Alexander tersenyum tanpa menjawab lalu pergi membuka pintu.
"Maafkan kami berdua yang terlalu bersemangat," ucap Alexander saat membuat pintu. Membuat Clarisa merasa semakin malu terhadap Mama Vita. Jawaban ambigu seperti itu pasti orang lain akan menilai sedang melakukan hal yang menyenangkan.
"Oh Mama kira apaan, ya sudah lanjut saja," jawab Mama Vita seraya menutup pintu.
Alexander menutup pintu, lalu mendekat lagi ke arah Clarisa dengan santainya.
"Apa yang kamu katakan tadi hah. Apa kamu tidak malu berbicara seperti itu dengan orang lain," ucap Clarisa sebal.
"Tidak. Karena kita sudah sah menjadi suami istri," jawab Alexander sembari merebahkan badan di kasur.
"Dasar pria gila!" seru Clarisa sambil melempar Alexander dengan bantal.
"Apa begini caramu memperlakukan suami," ucap Alexander.
"Kita hanya sepasang suami istri diatas kertas," jawab Clarisa melengos.
Alexander memejamkan matanya, melihat Clarisa yang sudah senewen seperti itu pasti sulit dihadapi. Pria tampan itu memilih tidur daripada adu debat dengan Clarisa. Dia juga kelelahan selesai pesta pernikahannya hari ini.
"Dilihat-lihat kamu ganteng juga. Tapi nyebelin," gerutu Clarisa lalu dia ikut tidur karena kelelahan.
Hari sudah mulai sore, Clarisa sudah bangun lebih dulu. Perutnya lapar jadi dia keluar kamar untuk mencari makanan di dapur. Saat sudah keluar kamar dia baru menyadari kalau ini bukan rumahnya.
"Ya ampun aku lupa kalau sekarang sudah menjadi istri orang," ucapnya.
Clarisa tolah toleh melihat sekelilingnya. Karena dia merasa orang baru jadi canggung sendiri untuk melangkahkan kakinya.
"Kamu mau kemana?" tanya Alexander.
"Duh mengagetkanku saja," jawab Clarisa. "Aku mau ke dapur karena lapar," imbunya.
"Yuk ikut denganku, aku juga lapar," ajak Alexander.
Clarisa masih terpaku di tempatnya. Dia memandang Alexander yang berjalan lebih dulu. Rasanya dia enggan sekali berjalan beriringan dengan Alexander walau sudah menjadi suaminya. Merasa ada yang aneh, Alexander melangkah mundur dan mendekati Clarisa.
"Kamu harus berakting menjadi istri yang baik, ingat itu," bisik Alexander.
"Aku mengerti," jawab Clarisa singkat.
"Bagus, sekarang gandeng tanganku," pinta Alexander yang tangannya sudah siap untuk digandeng Clarisa.
"Hah?" ucap Clarisa sembari memicingkan matanya.
"Ingat kita harus berakting mesra di depan banyak orang," bisik Alexander lagi barulah Clarisa menggandeng tangan Alexander.
Saat mereka menuju dapur, beberapa pelayan yang berpapasan dengan mereka menatap dengan senyuman sambil berbisik.
"Cie penganten baru, dunia serasa milik berdua," ucap pelayan itu walau pelan tapi masih terdengar oleh Clarisa.
"Biarkan saja, bersikaplah seolah kamu bahagia dengan pernikahan ini," bisik Alexander.
Clarisa hanya mengangguk, setelah tiba di ruang makan. Mereka langsung disuguhi beberapa lauk pauk dan makanan yang sudah siap untuk disantap oleh pasangan pengantin itu. Clarisa menatap meja makan itu lama sekali.
"Kenapa hanya diam saja?" tanya Alexander. "Apa masakannya tidak sesuai seleramu?" imbuhnya.
"Eh, anu," jawab Clarisa pelan. "Aku suka rawon kok," jawab Clarisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikah dengan Musuh
Fiksi RemajaAlexander dan Clarisa selalu bermusuhan di kampusnya. Mereka selalu tidak akur satu sama lain, bahkan pada akhir kelulusan mereka bersaing merebutkan nilai tertinggi. Jika Clarisa mempunyai nilai lebih rendah maka dia harus menjadi kekasih Alexander...