Jantung Clarisa berdetak sangat kuat, baru saja Alexander mengingatkan taruhan soal nilai, yang kalah harus menuruti permintaan yang menang. Alexander sendiri meminta Clarisa untuk menjadi kekasihnya kalau dia yang mempunyai nilai lebih tinggi.
"Kami teman satu kelas," jawab Alexander.
"Kalau begitu bagus dong, kalau kalian saling kenal," balas Nyonya Vita bersorak gembira.
"Vita, lebih baik kita tinggalkan anak-anak agar mereka mengobrol," ajak Bu Arin.
"Ide yang bagus, biarkan mereka berkencan malam ini," balas Nyonya Vita.
Clarisa awalnya menolak, dia sangat kesal setiap melihat Alexander. Tapi kedua orang tua itu terus membujuknya untuk melakukan kencan dengan Alexander. Sudah saling mengenal tinggal jadian saja itu kara para mama.
Clarisa berpikir Alexander yang populer dan sering dikerumuni oleh wanita pasti sudah banyak mencicipi berbagai macam wanita. Dia sama sekali bukan tipe suami idaman Clarisa.
"Ini sungguh sebuah kebetulan, kita sudah sepakat untuk berpacaran kalau nilaiku lebih tinggi. Memang Tuhan itu baik, hari ini orang tua kita malah menjodohkan kita berdua," ucap Alexander.
"Siapa yang sudi jadi suamimu," keluh Clarisa.
"Jangan begitu, lambat laun kamu akan mencintaiku," goda Alexander.
Clarisa menatap tajam Alexander, dia teringat sebuah film yang ditontonnya semalam. Sebuah pernikahan kontrak, ya lebih baik menikah kontrak dengan Alexander demi membahagiakan kedua orang tua daripada harus menikah betulan dengan Alexander.
"Bagaimana kalau kita melakukan perjanjian kontrak?" tanya Clarisa.
"Maksudmu, pernikahan kontrak?" balas Alexander.
"Iya, satu tahun saja. Kita menikah satu tahun saja," pinta Clarisa.
"Tapi selama satu tahun kalau kamu jatuh hati padaku, perjanjian itu sirna," balas Alexander.
Clarisa juga memberikan sebuah syarat pada lelaki yang akrab disapa Alex itu. Dia tidak ingin bersentuhan dengan Alexander selama menjadi suami istri. Walaupun mereka belum tentu menikah tapi membicarakan hal seperti ini dirasa memang perlu.
"Aku tidak akan memaksamu melakukan itu jika tidak ingin," ucap Alexander tertawa.
"Berarti kamu setuju. Aku juga tidak akan mencampuri urusanmu," balas Clarisa.
Alexander mengangguk sambil tertawa, dia merasa mendapatkan kado dari Tuhan. Menggantikan kakaknya melakukan kencan buta yang diatur oleh maminya ternyata yang dijodohkan adalah wanita yang dia sukai.
***
Di meja lain di waktu yang sama, dimana Nyonya Vita dan Ibu Arin duduk bersama, sambil mengamati Alex dan Clarisa mereka sibuk bergosip.
"Aku ingat kalau yang akan kamu jodohkan dengan putriku adalah anak sulungmu, Andre," ucap Arin.
"Kenapa yang datang adiknya?" tanya Arin.
"Walaupun yang datang adalah Alexander bukan Andre tapi kebetulan mereka berdua saling mengenal, ini akan lebih mudah untuk menjodohkan mereka," jawab Nyonya Vita.
"Apa Andre tidak mau dijodohkan dengan putriku?" tanya Arin.
"Maafkan aku, sepertinya memang begitu," balas Vita.
Vita menceritakan dengan detail duduk perkaranya, kenapa yang datang ke perjodohan Alexander bukan kakaknya, si Andre. Dia kabur dan tidak pulang beberapa hari setelah Nyonya Vita berkata akan menjodohkan dia dengan anak sahabatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikah dengan Musuh
Teen FictionAlexander dan Clarisa selalu bermusuhan di kampusnya. Mereka selalu tidak akur satu sama lain, bahkan pada akhir kelulusan mereka bersaing merebutkan nilai tertinggi. Jika Clarisa mempunyai nilai lebih rendah maka dia harus menjadi kekasih Alexander...