Arjuna Senja 13.
Jangan berpaling.
Beberapa hari kemudian, Senja memutuskan untuk ikut dengan Arjuna, menemaninya di Bandung selama dua pekan. Senja berusaha menjadi istri sepenuhnya selama di sana. Memasak, menyiapkan pakaian dan membersihkan rumah. Jika bosan, ia biasanya mengobrol dengan tetangga kosan atau pun menonton televisi di kamar seorang diri.
Sepulangnya Arjuna dari kampus, lelaki itu selalu mengajak Senja untuk pergi jalan-jalan di kota Bandung. Walaupun hanya sekadar minum kopi atau mencicipi kuliner kota kembang itu di jajanan kaki lima.
Senja mendapatkan pesan dari Elang, memberitahukan bahwa beberapa hari lagi lelaki itu akan pergi ke Yogyakarta untuk kuliah. Hanya sekadar membaca pesannya saja, Senja sudah bersedih dan menangis di dalam pelukan Arjuna.
"Sabar, ya, Sayang. Nanti kita bareng-bareng temuin Elang, dua hari lagi, 'kan, kita pulang ke Subang," ujar Arjuna dengan mengusap wajah manis istrinya, Senja mengangguk dan menyeka air matanya.
Arjuna mengajak Senja untuk segera tidur, karena merasa tidak tega melihat istrinya itu terus bersedih.
Arjuna merebahkan diri di samping Senja, mendekapnya dari belakang. "Sayang, udah dong, jangan sedih terus. Kalau sedih terus, nanti aku jadi ikutan sedih." Arjuna membelai surainya dan mengecup ceruk lehernya.
"Sayang, sekalian, aku juga mau ngasih tahu neng Senja. Kalau aku--" Arjuna tidak melanjutkan ucapannya.
Senja lantas berbalik badan dan ke hadapannya dan menatapnya. "Ada apa, A'? A' Juna kenapa?" Ia pun mengernyit, menunggu penjelasan dari suaminya.
Arjuna mengecup kening Senja, kemudian beranjak dari kasur dan melangkah ke arah nakas. Arjuna meraih tas gendongnya yang biasa dipakai ke kampus. Mengambil satu amplop, di dalamnya berisi rekomendasi untuknya bekerja. Arjuna termasuk mahasiswa yang cerdas dan terampil di kampusnya, atas kemampuannya itulah ia pun terpilih ke dalam jajaran mahasiswa yang direkomendasikan oleh pihak kampus ke beberapa perusahaan.
"Lihat ini, Sayang, a' Juna mendapatkan beberapa rekomendasi dari kampus, a' Juna boleh milih salah satu dari beberapa perusahaan ini untuk tempat a' Juna bekerja," ucapnya.
Senja terpaku memperhatikan amplop yang berada di genggaman suaminya.
"Nanti, kalau aku dapat gaji pertama. Aku janji, bakalan traktir neng Senja sampai kenyang," ujar Arjuna.
Senja lantas tertawa geli. "A' Juna, udah jangan kejauhan mikirnya. Kerjanya aja juga belum, ini udah mikir ke mana-mana." Senja sengaja meledeknya.
Arjuna cemberut, "neng Senja nggak senang, ya?"
Senja menatapnya dan mengusap pipi tampannya yang mulus. "Aku seneng banget, beryukur sekali karena kerja keras suamiku selama ini tidaklah sia-sia," tuturnya.
Arjuna pun mengukir senyuman, lalu memeluknya dengan erat. "Neng Senja mau, 'kan, temenin aku ke mana pun?"
Senja melepas pelukannya dan kembali menatap wajah suaminya. "Tentu, sebagai istri, aku akan selalu menemani suamiku ke mana pun," tukasnya.
"Berarti, ke neraka juga akan ikut dong?" celetuknya.
"A' Juna. Jangan sembarangan, deh!" Senja membungkam mulut Arjuna dengan salah satu telapak tangannya. "Aku akan ikut dalam taat, bukan dalam maksiat, aku inginnya surga, bukan neraka!" ujarnya.
Arjuna menggenggam jemari Senja, mengecup punggung tangannya. "Neng Senja, adalah surgaku!" ujarnya.
Ia pun mendekatkan wajahnya dan mengecup kening Senja, sambil berseri-seri, ia tak pernah bosan menatap wajah istrinya yang selalu menyenangkan hati.
"A' Juna sayang banget sama neng Senja," ucapnya.
Senja mengangguk secara perlahan. "Aku juga sayang sama a' Juna," tukasnya."Ngomong-ngomong, A' Juna jadi kepikiran lagi deh tentang Elang."
Senja mengernyit, "Elang kenapa?"
Arjuna menangkup wajah Senja dan menatapnya dengan intens. "Elang sangat marah, ketika Jay tidak ada di sampingnya, ketika Jay tidak ada di samping neng Senja."
"Lantas?"
Arjuna semakin menatapnya. "Lantas bagaimana kalau seandainya aku membuat suatu kesalahan pada neng Senja? Pasti, Elang akan marah banget!" ujarnya.
