"Ini nggak adil Ra!" seru Bian pada Kira. Wanita itu menghentikan langkahnya dan berbalik menatap pri berkacamata tersebut tanpa ekspresi.Ini adalah pertama kalinya Bian menunjukkan emosi marah namun dari sorot mata tampak sebuah kesedihan. Jelas perasaan Bian kacau sekarang.
"Nggak adil apanya?" tanya Kira berusaha tetap tenang. Dia pun sama halnya dengan Bian, berusaha untuk baik-baik saja tapi dadanya pun sesak.
Bian dan Kira. Mereka sudah lama berteman sejak keduanya masih menginjak bangku sekolah lebih tepatnya SMA. Persahabatan keduanya dimulai saat Kira ingin mengenal lebih jauh sosok Bian. Bagi wanita itu, Bian adalah pemuda yang baik dan selalu ceria. Dia tidak kesusahan bergaul serta akrab pada siapa saja termasuk pada Kira.
Kira sendiri dikenal sebagai tipe orang pendiam yang memiliki nilai bagus. Selalu dipuji oleh guru, menjadi tempat bantuan dari teman-teman yang sedang kesusahan akan materi. Sedikit kesusahan tapi Kira tidak pernah mengeluh. Waktu itu ia hanya berpikir untuk bersekolah hingga lulus dengan baik.
Sampai suatu hari tiba-tiba Bian menyapa Kira. Bukan hanya dia tetapi bersama Anggi, sahabatnya. Anggi itu primadona sekolah. Dia cantik dan pintar. Sifatnya pun ramah sehingga banyak orang yang menyukai Anggi. Kira pun merasa dia beruntung memiliki sahabat sepertinya.
Dengan bantuan Bian membawa beberapa buku tebal menuju kelas mereka, Bian pun makin intensif berbicara dengan Kira. Menyapa dan tersenyum selalu ia dapatkan dari pemuda itu.
Hatinya bergejolak senang. Kira yang pemalu soal cinta perlahan memberanikan diri untuk mendekati Bian.
"Anggi," panggil Kira. Anggi yang sibuk membaca novel langsung memusatkan perhatian pada sang sahabat. Seperti biasa keduanya menghabiskan waktu di perpustakaan dengan membaca buku sambil sesekali mengobrol ringan. Hari itu raut wajah Kira berseri-seri pertanda ada kabar baik dari gadis berusia 15 tahun tersebut. "Aku mau minta sesuatu yang penting ..." Kira memberikan jeda, menatap serius ke arah Anggi sembari menahan malu.
"Ok, mau bicara apa?" tanya Anggi tidak sabar.
"Tapi janji ya jangan bilang siapa-siapa!"
Anggi mengangguk spontan. Dia tersenyum menerka berita apa yang akan diberitahu oleh Kira.
"Sebenarnya ... aku suka sama ... salah satu cowok." Kira berbisik takut jika ada orang yang mendengar selain Anggi.
Mata Anggi membulat. Hampir saja ia berteriak kegirangan jika saja Kira tak langsung menutup mulutnya.
"Jangan berteriak, malu!" tegur Kira dengan muka memerah.
"Gimana aku nggak senang, Kira sahabatku dari kecil akhirnya suka sama cowok aduh gemesnya." Anggi langsung mencubit salah satu pipi Kira. Dia tahu perangai Kira seperti apa. Sikapnya tertutup dan tidak mau membicarakan hal-hal yang serius kecuali soal tugas sekolah dan PR. Mendengar pengakuan Kira membuat Anggi ikut bahagia.
"Jadi siapa dia? Apa dia sekolah di sini?" tanya Anggi penasaran.
Kira mengangguk malu, makin membuat Anggi bertanya-tanya siapa sosok pemuda yang mampu menggoyahkan hati Kira yang dingin. "Apa aku mengenalnya?"
Lagi-lagi Kira mengangguk. "Ayo bilang siapa dia?"tanya Anggi memaksa.
"Nggak ah malu!"
Belum sempat berucap Bian menghampiri keduanya dengan senyum manis. "Hai kalian berdua!" sapa pemuda itu.
Mata Kira langsung membulat dan dengan cepat ia menunduk berusaha menyembunyikan wajah yang merona dari Bian. Kira sangat malu sekarang.
"Eh Bian, dari mana?" tanya Anggi berbasa-basi.
"Dari kelas nyelesain tugas yang banyak. Lagi baca buku apa sih? Kayanya serius banget!"
"Ah nggak kami baru habis ngobrol eh tahu tidak Kira-" ucapan Anggi langsung terhenti saat Kira menggapai tangan Anggi. Dia tidak mau pemuda idamannya tahu soal pengakuan Kira.
Anggi langsung terdiam saat Kira menggelengkan kepala sedikit.
"Kira kenapa?" Bian bertanya ikut penasaran.
"Anu .. itu loh dia sakit perut, biasa kram karena menstruasi butuh kompres hangat." Anggi langsung memberi alasan yang logis.
"Serius? Ke UKS yuk nanti kalau dibiarin kamu nggak fokus belajar." Bian beralih ke arah Kira.
"Iya nanti aku ke UKS kalau sakitnya makin parah," kata Kira akan tetapi matanya tak bisa menatap Bian. Dengan terus dipandangi wajah Kira makin memanas.
"Nggak papa nih?" tanya Bian khawatir.
Kira mengangguk, "Nggak apa-apa kok aku bisa sendiri,"
Bian membuang napas kasar dan kembali berbicara dengan Anggi cukup lama sedang Kira asyik akan pikirannya sendiri. Dia senang karena Bian perhatian makin membuatnya jatuh cinta.
Segera setelah Bian berjalan menjauh Kira mendongak menatap punggung Bian. "Anggi, jangan bilang siapa-siapa yah."
Anggi sontak menoleh. Dia bingung dengan tatapan penuh harap Kira kepada Bian. "Sebenarnya aku suka sama Bian."
❤❤❤
Tolong jangan ditanya kenapa tiba-tiba publish cerita ini. Saya berusaha buat nulis lagi dan cerita ini adalah sebuah pendorong saya buat nulis lagi. Supaya ningkatin mood ^^
See you in you in the next part!! Bye!
KAMU SEDANG MEMBACA
SCHOOL SERIES : Teman Tapi Mesra
Teen FictionKirana menyimpan rasa suka kepada Bian tapi Biam malah menyukai Anggi, sahabat Kirana siswi "most wanted" di sekolah mereka. Dalam kekalutan hati, muncul Glen Argantara, pemuda menyebalkan yang suka membuat Kirana bingung . Banyak gosip beredar namu...