01 - Kelas Sebelah Lebih Segar!

136 9 0
                                    

Kelas Untitled dibuat oleh Roen agar mereka menciptakan situasi pembelajaran yang mereka suka dan pembelajaran jadi lebih efektif. Situasi berlangsung kondusif selama semester satu. Hanya saja, semenjak kematian murid terbrilian di untitled, Jonathan Sage, situasinya tidak bisa sama seperti sebelumnya. Roen tidak tahu, perubahan ini menjadikan kelas mereka lebih baik, atau akan ada lebih banyak masalah.

Kelas untitled menyatukan meja mereka, sudah tidak ada lagi peraturan akan tempat duduk tetap. Mereka bisa duduk bersampingan dengan siapa saja.

Ini sudah masuk ke bulan ke empat semenjak kepergian teman mereka, Jes.

Liam baru berangkat sekolah pukul 8, melihat teman-temannya sudah saling mengobrol dan melakukan kegiatan masing-masing. Peraturan kelas sudah semakin acak, ada dua anak yang tidak datang ke kelas hari ini. Semakin sedikit anak-anak yang secara tertib melakukan ujian—tidak, hampir tidak ada yang melakukan ujian satu bulan ini, kecuali dirinya, Lucas, dan Peia.

Liam merasa hatinya semakin berat dan berat. Ia merasa takut melihat teman-temannya di kelas untitled. Kelas untitled semakin memahami hak istimewa apa yang bisa mereka dapat. Tanpa aturan. Pada awalnya mereka tidak begitu yakin dan masih mengutamakan kenyamanan bersama, tapi...

Kelas untitled kini lebih terasa seperti geng bermain daripada kelas sekolah.

"Oh-oh, Peia, aku mimisan!" Clio mulai merengek pada adiknya, sementara Peia cepat cepat mengambil sapu tangan dan memberikannya pada Clio.

Peia melihat Liam yang masih berdiri di pintu depan. "Liam? Apa yang kamu lakukan?"

Liam tersenyum, "Pagi! IH, kalian kenapa gak ada yang telepon aku??? Aku bangun terlambat jadinya!"

Lucas berdecak, "Halah, toh ga ada yang marah, kamu tidur sampai jam 12 juga ga masalah Li. Lihat tuh, Amos hanya ke kelas untuk tidur. Sheva bahkan belum terlihat, entah kemana.

Liam melihat ke sudut ruangan dimana ada Ina dan Muna yang tengah bermain game konsol.

Miss Vivian sudah jarang berada di kelas. Ia hanya akan datang untuk menyerahkan soal ujian, kemudian ia percayakan pada mereka bahwa mereka tidak akan contek menyontek, karena sudah biasanya begitu. Juga ada cctv di untitled yang bisa mengawasi gerak-gerik murid.

Jaman sekarang, semua serba ada di internet, mulai dari perkataan filosofi sampai video penjelasan dosen ternama.

Anak-anak untitled juga mulai paham dan membanggakan diri mereka dibandingkan kelas lain. Mereka tidak membutuhkan guru, mereka bisa memperluas ilmu mereka sendiri dengan fasilitas yang sudah ada: internet dan buku. Mereka sudah dalam banyak hal lebih maju daripada kelas lainnya, merasa hebat dan tak tertandingi.

Liam berdeham. "Ini hanya aku atau kelas ini agak panas?"

Peia hanya meneruskan membaca. Membuat Liam mendekat ke arahnya melihat buku apa yang ia baca (penulis: Soren Kierkegaard). Ia juga memperhatikan Clio yang sudah mempelajari banyak buku fisika akhir-akhir ini. "Clio, santailah sedikit."

Clio menggeleng, membuat Liam menekan kedua bahunya dan mendekatkan wajahnya ke samping Clio. "Clio, perlukah kita liburan? Kamu mau ke taman bermain?"

"AYO!" Ina menyahut sambil terus menekan-nekan controller.

Liam memeriksa suhu tubuh Clio, "En, istirahat Cli. Tutup bukumu, tidak keren kalau kamu sakit."

"Ck." Clio menutup bukunya, "Baiklah-baiklah." Ia membawa bukunya keluar. "Aku akan ke kamar."

Peia masih terus membaca.

Liam kemudian membangunkan Amos, berdiskusi sedikit tentang kegiatan lomba dan pelajaran. Liam sibuk memastikan semua baik-baik saja, ia tahu situasi kelas tidak baik-baik saja, semakin hari mereka semakin terpisah.

The Untitled Class: Tahun KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang