🍂🍂••
Ashel : Namanya juga masih kecil Zee, rewel itu wajar kok
Ashel : biarin anaknya nangis dulu biar lega, jangan paksain buat diem dan main ini itu
Ashel : it's okee
.
.
DIA' jauh dari kata tak bisa yang selalu di gumamkan.
Entah sejak kapan otaknya jadi lebih banyak berfikir tentang ini itu yang sebelumnya dia anggap sepele, kini menjadi lebih dominan dan berat sendiri.
Zeefano Asadel Najendra—dengan segala kekurangannya menjadi seorang ayah, dia sangat menyadari bahwa dirinya memang payah. Beberapa hari belakangan bahkan dirinya jauh lebih sibuk bercumbu dengan pekerjaan-pekerjaan yang merengek disentuh lebih lama. Melupakan bahwasanya masih mempunyai tanggung jawab lebih dari itu. Beruntung Ashel masih sedikit rela untuk di repotkan, perempuan itu tidak benar-benar pergi meninggalkan semuanya. Perannya masih bisa dirinya jamah sesekali ketika berhubungan dengan seorang anak, ya—hanya tentang itu saja Zee dapat menghubungi nya. Sekalipun dia juga tak berharap lebih tentang apa-apa dengan Ashel selain tentang Noel, sungguh. Ashel masih sama seperti yang Zee tau, dia adalah perempuan yang baik dan juga ibu yang baik. Kendati beberapa orang pasti akan mengatakan bahwa Ashel adalah seseorang yang paling jahat di peran-perannya. Tapi tidak, Ashel adalah Ashel yang Zee lihat.
Katanya ; menjadi seorang ayah adalah pekerjaannya seumur hidup. Dan Zee menyetujui kalimat-kalimat tersebut. Seumur hidup belajar bagaimana menjadi sosok yang baik dan paham banyak hal tentang perkembangan anak nya, kan? Entahlah dirinya juga tak begitu mengerti. Entah menjadi seperti apa nanti, tangannya melatarbelakangi tumbuh kembang anaknya sendiri. Dia tentu bertanggungjawab atas apa yang bertumbuh pada setiap titik lapangan luas yang ada dalam tubuh jagoan kecilnya. Noel — lahir dengan arti sebuah hadiah' mengemban arti lebih jauh dari yang dimengerti dia juga banyak orang, jauh lebih luas dari yang dia harapkan dulu ketika pertama kali telinganya mendengar tangisan yang nyaring. Menjalani kehidupannya menjadi seorang ayah dengan minim pengetahuannya, Zeefano Asadel Najendra selalu ingin berhati-hati dengan perannya sendiri, selalu berhati-hati dengan pijakan-pijakan nya yang mungkin saja akan salah dalam waktu dekat. Dia sangat percaya akan hal itu, gagal' adalah pasti dalam sebuah peran.
Noel Keivano Najendra bentuk dari sebuah hadiah berharga sepanjang nafasnya bekerja, ini akan jauh lebih menyenangkan jika dia memang benar-benar berhasil.
Tapi, yang menjadi pertanyaannya adalah apakah dia benar-benar mampu? Kadang-kadang dirinya masih berkelana di penghujung malam hanya untuk menemui kalimat-kalimat tentang tumbuh-kembang sang anak. Dia melakukannya, membaca banyak buku-buku diluar yang dia tau. Keingintahuannya jauh lebih besar dibandingkan ada Ashel di pandangannya yang dekat.
Malam-malam nya selalu menjadi pilihan untuk hari esok yang lebih panjang.
Lagipula, merengek tentang begini dan begitu hanya akan membuatnya menjadi orang yang semakin kalah. Dia pecundang yang selalu dikejar-kejar tentang bagaimana dirinya menjadi dirinya sendiri? Hingga hari ini, Zee masih belum menemukan tentang kelapangannya sendiri. Pada akhirnya menyerah pada situasi, kemudian membawa nya keluar lebih jauh dari lingkaran mengerikan dalam dirinya sendiri. Pada akhirnya dia hanya mengandalkan dirinya sendiri, bukan banyak orang yang suka rela mengatakan bahwa dia siap untuk direpotkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Better With You
RandomBagaimana aku jatuh cinta, berakhir atau bersama, senang bisa menjalini bersama mu.