Author POV
"Kamu lebih keliatan mau tempur Nad, ketimbang jogging" kata Angkasa memperhatikan raut wajah nada ketika ia sampai dirumah nada tadi.
"Emang" kata nada singkat
Handphone nada berdering menunjukan nama Uray.
"Lama banget, dimana sih?" tanya gadis bermulut sampah itu.
"Balik badan" kata nada dingin sambil berhenti menghampirinya. Nada dan angkasa sudah melihat uray dan agil dari kejauhan sebelumnya. Nada menatap gadis itu dari jarak kira-kira 10 meter tanpa mematikan sambungan telepon mereka.
"Firasat gue ngga enak" kata uray setelah melihat sikap serius nada dari jauh.
"Gue udah tau siapa produser ganteng lo itu"
"Shit!"umpat uray pelan langsung mematikan teleponnya.
"Sayang, kalo aku kenapa-kenapa telpon ambulance aja ya jangan polisi okay.. semoga kali ini aku baik-baik aja" kata uray kepada pacarnya, agil. Yang dibalas anggukan agil, agil merasa kasihan pada pacarnya itu.. entah apa kesalahan pacarnya itu sampai harus berakhir seperti ini.
Nada menunggunya dengan mengencangkan tali sepatu dan melakukan pemanasan sambil terus menatap uray.
"Semangat, Nad" kata Angkasa sambil mengangkat kedua tangannya yang mengepal. Padahal dia tidak tahu alasan nada ingin melakukan ini pada uray untuk apa.
"AAAAAAAAAAAAAA" teriak uray sambil berlari menjauhi nada.
Oke dimulai. Mereka berlari seperti atlet lari profesional. Melesat dengan cepat, uray seperti mangsa yang berusaha bertahan hidup dari predator yang siap melahap habis tubuhnya. Mereka berlari sampai tak terlihat oleh agil dan angkasa.
"Kaya nya kali ini bakal lama" Kata angkasa menghampiri agil yang hendak duduk.
"Kenapa mereka ngga jadi atlet aja ya" kata agil melihat ke arah pacarnya yang sudah menghilang.
"Ngga bisa, mereka harus punya alesan dulu kan supaya bisa lari"
"Bener sih, kira-kira masalahnya apa ya kali ini"
"Ngga tau, semoga mereka baik-baik aja"
Mereka menunggu kedua gadis itu dibawah pohon. Sedangkan nada dan uray berlari mengelilingi gedung olahraga yang luas itu berkali-kali.
--
"Besok badan kamu pasti pegal-pegal" kata angkasa menatap nada yang sedang makan buburnya dengan fokus.
"Betisnya aja paling" balas nada santai.
"Kenapa emang sama uray?" tanya angkasa serius. Sejujurnya nada tidak ingin menjelaskan alasan kenapa ia marah dengan uray.
Melihat angkasa sejenak, mempertimbangkan apakah harus menceritakannya atau tidak.
"Cerita aja" kata angkasa, dia tahu gadis itu sedang menimbang-nimbang apakah gadis itu bisa menceritakannya atau tidak kepadanya, ia tahu sepertinya hal ini menyangkut dirinya secara tidak langsung.. pikir angkasa.
"Uray udah tahu kalo ken.. maksudanya keenan balik ke jakarta, dia producer ditempat uray kerja, saya cuma kesal kenapa dia ngga bilang ke saya dari awal..kenapa coba harus ditutup-tutupin kaya gitu, buat apa coba?" jelas nada dengan kesal.
"Bukan karena orangnya itu keenan kan?" tanya angkasa sembari tersenyum hangat.
"Sa" nada paham betul maksud angkasa. Tapi bukan begitu maksudnya... Sejujurnya, nada jadi tidak tahu alasan kenapa dia harus marah kepada uray setelah pertanyaan itu keluar dari mulut angkasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rangkai
Genel KurguKalau saja Nada bertemu Angkasa lebih dulu, semua pasti baik-baik saja. Atau mungkin, lebih baik jika tidak bertemu Angkasa sama sekali.