Senja terdiam dan sedikit merenung. "Lalu, bagaimana kalau aku yang bikin kesalahan pada a' Juna?" Senja bertanya balik.
Arjuna mengernyit, "Kesalahan apa?" ia pun menunggu balesan dari Senja. Wanita itu lalu menatapnya dan merangkul pundaknya yang lebar. "Bagaimana kalau seandainya, aku selingkuh? A' Juna akan berbuat apa padaku?" Senja semakin menatap suaminya itu dengan lebih menantang.
Arjuna lantas menggertak gigi, tatapannya begitu tajam, sontak mengepal tengkuk leher istrinya dengan erat.
Eugh!
Senja memekik, wajahnya memerah seketika menahan napas yang tersendat oleh kepalan tangan Arjuna di leher jenjangnya.
"Aku akan menciummu sampai kamu tidak bernapas, dan kita akan tiada bersama di dalam pelukan!" ujarnya.
Arjuna menciumnya berkali-kali sampai Senja merasa sulit bernapas.
"A' Juna." Senja merangkul pundaknya seraya memohon agar Arjuna menghentikan tindakannya.
Sambil terengah, Arjuna pun menghentikan aksinya. "Jangan macam-macam. Aku tidak bisa membayangkannya sedikit pun. A' Juna nggak akan bisa merelakan neng Senja pada lelaki mana pun." Tukasnya menuturkan.
"Jangan pernah berpaling dariku neng Senja." Arjuna melirih.
Senja meneteskan air mata hingga membasahi pipi. "I love you!" gumamnya, tatapan nanar yang membuat Arjuna ingin segera berlabuh di dalamnya.
Arjuna menyeka air mata Senja, kemudian melepaskan kepalan tangannya hingga meninggalkan bekas merah di leher jenjang istrinya, kemudian mendartkan ciuman ke bibirnya secara kilat. "Eumh, sekarang, berikan a' Juna surga dunia. Supaya malam ini bisa tidur dengan nyenyak," pintanya.
Senja mengernyit menatapnya. Arjuna membulatkan maniknya dan menahan senyuman.
"Aa' kepengen," dengan lirih ia pun meraba tengkuk leher hingga ke pundak.
Senja meremang walau hanya mendengarnya, begitupun dengan hatinya yang kini mulai berdebar.
Arjuna membuka pakaian Senja secara perlahan, lalu membuka pakaiannya sendiri hingga menyisahkan pakaian dalam masing-masing.
Tenggorokannya terasa begitu kering, Arjuna mereguk dahaga sembari mencium bibir istrinya dengan penuh kasih sayang. Senja menyambutnya sepenuh hati, mengikuti ke mana arah Arjuna yang kini memandunya untuk duduk di atas pangkuannya, hingga mereka saling berhadapan. Arjuna mendekapnya agar miliknya saling bersentuhan, meskipun masih terhalang oleh kain tipis. Celana dalam berwarna merah muda, satu set dengan bra itu semakin menambah manis penampilan Senja di atas ranjang.
Arjuna meraba pinggang ramping istrinya, naik ke punggung untuk membuka pengait bra. Hingga dua buah hawa itu menyembul menjadi pemandangan yang menggairahkan. Atensinya kini terfokus pada keranuman itu, dan melahapnya silih berganti.
Eugh!
Senja meremang, membiarkan Arjuna menelusuri leher jenjagnya. Matanya kian terpejam, meloloskan erangan sembari meremas rambut suaminya yang kini sedang menyusu dalam dekapannya.
Arjuna meremat bokong padatnya, karena merasa sudah tidak tahan dengan pergesekan di pusatnya. Ia pun menjeda aktifitasnya untuk membuka celana dalamnya, dan membuka celana dalam Senja secara hati-hati. Lalu kembali memadu istrinya itu agar naik ke pangkuannya sama seperti tadi. Arjuna mengarahkan pusatnya yang telah menegang sempurna untuk memasuki kehangatan yang selalu ia dambakan.
Eung!Senja terpejam kasar, sambil merengkuh pundak Arjuna dengan erat. Merintih dalam menahan penyatuan yang cukup menyakitkan. Meskipun bukan yang pertama kali, tetapi rasa pedih dan nyeri itu masih ia rasakan di awal.
Arjunamulai mendominasi menciptakan gerakan pinggul yang memabukan, ia tak hentimemberinya ciuman, menjadikan suasana semakin panas. Keduanya melenguh, desahdan suara ambigu menjadi rancu, saling berciuman tenggelam dalam pelukankehangatan. Saling terpejam semakin membuat keduanya melayang merasakanperaduan yang begitu indah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arjuna Senja√
Teen Fiction⚠SUDAH DITERBITKAN.⚠ SELF PUBLISHING. Teringat saat kita duduk berdua di tepian sebuah tempat berkemah. Menuliskan harapan masing-masing, menggoreskan pena di atas kertas dan menjadikannya pesawat yag diterbagkan ke udara. Sayang, pesawat kertasku t...