Part 21

20 5 2
                                    


Part 21


Arjuna Senja bergegas pergi ke acara pernikahan Jona. Sesampainya di sana, mereka disambut oleh keributan hingga acara dangdut berhenti sementara. Arjuna berdecak dan mengucapkan beberapa kata umpatan.

"Si anjing," gumamnya.

"A' Juna!" Senja sontak menegurnya.

"Itu lihat si Saga tuh, biang kerok." Arjuna menunjuk jari ke arah keributan itu yang terlihat Saga sedang marah-marah di sana karena pengaruh minuman.

Arjuna dan Senja lebih baik tidak menghiraukannya karena kerusuhan itu sudah ada yang menangani. Keduanya memilih mendekat ke hadapan mempelai wanita dan mengucapkan selamat atas pernikahannya.

"Lah, si Jonanya ke mana?" seru Arjuna yang lalu menoleh ke sana ke mari.

Ternyata Jona juga ikut bergabung untuk melerai kerusuhan, karena bagaimana pun juga ia merasa bertanggung jawab oleh apa yang diperbuat temannya itu.

Aerlangga dan Elang menghampiri Arjuna Senja, kedua pemuda itu sambil tertawa menceritakan sedikit apa yang terjadi pada Arjuna.

"Neng Senja kapan datang?" tanya Elang.

"Barusan, Elang jangan ikutan ribut!" tukas Senja dengan raut khawatir, Elang pun mengangguk.

"Tenang saja, Neng. Elang nggak ikut ribut, cuma misahin aja," sela Aerlangga.

Senja tampak lega mendengarnya. Jona kini menghampiri Arjuna Senja dan duduk di pelaminan.

"Si Saga kenapa lagi?" tanya Arjuna.

Jona menggeleng seraya mengulum senyuman. "Si anjing emang, udah mabok disuruh turun malah nggak mau. Dia terus aja minta lagu, ya, artis dangdutnya pada takut," ujarnya disusul tawa yang khas.

"Tuh, Neng, denger nggak? Lain kali kalau misalnya neng Senja mau nyumbang lagu, harus hati-hati kalau ada si Saga, ya?" Saran Arjuna, sampai Senja mengangguk mengiyakan.

"Oh iya, neng Senja 'kan suka menyanyi juga? Sok atuh nyumbang lagu buat pernikahan kita?" tawar Jona.

Senja mengulum bibir, tidak menolak ataupun mengiyakan tawaran itu.

"Neng Senja mau nyanyi ke atas panggung?" tawar Arjuna.

"Ayo, Neng, mau ditemani Elang atau a' Jay? Tuh a' Jay ada di belakang panggung bareng Lingga," ujar Elang.

"Jay sedang ngapain di belakang panggung?" tanya Senja merasa penasaran.

"Sedang nyadarin si Saga," sahut Jona yang selalu diakhiri dengan senyum geli.

"Ayo, lebih baik kalian makan aja dulu," seru pengantin wanita.

Senja tersenyum sunringah ke hadapan mempelai wanita, kemudian mendekat ke sampingnya dan mengambil foto bersama.

"A' Jona, istrinya cantik!" seru Senja seraya memuji.

"Makasih ya, Neng," ucap Jona diakhiri senyumnya yang manis.

Sebelum makan karena terlalu mengkhawatirkan Jay, Senja meminta izin pada Arjuna ingin menemui Jay hanya untuk memastikan keraguannya.

"Makan dulu atuh, Sayang," pinta Arjuna.

"A' Juna duluan, aku mau menemui Jay," tukas Senja.

"Mau Aa' antar?" tawar Arjuna yang merasa tanggung sedang menyuap makanan.

Senja menggeleng. "Nggak usah."

Elang tidak dapat mengantar Senja untuk bertemu dengan Jay, karena mengingat sumpahnya tempo hari. Aerlangga akhirnya mengantarkan Senja ke belakang panggung.

"Di mana, Aer?" tanya Senja.

"Bentar lagi, Neng."

Sepanjang kaki melangkah, tak sedikit ada cat calling bahkan lelaki yang bersiul ke arah Senja.

"Jangan macam-macam ya, Anjing!" seru Aerlangga dengan melemparkan tatapan tajam pada pelaku yang bersiul itu.

"Udah, Aer, abaikan saja," pinta Senja.

Keduanya sampai di belakang panggung dangdut yang megah, grup dangdut milik dari keluarga Jona.

"Jay!" seru Senja, si empunya nama seketika menoleh.

"Neng Senja." Ia mendekat ke hadapan Senja. "Neng, ngapain ke sini? Arjunanya mana?" Ia menoleh ke sana ke mari dan terlihat cemas.

"A' Juna sedang makan, aku sengaja ke sini untuk bertemu kamu. Aku mau mastiin kalau kamu baik-baik saja," ujar Senja.

Tatapannya kini tertuju pada Lingga dan Saga yang tengah duduk di kursi hajatan tepat di dekat tiang panggung. Aerlangga menghampiri keduanya, menepuk pundak Lingga dan memberitahukan bahwa ada Senja di sana. Lingga sontak menoleh dan melemparkan senyumannya yang khas ke arah Senja, pemuda cute itu kini mendekat dan menyapa Senja.

"Neng Senja, apa kabar?" sontak saja tercium bau minuman yang menyengat dari mulutnya.

Si duo pemabuk sedang bersama untuk membuktikan siapa yang paling jago menaklukkan miras tersebut.

"Arjunanya di mana, Neng?" tanya Lingga.

"Sedang makan," sahut Senja, Lingga mengangguk dan menoleh ke arah Saga.

"Jangan samperin dia, Neng, dia sedang mabok parah," ungkapnya.

Senja kembali mengangguk. "Syukurlah Jay tidak kenapa-kenapa. Kalau begitu aku mau balik ke sana, ya, belum makan soalnya," ucap Senja dengan perasaan lega di hati, Jay mengangguk.

"Ayo aku antarin!" seru Lingga yang kemudian melangkah bersama Senja, sekalian pemuda itu ingin menyapa Arjuna.

Aerlangga dan Jay masih berusaha menenangkan Saga, memberinya teh hangat yang pahit agar Saga bisa memuntahkan sedikit rasa mabuknya.

"Saga, ada Arjuna di depan bareng neng Senja," ucap Aerlangga sembari memijit tengkuk leher Sagara.

"Mereka sudah pulang, tapi katanya Arjuna mau kembali nanti malam," ucap Lingga yang kini kembali menghampiri.

"Bagaimana dengan Elang?" tanya Jay.

Lingga menoleh padanya. "Elang masih ada di depan, sedang menemani si Jona," ujar Lingga, Jay lalu mengangguk.

Lingga menepuk pundak Saga yang kini sudah merasa lebih baik. "Untung saja neng Senja nggak deketin lu, kalau sampai ke sini pasti neng Senja akan jijik," ucapnya sambil bergidig melihat muntahan Sagara.

Saga meraih air mineral dingin yang tersedia di dekat teh hangat dan menyiramkannya pada wajahnya sendiri.

"Apa lu bilang tadi? Ada siapa?" tanyanya merasa heran.

"Neng Senja," tukas Jay dengan tegas, Saga terpaku seketika.

Aerlangga lalu beranjak dari duduknya untuk bergabung bersama Elang dan Jona. "Neng Senja udah pulang." Kemudian menepuk pundak Sagara.

Arjuna Senja√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang