Epilog

415 66 5
                                    


.
.
.
.
.
"Mas, ini kita beneran pulang ke jakarta?"

"Kenapa sih mas?"

"Iya nih mas, kita udah seneng disini loh, ngapain pulang ke jakarta?"

Alta yang mendapat pertanyaan beruntun dari Rion, Igel dan Hadar hanya bisa menghela nafas panjang.

"Sana tanyain ke abang kalian, abang kalian tuh yang minta pulang." Ketiganya merengut, karena saat abang mereka yang meminta pulang maka akan dipastikan mereka semua juga akan ikut pulang.

"Kenapa abang mau pulang sih? Jakarta itu tempat dimana semua mimpi buruk kita berasal, lagian ada papa disana mas, kalau sampai papa tau kita pulang gimana?" Alta tersenyum tipis.

"Kalau papa tau ya udah biarin, berarti kita bisa buktiin ke papa kalau kita masih bisa hidup sehat dan bahagia tanpa harta papa." Igel, Rion dan Hadar mengangguk, ucapan sang kakak tertua ada benarnya juga.

"Tapi kita gak akan pulang ke rumah papa kan?" Alta menggeleng.

"Gak, kita akan pulang ke rumah Ares, dengan begitu papa gak akan bisa nemuin kita." Ketiganya akhirnya setuju untuk pulang setelah mendengar itu.

"Oh iya Igel, setelah ini tolong panggil yang lain untuk makan setelah ini." Igel yang mendapat perintah langsung mengangguk.

"Iya mas habis ini aku panggil abang, kakak sama Rius."
.
.
.
.
.
Jakarta, kota yang menorehkan luka untuk beberapa pemuda yang baru saja kembali menginjakan kakinya di sana.

Kali ini mereka semua kembali karena permintaan kesayangan mereka, setelah empat tahun pergi ke negara orang bersama orang yang mereka percaya sangat menyayangi kesayangan mereka.

Alta, Alden, Leo, Rion, Hadar, Igel dan Rius memasang wajah datar saat keluar dari bandara, beruntung mobil yang menjemput mereka sudah sampai hingga mereka bisa langsung pulang, agar kesayangan mereka tidak kelelahan.

"Setelah ini kita langsung pulang kan bang?" Sosok yang dipanggil abang itu menggeleng.

"Kita ke rumah ayah sama mama Mega dulu." Jawaban itu jelas membuat yang lain terkejut.

"Bang?!"

"Abang serius?" Sosok itu mengangguk.

"Abang serius, ayah sama mama berhak lihat jika anak-anak nya baik-baik saja." Tidak ada yang menjawab setelah itu, yang bisa mereka lakukan adalah menurut pada kesayangan mereka.

"Menemui mereka sama saja dengan membiarkan ketakutan mu kembali ke permukaan Res, kamu yakin dengan ini?" Lagi-lagi anggukan didapat Alta dari sosok didepannya.

"Aku yakin mas, sudah cukup empat tahun kalian lari dari mereka, aku gak mau kalian jadi durhaka, apa lagi ke mama Mega." Alta menghela nafas.

"Ya sudah kalau gitu, asal janji satu hal sama aku, jangan pernah jauh dari aku saat disana, aku gak bisa jamin papa gak akan nyakitin kamu lagi Antares."

Ares tertawa dan mengangguk, sosok pemuda yang empat tahun lalu membuat mereka semua seperti orang gila karena diumumkan meninggal.

Beruntung satu jam sebelum tubuhnya di bawa ke kamar jenazah detak jantung Ares kembali, meskipun lemah.

Pihak keluarga dari sang bunda, sepakat untuk menyembunyikan keberadaan Ares dari keluarga sang ayah.

Beruntung dokter Rian setuju untuk menjaga dan merawat Ares, begitu juga dengan semua saudaranya.

"Aku tidak bilang akan menemui ayah mas, aku bilang kalian yang harus menemui ayah dan mama. Aku akan tunggu di mobil, karena aku tidak siap bertemu mereka." Alta akhirnya mengangguk.

"Baiklah tunggu di mobil, kami akan turun sekarang."

Alta dan keenam adiknya sudah turun di depan rumah mewah berlantai dua, rumah dimana mereka tumbuh selama ini. Rumah yang menjadi saksi pertemuan mereka dengan Ares, juga rumah yang menjadi saksi luka pertama Ares dari sang papa.

"Bang Ares, abang tunggu sini, kita cuma sebentar." Leo mengatakan itu karena dia khawatir pada Ares.

"Iya, udah masuk sana."

Langkah Alta dan adik-adiknya terhenti saat melihat papa dan mama nya baru saja keluar dari rumah.

"Alta?"

Grep

Mega segera memeluk putranya satu persatu, rasa rindunya sedikit terobati saat melihat ketujuh putranya.

"Kalian pulang nak? Ayo masuk." Alta menahan tangan Mega yang akan membawa nya masuk kedalam rumah.

"Kita gak pulang ma, kita cuma sekedar ingin melihat kabar mama sama papa, kami akan langsung pergi setelah ini." Mega menggeleng.

"Alta, tolong bujuk adik-adik mu." Alta tetap menggeleng.

"Kami pulang karena permintaan dia ma, dan saat ini kami harus kembali dengan dia." Alis Mega mengernyit mendengar itu.

"Dia siapa?"

"Putra kedua ayah, Antares."
.
.
.
.
.
End
.
.
.
.
.

Dibalik AwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang