Bab 6 Aku Tidak Cinta Dia

46 1 0
                                    


Clarisa menoleh ke belekang, ternyata benar kedua mama mengikuti mereka berkencan. Sungguh orang tua yang merepotkan. Siapa yang mau menikah dengan musuh seperti ini, dari dulu Clarisa selalu menganggap Alexander sebagai musuh karena selalu merebutkan nilai paling tinggi.

"Aduh kami ketahuan, ya," ucap Nyonya Vita sambil malu-malu.

"Padahal kami hanya ingin mengawasi kalian saja. Supaya tidak bertindak aneh-aneh," imbuh Arin sambil tertawa.

"Apa kami terlihat serasi?" tanya Alexander sambil merangkul Clarisa.

"Tentu saja, kalian sangat serasi. Mami merasa lega bisa menjodohkan kalian," jawab Nyonya Vita.

Mata Nyonya Vita berbinar terang, kini dia tidak usah khawatir jodoh anaknya. Melihat Clarisa yang sangat cantik begini pasti Andre akan menyesal karena menolak di jodohkan dengan wanita secantik ini.

"Clarisa, mau ya, jadi menantu, Tante" pinta Nyonya Vita sambil menggenggam tangan Clarisa.

"I-ya," jawab Clarisa terbata.

"Bagus, akhirnya kita akan menjadi besan beneran seperti apa yang kita cita-citakan dulu," ucap Vita.

"Aku jadi terharu," balas Arin.

Kedua orang tua itu tampak senang melihat kedua anaknya akan menikah seperti apa yang mereka cita-citakan dulu. Alexander sangat senang akhirnya bisa menikah dengan Clarisa melaluii perjodohan maminya. Beruntung sekali Andre kabur jadi perjodohan ini. Berarti Tuhan memang mendengar doanya selama ini.

"Karena waktu sudah malam, kami pamit pulang dulu," ucap Alexander.

"Oh iya tak terasa waktu sudah malam. Ayo pulang," ajak Arin sambil menggandeng tangan Clarisa.

"Sampai jumpa besok lagi," ucap Alexander.

"Hati-hati di jalan," jawab Arin sambil melambaikan tangan.

***

Sampai di rumah Arin terus mengoceh sepanjang waktu. Clarisa yang suka bermalas-malasan dan doyan jajan itu di nasehati panjang lebar sepanjang jalan kenangan. Arin tampak bersemangat menasehati putri semata wayangnya ketika menikah dan menjadi istri itu sepeti apa.

"Kamu usahakan bangun pagi, memasak lalu buatkan kopi suamimu. Kamu juga harus mengurangi menonton drakormu!" ucap Arin.

"Aku mengerti, rasanya telingaku hampir copot," jawab Clarisa

"Kamu ini wanita kalau dibilangin didengarkan," ucap Arin.

"Aku tahu, Bu," balas Clarisa.

"Bagus kalau begitu. Sekarang masuk kamar dan istirahatlah," ucap Arin.

Clarisa masuk kamar dan merebahkan tubuhnya di kasur, dia sangat kesal karena harus dijodohkan dengan musuhnya.

"Sial, kenapa harus Aelxander!" umpat Clarisa lalu memejamkan matanya.

***

Arin masih sibuk berchating ria dengan Vita. Mereka sedang membahas tentang pesta pernikahan kedua anaknya. Mulai dari gaun pesta, memakai adat apa, catering, dan tamu undangan.

["Kamu coba tanya dulu sama Clarisa apakah mau dengan gaun model begini?"] ketik Vita.

["Baik, aku akan coba tanya Clarisa dulu,"] balas Arin.

Arin membuka pintu kamar Clarisa yang tidak dikunci, dia duduk di pinggir ranjang Clarisa. Dia lalu memberikan ponselnya yang sudah ada gambar gaun pengantin yang sudah dipilih oleh Vita.

Menikah dengan MusuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang