12 | Mencintai mu

249 26 1
                                    

••

PERDEBATAN-perdebatan yang berlangsung cukup banyak dilampauinya sepanjang hubungan itu memang tidak mudah. Dalam kurun waktu sembilan tahun bersama, bahkan hampir menyentuh sepuluh tahun, rasa-rasanya bukan semakin mudah, tapi jadi semakin sulit. Masih berada di dalam hubungan yang tanpa kejelasannya akan membawa perjalan-perjalanan yang terlanjur lama ini kemana? Dibawa serius ataukah hanya sekadar saling mengisi masa muda? Jatuh cinta dengan sedalam-dalamnya, mungkin itu yang mampu Victo katakan. Laki-laki dengan darah separuh Belanda itu kadang-kadang juga masih ikut mempertanyakan, kesulitan-kesulitan dalam hubungan ini justru arahnya kemana? Berdebat, saling memaki, saling meninggi intonasi suaranya pun sepertinya tidak benar-benar cukup untuk menyelesaikan untuk menyelaraskan. Victor mengenal perempuannya, bahkan sangat. Tapi entah mengapa sangat sulit untuk memahami isi kepala perempuan itu dengan segala keras nya.

Tidak usah bertanya, perasaan laki-laki itu pada Yessica jelas saja bukan sembarangan suka-sukaan saja. Jatuh cinta dengan Yessica sudah dia pilih sejak dia berusia 20 tahun hingga kini dirinya sudah menginjak 30 tahun, sepuluh tahun yang lalu dia membiarkan hatinya jatuh pada perempuan itu yang umurnya tiga tahun dibawahnya. Tentu alasan-alasan yang membuatnya masih bertahan hingga kini dengan segala keruwetannya pun bukan karena terlanjur lama, bukan juga eksistensi dan kecantikan Yessica Tamara. Sebab jatuh cinta nya bukan lagi hanya sekedar jatuh cinta. Jika harus dijelaskan mungkin Victor juga tidak begitu mahir. Dia mencintai Chika, dengan segala hal yang ada dalam perempuan itu sudah Victor telan habis.

Bahkan baik-buruk nya.

"Aku minta maaf, kak."

"Sepanjang sama aku justru kamu terbebani sama banyak hal. Aku minta maaf masih enggak mampu jadi pelengkap yang baik bahkan setelah kita menginjak satu dekade bersama-sama. Aku — aku juga enggak paham kenapa rasanya sulit banget. Kaya, rasanya tuh berat. Setiap hari aku juga mencoba, tapi aku belum benar-benar nemu jawabannya apa. Aku minta maaf yah, kak. Aku tau kamu sangat ingin untuk lebih bahagia, atau ngerti." Victor mengangguk, dia pada akhirnya mau menoleh dan tersenyum manis dengan begitu lembut pada tatapan Chika yang putus asa. Seolah-olah meyakinkan bahwa semuanya baik-baik saja. Victor meraih tangan Chika dengan lembut dan menggenggamnya. "Mungkin aku yang egois disini. Kamu benar bahwa kita lagi enggak dikejar oleh apapun. Ini bukan soal umur atau apapun, tapi percuma juga kalau hanya aku yang siapa, dan pada akhirnya kamu enggak, masalah-masalah yang lain pasti bakal berlomba-lomba buat datang. Chika, kamu pikir aku mampu disini sampai sepuluh tahun lama nya karena apa? Justru karena jatuh cinta sama kamu yang aku lakuin adalah setiap hari. Mencintai kamu, enggak pernah membuat aku cacat. Sekalipun kadang-kadang kita selalu enggak sepaham. Tapi itu wajar kan?" Chika terdiam bisu. Telinga nya benar-benar mencerna seluruh kalimat yang di ucapkan oleh Victor.

Laki-laki ini sepenjang yang Chika kenali adalah laki-laki yang mempunyai jiwa yang besar. Dia selalu mendapatkan omongan ; Chika itu beruntung memilikinya. Setiap hari Chika juga mengakui itu, bahwa dia memang beruntung memiliki Art Victor yang benar-benar mau jatuh cinta dengan seluruh cacat yang Chika miliki. Beberapa bulan belakangan hubungannya memang jadi sedikit rumit dan tidak baik-baik saja hanya karena perdebatan-perdebatan yang memang tidak bisa dikatakan sepele. Mencanngkup kehidupan baru yang makna nya lebih besar, Chika selalu saja kolot dan keras hanya karena dia memang belum mampu untuk menyanggupi. Mungkin bear bahwasanya manusia itu selalu mempunyai batas kesabaran, tapi mungkinkah Victor juga seperti itu?

Chika putus asa.

Bahkan hari ini memilih untuk menemuinya dengan perasaan yang benar-benar siap seandainya Victor memilih untuk selesai. Chika benar-benar putus asa. Bukan karena dirinya tidak mencintai Victor, tapi perempuan itu jelas ingin Victor bahagia. Jika Chika tidak mampu memberikannya, bukankah orang lain mungkin akan mampu? Tapi justru Chika salah, dia dibuat bergetar dengan keteguhan Victor untuk tetap mencintainya, Victor yang memilih untuk tetap berdampingan dengannya sampai Chika benar-benar paham arti siap. "Kak, aku enggak tau harus bagaimana. Kamu tuh, astaga demi Tuhan."

Better With You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang