Alexander tersenyum melihat Nadia yang tampak khawatir melihat Clarisa menangis, lelaki tampan itu lantas memeluk Clarisa di depan Nadia dengan mesra.
"Tidak perlu khawatir, dia hanya menangis bahagia," jawab Alexander.
"Menangis bahagia bagaimana, jelas-jelas dia menangis sedih," ucap Nadia seraya melepaskan tangan Alexander yang melingkar di pundak Clarisa.
"Au kasar sekali, memang dia menangis bahagia kok. Tanya saja Clarisa kalau tidak percaya," rintih Alexander.
Nadia melihat tajam Alexander yang sok imut itu. Nadia melihat Clarisa lagi lalu mengusap air mata wanita itu, Nadia masih penasaran ada apa sebenarnya.
"Apa kamu tidak lulus menuju sidang?" tanya Nadia.
"Benar kata Alexander, aku menangis bahagia, aku lulus sidang," jawab Clarisa.
Nadia sangat lega dengan apa yang dia dengar, karena ini hari bahagia, dia mengajak Clarisa menuju rumah makan terdekat untuk mengisi perut yang lapar. Hari sudah siang, jadi mereka lapar setelah berhadapan dengan para Dosen pembimbing yang mengesalkan itu.
***
"Ternyata kalian di sini," Alexander.
"Kenapa kamu mengikuti kami sampai sini?" tanya Clarisa.
"Karena aku akan memberikan pemberitahuan kepada Nadia," jawab Alexander.
"Pemberitahuan apa, pentingkah?" tanya Nadia.
Jantung Clarisa berdetak kecang, dia tidak ingin Nadia mendengar berita ini. Seorang musuh yang dia benci harus dia nikahi karena perjodohan dari kedua orang tua mereka.
"Enyahlah kamu dari sini, kami ingin makan dengan tenang," hardik Clarisa.
"Kalau aku tidak mau bagaimana?" tanya Alexander.
"Aku akan memberitahu ini kepada Nadia sendiri, jadi kamu pergi saja dari sini," jawab Clarisa.
Alexander tersenyum kecut, dia segera pergi dari rumah makan yang ada Clarisa dan Nadia. Sedangkan Nadia menatap tajam Clarisa, dia merasa ada yang disembunyikan oleh Sahabatnya itu.
"Cepat katakan, Alexander tadi mau mengatakan apa padaku?" tanya Nadia.
"Tapi kamu jangan kaget, ya," ucap Clarisa.
Nadia menggelengkan kepalanya, dia sangat yakin dengan keputusannya untuk tidak kaget dengan berita apapun yang akan dikatakan oleh Clarisa sahabatnya.
"Aku dijodohkan dengan Alexander," jawab Clarisa.
Uhuk ... Nadia keselek minuman yang diminumnya, kenapa bisa sekebetulan ini mereka bagaikan kucing dan anjing selama ini. Kenapa tiba-tiba mereka harus menikah karena dijodohkan.
"Apa?" tanya Nadia.
"Aku tidak salah dengar, 'kan?" tanya Nadia lagi sambil mengelap mulutnya menggunakan tisu.
"Tidak!" jawab Clarisa tegas.
Clarisa menceritakan apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya, dari awal hingga akhir. Saking asyiknya sampai mereka tidak menyadari kalau Alexander mendekat lagi ke meja makan mereka.
"Ayo ikut ke rumahku," ajak Alexander.
"Tidak mau," balas Clarisa sambil melipat kedua tangannya.
"Mamaku akan menjemputmu sendiri, kalau tidak mau datang bersamaku," ucap Alexander.
Clarisa melirik Nadia, sedangkan wanita berkulit eksotis itu langsung menganggukkan kepalanya pertanda setuju agar Clarisa mengikuti Alexander ke rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikah dengan Musuh
Teen FictionAlexander dan Clarisa selalu bermusuhan di kampusnya. Mereka selalu tidak akur satu sama lain, bahkan pada akhir kelulusan mereka bersaing merebutkan nilai tertinggi. Jika Clarisa mempunyai nilai lebih rendah maka dia harus menjadi kekasih Alexander...