07| Yang tak di mengerti

198 27 2
                                    


🍂🍂

Jika boleh mengulang, rasanya ia jadi ingin lebih tau apa yang selama ini dia lewatkan.

••

JAKARTA dengan hujan, akhir-akhir ini seolah menjadi sebuah rekanan yang cukup baik untuk bercengkrama. Menikmati sebuah coklat panas yang mengepul, menghantam kuat perasaan-perasaan dingin yang coba di pisah. Namun, rasanya tetap sama. Gagal.

Keduanya bahkan saling diam sekarang, hanya karena perdebatan nya tak kunjung menemui jalan pintas, bukan kali ini saja tapi sejak beberapa tahun belakangan masih terasa sama. Sebab, semuanya jadi ingin mendorong pandangan satu sama lain, menjadi sama kuatnya. Hah, hampir saja menyerah. Jika saja dirinya tak memiliki kesabaran yang lebih, mungkin semua yang dibangun jadi lebih rumit dari bayangannya. Hanya saling bertabrakan sang bola mata, mencari-cari celah damai dari salah satu dua anak manusia yang sudah jadi lebih dewasa. Menghembuskan nafasnya kembali, beranjak dari duduk nya dan memilih untuk mengganti minumannya menjadi air bening yang dingin ketika coklat panas nya tandas tak tersisa. Pergerakannya tak luput dari sorot mata coklat jernih seseorang yang tak kalah sengit di perdebatan ini. Sama-sama terasa begitu lelah dengan kolot yang membumbung tinggi.

Aart Victor Andrianus — sosok laki-laki 29 tahun, berkebangsaan Indonesia yang darahnya bercampur Belanda dari sang Ayah. Barangkali sudah cukup memahami bagaiman perempuan yang dirinya temani selama 9 tahun belakangan. Sejak usianya 19 tahun hingga kini laki-laki itu hampir menginjak 30 tahun, cukup lama dalam memposisikan bagaiman perempuannya yang cukup keras tentang suatu hubungan. Disini keduanya, beradu debat dalam situasi yang cukup menyesakkan. Entah apa yang dicari-cari, sekalipun keduanya sudah saling memahami kedepannya. Jika dibilang matang, sudah jangan dibicarakan. Victor adalah arsitektur muda, berpenghasilan tinggi, memiliki rumah sendiri, kendaraan sendiri, bahkan memiliki usaha sampingan dibidang tekstil. Apa yang kurang? Orang bilang untuk saat ini Victor justru akan lebih mudah menggapai apa yang dirinya mau, tapi dia mengatakan bahwa ; apa yang dia mau justru terdengar sulit.

Lagi-lagi dirinya harus mengenal nafas panjang dan berat, hanya karena keengganan seorang Yessica Tamara — perempuannya untuk diajak mengusungkan banyak cerita dalam perspektif lain. Dalam sebuah keseriusannya untuk menjaga dan juga membersemai perempuan itu lebih dari yang dia mampu sekarang. Victor menggeleng kecil, masih saja tak mampu paham. "Kita udah sama-sama dewasa, juga sama-sama paham soal hubungan ini bertahun-tahun ujungnya mau dibawa kemana? Kita juga pernah ngobrol kan soal ini Chika, aku enggak pernah loh minta kamu buat mengerti aki. Selama ini aku yang memposisikan bagaimana aku harus mengikuti alur kamu. Tapi, sampai kapan? Enggak mungkin urusannya cuma disini, kita perlu Chika. Usia kita, bahkan aku deh, udah mateng banget buat dibawa kesana. Apa yang kamu khawatirin sedangkan aku bersedia banget buat membenahi hal-hal yang rusak dari kita untuk jadi lengkap dan padu." Jelas Victor dengan gurat emosi yang cukup dirinya tahan agar tidak kelewat batas. Berusaha untuk tidak membentak perempuannya dalam keadaan panas dingin kepala nya.

Victor menghela nafasnya lagi dan lagi, jemari-jemari nya dibairkan untuk bertemu dengan helai-helai rambut yang sedikit panjang dari biasanya agar tidak mengganggu pandangannya pada si pemilik mata coklat jernih yang masih saja diam. Victor kembali membetulkan posisi duduknya agar jauh lebih nyaman, sebab dalam dada nya sudah meronta-ronta untuk dikeluarkan emosinya. "Gini deh, kamu tuh melihat kita sebagai apa? Ini hubungan bukan setahun dua tahun loh Chik, kita hampir menginjak angka satu dekade. Satu dekade cuma dibawa pacaran doang, apa enggak buang-buang waktu banget? Aku kenal kamu, kamu kenal aku. Keluarga kita juga sama-sama oke, kita enggak punya banyak kerepotan, kita punya banyak hal yang sama. Seiman, sebaptisan. Lalu, apalagi?"

Better With You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang