Semua terpana melihat Alexander. Clarisa dan Nadia lebih penasaran kenapa tiba-tiba Alexander berada di lokasi kejadian dimana Clarisa dilabrak oleh beberapa gadis yang menyukai Alexader.
"Alexander, aku membantumu memberi pelajaran pada wanita tidak tahu malu ini," ucap Perempuan itu.
"Membantuku memberi pelajaran apa?" tanya Alexander dengan gaya tengilnya.
"Kami melihat dia menggodamu, kami tahu kamu itu tidak suka dengan perempuan jalang," jawab Salah satu perempuan itu.
Alexander bengong mendengar itu, memangnya siapa yang menggodanya. Justru Alexander telah menyatakan cintanya pada Clarisa tadi. Dia telah lama memendam perasaan pada Clarisa, di ujung semester ini dia tidak ingin melewatkan kesempatan untuk mengungkapkan isi hatinya.
"Pergilah kalian. Aku tidak suka ada yang mencampuri urusanku," ucap Alexander.
"Ta-pi," ucap Salah satu Perempuan itu.
"Pergi. Kedepannya kalau kalian mengganggu Clarisa lagi. Aku tidak akan tinggal diam," balas Alexander.
Ketiga perempuan itu telah pergi, mereka tidak ingin Alexander marah dan tidak ada kesempatan untuk mereka mendekati Alexander lagi.
"Terima kasih sudah membantu kami," ucap Nadia.
"Sepertinya tidak perlu berterima kasih pada Alexander. Kita dilabrak gadis-gadis itu karena dia," umpat Clarisa kesal.
"Seharusnya kamu memang berterima kasih padaku," balas Alexander dingin seperti biasanya.
Clarisa sangat membenci seorang lelaki yang berlagak seperti Alexander ini. Anak konglomerat yang sepertinya tidak pernah hidup susah. Seperti cerita di sebuah novel seorang ceo yang mendominasi, dia selalu bersikap dingin dan acuh terhadap sekitarnya.
"Bagaimanapun mereka telah pergi karenamu. Jadi kami mengucapkan terima kasih," ucap Nadia.
"Sudah aku bilang tidak perlu berterima kasih padanya," bentak Clarisa.
"Clarisa, kamu ini jangan keras kepala," bujuk Nadia.
Clarisa melengos tidak mau melihat wajah Alexander, dia melipat kedua tangannya kedepan saking emosinya. Lagi-lagi Nadia membereskan masalah Clarisa dengan Alexander.
"Sepertinya Nadia adalah wanita idaman semua pria, dia lembut dan penyabar," goda Alexander.
"Idih jangan sok gombalin orang, siapa yang akan termakan oleh bujuk rayumu," ucap Clarisa.
"Aku menggoda Nadia bukan kamu, katakan saja kalau kamu cemburu," balas Alexander.
"Cemburu?" ucap Clarisa.
"Mimpi saja sana, aku tidak akan pernah cemburu padamu," balas Clarisa sewot.
Alexander tertawa kecil. Melihat Clarisa yang sewot seperti itu menambah kecantikan di wajahnya. Alexander semakin menyukainya tapi dia tidak bisa langsung bilang cinta padanya karena belum waktunya dia mengatakan itu.
"Katakan saja, kalau kamu memang menyimpan rasa untukku," goda Alexander.
"Jangan kepedean, aku tidak akan menyukai perayu wanita sepertimu," tegas Clarisa.
"Jangan terus mengelak, aku akan tetap menunggumu mengatakan perasaanmu yang sesungguhnya untukku," ucap Alexander lalu mencolek pipi Clarisa.
Nadia menertawakan Clarisa, dia tahu sebenarnya mereka berdua ini cocok tapi terus bertengkar dan bermusuhan memperebutkan ipk paling tinggi di kampus. Mereka terlihat serasi walau terus bertengkar setiap saat, kalau bertemu selalu bertengkar satu sama lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikah dengan Musuh
Teen FictionAlexander dan Clarisa selalu bermusuhan di kampusnya. Mereka selalu tidak akur satu sama lain, bahkan pada akhir kelulusan mereka bersaing merebutkan nilai tertinggi. Jika Clarisa mempunyai nilai lebih rendah maka dia harus menjadi kekasih Alexander...