04 | Dia dan kisah selanjutnya

268 36 4
                                    

🍂

Ini adalah bab Revisi, jika berkenan untuk membaca nya ulang silahkan


••

TELAH selesai, tanpa banyak perdebatan dan tanpa banyak bantahan. Keputusannya benar, selesai baik-baik adalah sebuah akhir.

Zeefano Asadel Najendra—pada akhirnya mengangguk seraya tersenyum kecil membentuk sebuah bolongan di pipinya, kendati sangat tipis namun terasa begitu manis. Dibalik kaca matanya yang bertengger di hidung bangirnya, mata itu seakan berbicara lebih dari apa yang dia perlihatkan. Mata tajam bak aliran air terjun yang curam itu terasa begitu sejuk dan menenangkan, Ashel tidak bohong jika dia menyukai bagiamana Zee menatapnya lekat. Tatapan yang dingin dan hangat dalam waktu yang bersamaan, selama hampir empat tahun bersama laki-laki itu, kemungkinan Ashel masih bisa hafal berapa kali dirinya ditatap sedekat ini oleh Zee. Dan setelah ini mungkin dirinya akan merindukan tatapan yang selalu saja terasa sengit jika berada didalam rumah, she's remember— tatapan yang tak memiliki banyak arti yang bisa Ashel terjemahkan. Tatapan itu yang akan menjadi kenangan paling membekas pula untuk Ashel, dengan segala kekurangannya dia menyukainya.

Kacamata itu bertengger dengan nyaman, Ashel tau jika laki-laki dihadapannya kini sangat jarang mengenakan benda bening itu, namun hari ini rasanya begitu pas di wajah tegas nya. Entah apa yang menjadi maksudnya, tapi Ashel tau jika mata laki-laki itu seolah coba di tutupi oleh kacamata nya yang pas. Ashel jadi tersenyum tipis akan hal itu, dia mengerti bahwa ; bukan hanya dirinyalah yang merayakan kesedihannya hari ini.

Ah, sial Ashel masih suka apapun pada diri Zee.

Uluran tangan itu diberikan Zee, menyambut Ashel yang ikut serta keluar dari ruang persidangan hari ini untuk sekali lagi. Ashel menatapnya lekat, seolah bertanya-tanya 'apakah secepat itu perpisahannya?' Ashel menghela nafasnya berat, sejujurnya dalam hati masih ada ke-tidakrelaan jika memang uluran tangan itu berarti sebuah perpisahan yang kekal. Akan tetapi, dirinya tidak mungkin mengkhianati keputusannya sendiri, semua hal yang sudah dirinya rencanakan, semua nya mungkin tidak akan menjadi sia-sia sekarang. Dan semua perlahan-lahan akan terbuka, Ashel kembali menghela nafasnya dalam dan menerima tangan Zee yang menggantung di udara.

"Terima kasih Shel. Saya rasanya enggak punya cukup pengalaman, tapi sama kamu pelan-pelan aku jadi ngerti. Tiga tahun yang mungkin terasa begitu cepat kita lewati, tanpa perasaan yang begitu besar tapi saya mau bilang bahwa ; semua hal memang terisi begitu menyenangkan. Saya tidak tahu jika bukan dengan kamu, pengalaman dicintai dan berusaha untuk mencintainya balik begitu rumit, ya? Makasih yah, dan maaf pastinya. Mungkin saya punya banyak salah dan kurang mengenakkan buat kamu. Saya ngerti, bahkan lebih banyak salahnya dibandingkan berusaha membuat kamu paling tidak untuk bahagia." Ucap Zee dengan suara yang parau, rasanya cukup sudah menjelaskan bagaimana dirinya sekarang. Ada ketertatihan yang mengusik, mengucapkan kalimat-kalimat yang selalu ingin dirinya katakan, pada akhirnya dia mampu.

Ketukan palu yang menggema di seluruh sudut ruang persidangan, benar-benar cukup menyayatnya. Dia tak bohong bahwa perasaan luka itu pasti ada, hampir empat tahun bersama kendati tidak merubah apapun, tapi rasa terbiasa' nya cukup membuat dia merasa sakit pula. Sekalipun dirinya mencoba lapang akan tetapi tetap saja terasa begitu menyesakkan, perasaan pilu juga rasa ngilu seakan terngiang-ngiang memutari seluruh tubuhnya dengan cukup keras. Jujur, dia hanya laki-laki yang lemah, dia payah akhir-akhir ini, tapi selalu berusaha untuk jauh lebih mampu seperti ketika ada Ashel bersamanya.

Dia ingin sekali bilang ; apapun akan dia lakukan jika semua mampu menebus apa yang dia lakukan pada Ashel selama ini. Rasa sakit bertubi-tubi yang tanpa sadar dirinya berikan, mungkin ini lah jawaban dari sebuah rasa sembuh. Sekalipun dirinya ingin mempertanyakan banyak hal, masih sama seperti sebelum dirinya menginjakkan kaki di persidangan Agama ini. Semua hal terasa begitu mengerikan ketika Zee harus menerimanya begitu saja tanpa tau alasan yang pasti. Masih saja menginginkan bercengkerama dengan Ashel dengan kepada dingin, tanpa ada gurat-gurat amarah dari keduanya, kemudian memberikan penjelasan jika memang perlu. Tapi sekarang, apa gunanya?

Better With You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang