28 - ...

26 3 0
                                    

Kira-kira tiga bulan berlalu, seolah kelas untitled masih kurang pekerjaan, Pak Roen mengatakan, "Ikut bazaar classmeeting."

Liam sudah tidak bisa berkata-kata, istirahat panjang sudah tiada. Belakangan ia selalu tidur pulas karena kelelahan. Sama dengan anak untitled yang lain.

Classmeeting setelah uts itu berlangsung kira-kira dua minggu lagi. Akan tetapi, jadwal mereka mengadakan tutoring  semakin padat menjelang ujian.

Liam kembali berdiri, "Kita bahas classmeeting sekarang saja? Itu acara sehari yang berlangsung pagi hingga sore kira-kira hari rabu, lebih dari dua minggu lagi."

Ia berjalan ke depan kelas, "Untitled mau buat seperti apa?"

Lucas berpikir, "Membuat kantor firma P U di lapangan selama sehari, haha."

Muna mengetuk meja Lucas, "Lapangan itu panas!"

"Hm, bazaar di Roen itu biasanya memajang hasil karya, menjual makanan, atau kerajinan tangan. Bisa juga bazaar dari grup ekstrakurikuler. Booth foto-foto juga bisa," jelas Liam.

Amos ikut berpikir, "Kalau karya tangan, kelas kita tidak punya kan ya?"

Sementara Ina di sebelahnya malah bermain hape.

"Ini hanya bazaar class meeting, jadi yang sederhana saja kan?" tanya Florie.

"Itu bisa jadi tempat promosi, kita juga bisa bikin konten dari itu," celetuk Peia.

"Bagaimana dengan vending machine mystery box?" tanya Sheva

Liam menulis ide-ide itu di papan tulis.

"Oh, kita pajang saja foto-foto kita, juga youtube silver button," usul Clio yang membuat Liam terkekeh kecil.

"Tentu, kita harus memamerkannya," jawab Liam.

Liam melihat ke arah Ina yang mengarahkan kamera hape padanya, hanya menggeleng pasrah, "Ada lagi?"

Ina membaca komen dari live instagram, "Haha, komen bilang, fanmeeting saja saat bazaar."

Liam berpikir sejenak, "Ini acara sekolah, kurasa kita tidak bisa membuatnya jadi acara kita, itu bisa mengganggu acara lain."

"Tapi kan semakin ramai, semakin banyak yang datang ke bazaar kita."

Liam terkekeh, "Hmm, karena acara bazaar itu terbuka untuk umum, kurasa mereka memang bisa bertemu kita saat kita ada di stan."

Liam menulis ide itu ke papan tulis.

"Oh, harus ada yang tampil juga, bazaar kelas pagi dibuka dengan pertunjukkan dari setiap kelas. Kurasa Muna perlu berkorban untuk kita, Liam menatap Muna."

"Hahah, baiklah, aku akan menampilkan lagu yang aku kirim untuk mendaftar kuliah," Muna mengangguk mantap.

"Hm, jadi kita bisa tampilkan TV yang menunjukkan video-video kita, cetak kartu nama kita untuk dibagikan bersama dengan jajanan kecil, juga," Ia melingkar saran Clio untuk memamerkan pencapaian sosial media mereka dan berkata, "Memamerkan foto-foto."

"Hm, kalau ada buku bekas yang ingin dijual kalian bisa menatanya," tambah Liam.

"Cukup atau ada lagi?" tanya Liam.

Liam melihat Ina yang cekikikan membaca komentar live instanya.

Mereka semua mengangguk, "Kurasa itu cukup," ucap Clio, ia tidak ingin terlalu repot untuk bazaar yang hanya berlangsung sehari.

"Hm, tentang bagaimana desainnya, kita lakukan saja langsung di tempat, lalu yang menjaga stan juga bergantian, kurasa hari ini itu dulu?"

Lucas mengangguk, "Ya, itu cukup, Li."

The Untitled Class: Tahun KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang