🍂🍂
Ini adalah bab Revisi, jika berkenan untuk kembali membaca nya dari awal, dipersilahkan.
••
KADANG-KADANG dia merasa bahwa hidupnya terasa begitu monoton, melakukan hal-hal yang selalu berulang-ulang membuatnya menjadi manusia yang kaku dan juga sedikit keras. Dia tidak bohong bahwa apa yang dia lakukan setiap hari adalah kegiatan yang membosankan. Lentera ruangan nya yang terang menyilaukan, kemudian layar pintar yang terus bergantian memberikan file-file yang rumit. Ruangan besar dengan kaca yang membentang tinggi membuat isi kepalanya berkelana kemana-kemana, dan juga tak jarang terasa begitu berat. Sesekali dalam ruang kosong nya bertanya-tanya bagaimana burung terbang dengan bebas di siang hari? Kemudian bagaimana kupu-kupu hinggap di bunga-bunga yang terasa panas di jam-jam makan siang yang menyesakkan? Juga bagaimana katak menikmati hujan yang sedang deras-derasnya menusuk ke kulit? Kadang-kadang dia juga tak begitu paham dengan bagaimana hidup itu berjalan yang semestinya. Semuanya terasa seperti misteri yang harus dia pecah sendiri, walaupun tak jarang menemui perasaan-perasaan yang mengurung dia hingga inti menyakitkan yang sulit dimengerti.
Barangkali dia juga tak begitu mengerti memahami bagaimana seharusnya menikmati hidup yang barangkali mungkin terasa singkat.
Helaan nafas itu berkali-kali berbenturan dengan dinginnya ruangan ini. Sesekali bahkan tangannya memijat pangkal hidung nya yang terasa sedikit mampat. Beberapa hari belakangan Shani sang kakak sudah memperingatinya untuk berjaga-jaga di awal musim hujan ini.
Jakarta yang sulit diterka cuacanya membuat imun tubuhnya akan sangat mudah untuk terserang penyakit. Akan tetapi, dia tetaplah dia. Apa-apa tentang yang keluar selalu saja sekejap masuk kemudian hilang.
Dia — Zeefano Asadel Najendra.
Laki-laki 28 tahun, yang kali ini ditugaskan untuk ikut serta membangun perusahaan di bidang teknologi dan media yang berkecimpung di produksi entertainment ini untuk tetap mendapatkan eksistensi memang cukup rumit. Zee — sapa akrabnya. Tidak heran jika 3 tahun berada di sini masih membuat nya merasa begitu kaku dan cukup memakan waktu untuk belajar. Dirinya memang cerdas, tapi dengan kinerja bisnis di dunia teknologi dan media entertainment yang merepotkan untuknya. Basic skill pendidikan masaknya membuat dia tak begitu paham dengan dunia bisnis yang rumit. Apalagi jika itu ada sangkut-pautnya dengan dunia entertainment, laki-laki kaku itu selalu enggan untuk mengikuti hal-hal yang disorot, baginya tak menarik. Tapi mau bagaimana lagi? Ya, barangkali dia hanya melakukan apa yang ada kemudian menikmatinya walaupun hanya secuil mungkin.
Dia adalah seorang chef yang mengemban pendidikan di negeri orang beberapa tahun yang lalu, dengan ciri khas nya dia sedikit-sedikit dikenal oleh masyarakat sebagai seorang chef bukan sebagai pebisnis kondang seperti Gracio—kakak nya. Hingga pada akhirnya dia ditarik masuk kedalam dunia bisnis yang menyebalkan, sekalipun dia juga mempunyai sebuah restoran terkenal, tapi bisnis f&b baginya jauh lebih menyenangkan dibandingkan dengan bisnis korporat seperti ini. Gracio bilang ; laki-laki itu tak bisa menghandle satu perusahaan di tangan satu orang, dia butuh beberapa orang di dalamnya. Dan itu kemudian menjadi tugasnya pula sebagai anak laki-laki di Najendra family'.
Lamunannya buyar begitu saja ketika mendengar suara ketukan dari luar ruangan. Dekheman kecil dia buat untuk menetralkan diri dengan suasana dan juga ekspresi. "Ya?"
"Maaf pak, ada ibu."
Zee menghela nafasnya dalam kemudian mengangguk paham. Indira sekertaris nya kembali mengambil langkah keluar setelah mendapatkan isyarat untuk memberikan izin pada Ibu' yang Indira maksudkan untuk masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Better With You
RandomBagaimana aku jatuh cinta, berakhir atau bersama, senang bisa menjalini bersama mu.