirinya bangun, hanya ada Igel yang tengah menyiapkan sarapan untuknya.

Ares sudah meminta ijin pada Anton untuk tidak mengajar dengan alasan sakit, Anton juga langsung memberi ijin karena tau bagaimana kondisi Ares.

"Mas Alta sama Alden sudah berangkat Gel?" Igel yang melihat kehadiran Ares hanya mengangguk.

"Iya bang, aku libur hari ini jadi aku nemenin abang seharian ini." Ares tersenyum saat Igel menarik tangannya untuk duduk di meja makan.

"Saya mau beresin baju hari ini, nanti mas Alta sama Alden kesini lagi gak?" Igel mengangguk sambil memberikan sepiring nasi lengkap dengan lauk nya pada Ares.

"Iya bang, nanti mereka kesini lagi. Ada apa?" Ares hanya menggeleng dan mulai memakan sarapannya.

"Abang beneran gak ngajar hari ini?" Ares menggeleng.

"Saya sudah ijin untuk tidak mengajar dua hari." Igel memperhatikan Ares lekat, dia ingin mendengar lagi Ares menyebut dirinya abang, bukan menggunakan kata saya seperti saat ini.

"Makan yang banyak ya bang, abang kurus banget sekarang." Ares terdiam sebentar sebelum kembali makan.

"Saya sekurus itu ya sekarang?" Igel mengangguk mantap.

"Abang sakit ya selama di jogja?" Ares meletakan sendoknya dan menatap lekat pada Igel. Kedua netra hitam yang sedari awal sudah mampu membuat Ares percaya.

"Saya memang sakit begitu menginjak jogja, paru-paru saja berulah disana." Igel terlihat sedih saat mendengar hal itu dari Ares.

"Abang masih sering sesak?" Ares mengangguk, tidak ada gunanya berbohong pada Igel.

"Saat dingin, saat lelah, saat panik juga."
.
.
.
.
.
Igel tidak tau apa yang sedang di lakukan Ares di dalam kamarnya, Igel tidak berani masuk sembarangan kesana.

Sudah sejak selesai sarapan Ares tetap diam dikamarnya, sama sekali tidak keluar, bahkan untuk mengambil minum.

Cklek

Igel langsung menoleh saat pintu kamar Ares terbuka, pemuda itu terkejut saat melihat Ares mendorong kopernya keluar dari kamar.

"B-bang Ares mau kemana?" Ares tidak menjawab dan hanya tersenyum pada Igel. Pemuda mungil itu bahkan terus saja berjalan keluar dan memasukan kopernya kedalam mobil.

"Bang Ares?" Ares akhirnya menoleh setelah menutup kembali pintu mobilnya.

"Hm?"

"Abang mau kemana? Kenapa kopernya di masukin ke mobil?" Ares hanya menepuk pundak Igel dan mengajaknya masuk.

"Mau pulang."

Deg

Jawaban singkat Ares membuat Igel ketakutan, jantung nya berdebar kencang. Igel takut jika akhirnya Ares akan kembali pergi menjauh dari mereka, dia belum siap akan hal itu.

"B-bang–" Igel tidak bisa lagi mengeluarkan kata-kata nya, terutama saat melihat senyum Ares terlukis indah.

"Saya mandi dulu ya." Igel yang melihat Ares masuk ke kamar mandi, segera mengetikan pesan pada Alta. Memberitahu jika Ares memutuskan untuk pergi dari rumah itu.

"Jangan pergi bang, tolong, jangan tinggalin kita lagi."
.
.
.
.
.
Alta dan Alden sedang berada di rumah dang papa, tatapan keduanya terlihat sangat tegas dan seperti tidak ingin di bantah.

"Alta, Alden makan siang disini dulu ya?" Keduanya hanya mengangguk saat Mega, sang mama mengatakan itu.

"Akhirnya kalian mau pulang ke sini juga." Alta mengalihkan tatapannya saat Langit mendekati mereka.

Dibalik AwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang