••
"Kamu harus menikah dengan Ashel, Zeefano. Enggak ada pilihan selain meninggalkan Marsha. Tinggalkan dia dan hidup bahagia bersama Ashel, Papah mengenal anak itu dari dia umur segini percaya lah." Beliau terkekeh kecil seraya memperagakan tangannya seolah-olah mengukur tinggi badan Ashel kecil. Sungguhan Zee tidak tertarik untuk mengetahuinya lebih jauh. "Marsha itu perempuan yang enggak akan bisa bikin kamu bahagia Zee, dia ini bisa apa? Papah rasanya enggak rela hidup mu berdampingan sama anak itu yang enggak tahu apa-apa. Sudah lah, kamu tahu apa yang Papa berikan ke kamu itu semuanya yang terbaik."
Meninggalkan Marsha?
Hampir saja Zee tertawa keras mendengar perintah konyol dari sang ayah yang mungkin hanya mampu dia telan pahit. Kenyataan bahwa dia tidak mungkin bisa melakukannya walaupun itu adalah perintah yang tidak bisa di ganggu gugat. Pilihan ; rasanya menjadi begitu menyedihkan ketika dia hanya mampu meneguk segala panas dalam dadanya ketika isi kepalanya bercabang-cabang memikirkan tentang bagaimana mungkin dia bisa melakukannya? Marsha Lenathea — ia jatuh cinta dengan begitu besar ketika dirinya berada dalam titik terendah disaat semua orang hanya mampu untuk menuntut nya, Marsha hadir menelan segala kurangnya. Kemudian ketika seluruh hatinya penuh dengan perempuan yang manis, tiba-tiba dia harus meninggalkannya atas keinginan orang lain? Zee bahkan harus menelan ludahnya dengan susah payah. Harus kah kehidupan selalu memiliki sebuah pilihan yang menyedihkan?
Mungkin kali ini dia hanya mampu mengatakan bahwa dunia tidak cukup adil untuk membuatnya bahagia. Ya setidaknya itulah yang dia rasakan sejak dirinya mengerti untuk patuh.
Netranya masih terus lantang untuk menatap setiap pergerakan-pergerakan yang dibuat oleh laki-laki paruh baya di hadapannya sekarang. Bagaimana beliau berbicara tentang Ashel — yang sebetulnya Zee pun tidak begitu mengenalnya, juga berbicara tentang Marsha seakan-akan beliau yang paling memahaminya entah mengapa berubah menjadi sangat menjengkelkan. Jari jemarinya sudah mengepal keras guna meredam amarah-amarah yang siap untuk di luapkan ketika sang ayah berbicara tentang Marsha — perempuannya yang dia temui dengan segala perasaan jatuh cinta. Kadang-kadang Zee tidak bisa memahaminya, bagaimana bisa sang ayah menjual perasaan anaknya sendiri hanya untuk segala egois nya yang besar. Sungguhan Zee sebetulnya tidak bisa terima segala yang ayahnya lakukan. Tapi, dia tidak berdaya.
Berbicara tentang yang terbaik, dia selalu mempertanyakan 'apa yang ayahnya ketahui soal terbaik untuknya? Rasa-rasanya Zee ingin sekali berbicara dengan lantang di depan laki-laki yang sudah tidak berdaya untuk sekedar berjalan, tapi rasa angkuhnya benar-benar mampu membuat Zee merasa muak sendiri. Zeefano Asadel Najendra jelas berani untuk bersumpah bahwasanya apa yang selalu diatur oleh sang ayah tidak selamanya baik-baik saja. Dia sudah lama menderita, tentang banyak hal yang mungkin tidak bisa dia raih dengan baik. Dia harus mengubur mimpi-mimpinya menjadi seorang chef yang handal sekalipun dia tetap menggeluti sekolah masak dan bisnis sekaligus hanya untuk memberikan kepuasan ayahnya. Sungguhan Zee tidak benar-benar bahagia, ayah nya lah yang selalu membuat karakteristik nya menjadi berantakan.
Tentu Zee selalu marah dengan ayahnya, tapi dia selalu tidak berdaya. Semua orang pun tidak mampu menolong nya dengan baik, dia jadi berfikir bahwa tidak ada yang benar-benar mampu di andalkan, pun dengan hidupnya sendiri.
Beberapakali telinga nya harus mendengarkan cerca-cerca menyakitkan tentang semua pilihan nya yang dianggap tidak penting dan tidak baik. Selama ini mungkin dia hanya diam,' dia menurutinya sebab Zee tidak punya pilihan lain. Dan untuk kali ini pun rasa-rasanya sama, dia tidak berdaya hanya untuk mengatakan dia enggan mengikutinya. Ada perasaan marah dan takut yang seolah-olah mendorongnya pada ruangan mengerikan, jelas Zeefano Asadel Najendra tidak memiliki banyak keberanian untuk itu selain mengumpatnya dalan hati. Ia barangkali terlihat sangat munafik, dan pengecut dalam waktu yang bersamaan. Barangkali dia juga selalu mengatakan bahwasannya dia selalu ingin Marsha — kekasihnya dipandang dengan hormat oleh semua orang. Dia selalu menjanjikan itu pada perempuannya hingga hari ini dia mengerti bahwa dia tidak bisa melakukannya. Dan jelas itu adalah perasaan yang menjijikan bagi Zee sekarang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Better With You
RandomBagaimana aku jatuh cinta, berakhir atau bersama, senang bisa menjalini bersama mu.