Part 25.

15 4 0
                                    



Part 25.

_Flashback_



Arjuna sedang dalam kondisi giat-giatnya bekerja, setelah libur lebaran selama satu minggu lebih sepertinya memicu semangat untuk kembali rajin. Layaknya orang muslim, di awal ia pun saling menyapa sesama dan menjalin silaturahmi.

Pak Sardi menghampirinya, seperti biasa beliau selalu meluangkan waktu bersama Arjuna untuk makan ataupun mengobrolkan banyak hal.

Semakin hari, pak Sardi semakin mengeluhkan putrinya Sarah hingga kesehatannya yang semakin menurun.

Hari itu, Pak Sardi tampak berkaca-kaca, sambil memaparkan tentang Sarah yang tak kunjung pulang lantaran menyusul kekasihnya ke Jakarta. Sampai di hari berikutnya, Pak Sardi masih mencemaskan keadaan Sarah.

Arjuna dan Pak Sardi sedang memeriksa ke lapangan dengan pembahasan yang sama, pria paruh baya itu terlihat sesak napas lalu wajahnya tertunduk hingga salah satu tangannya memegangi dada.

"Akh!"

"Pak Sardi." Arjuna bergegas menopang tubuhnya yang hampir tumbang.

"Juna ...." lirihnya seperti angin.

Pak Sardi kemudian pingsan hingga harus dilarikan ke rumah sakit.

Pihak rumah sakit meminta persetujuan keluarga pak Sardi untuk segera melakukan operasi jantung, tetapi tidak ada satu pun pihak keluarga yang datang. Perusahaan tidak ingin terlalu terpengaruh oleh ketidakhadiran manajernya, lebih baik mereka mengutus Arjuna yang memang selalu tampak bersama setiap harinya untuk mengurus segala keperluan pak Sardi. Karena beliau hanya mampu menyebut nama Arjuna dibandingkan dengan nama Sarah putrinya.

Arjuna menjadi sibuk menemani pak Sardi di rumah sakit, pria paruh baya itu memohon pada Arjuna untuk membujuk Sarah agar mau pulang ke Kalimantan.

Arjuna lalu menghubungi Sarah menggunakan ponselnya. Wanita itu mulanya menolak, tetapi Arjuna terus menghubunginya dan mengirim beberapa pesan yang menyatakan tentang kondisi sang ayah.

Setelah membaca pesan dari Arjuna yang mengirimnya sebuah gambar ayahnya di rumah sakit, Sarah akhirnya pulang dan menemui ayahnya di rumah sakit.

Sarah menangis dan meminta maaf dengan setulus hati.

Pak Sardi meminta pada Sarah agar meninggalkan kekasihnya dan menikah dengan pria yang tepat. Orang tua yang tengah sakit itu lantas memohon pada Arjuna agar bersedia menikahi putrinya.

Arjuna jelas menolak, tetapi bapak tua itu masih memohon dan terus memelas, iba agar Arjuna sudi menerima Sarah.

Pak Sardi semakin kritis, napasnya tampak semakin sesak. Sementara Sarah masih menangis di sebelah brankar ayahnya.

"Juna ...." lirihnya.

Arjuna menoleh yang hanya berdiri di dekat jendela ruangan.

"Arjuna," lirihnya lagi, sambil mengulurkan sebelah tangan. Pak Sardi tampak tidak berdaya.

"Arjuna, apakah kamu tuli?" tegas Sarah dengan pandangan tajam ke arah Arjuna.

"Sarah." Pak Sardi menoleh pada putrinya, Sarah menatapnya dan menggenggam tangan ayahnya.

"Mulai sekarang, jadilah wanita baik," pinta sang ayah.

Sarah mengangguk dengan air mata yang berlinang. "Papa cepat sembuh," pintanya.

"Arjuna ...." pak Sardi kian melirih.

Sarah yang cukup kesal kini beranjak dari duduknya dan mendekat ke hadapan Arjuna, hingga menarik lelaki itu untuk duduk di samping brankar.

"Kamu tuh tuli, ya?" ucap Sarah dengan ketus, tapi Arjuna sama sekali tidak ingin menghiraukannya.

"Sarah, mulai sekarang, kamu harus bersikap lembut," pinta pak Sardi sampai Sarah terdiam.

Pak Sardi menggenggam tangan Arjuna dan kembali meminta pria muda itu untuk menjaga Sarah.

"Aku mohon Juna, jagalah putriku. Dia tidak punya siapapun lagi," ucap pak Sardi.

"Aku akan menjaganya, Pak," ucap Arjuna, pak Sardi mengangguk.

"Papa, aku nggak mau dijaga sama Arjuna, aku nggak suka Arjuna. Aku juga nggak suka istrinya, siapa itu? Neng Senja? Aku muak dengannya!" ujar Sarah yang lalu berpaling.

Pak Sardi berusaha mengatur napas dan tidak ingin menghiraukan ocehan putrinya.

"Aku tahu, neng Senja adalah wanita yang baik, tolong sampaikan maafku padanya. Dan bimbinglah putriku bersama kalian," ucap pak Sardi.

Arjuna menatap dengan nanar.

"Aku tahu, kamu sangat mencintai istrimu. Untuk itu, aku percaya padamu, bahwa kamu juga pasti akan menjaga putriku," lirih pak Sardi, napasnya terdengar berat hingga ia memekik beberapa kali.

"Papa." Sarah semakin menangis di dekatnya.

"Juna, berjanjilah satu hal padaku," pinta pak Sardi, Arjuna masih memberinya tatapan nanar.

"Saya mohon, Bapak bisa suruh apapun padaku, tetapi jangan suruh aku untuk berjanji. Aku tidak sanggup," ucapnya.

"Berjanjilah ... Juna." Pak Sardi mulai merintih karena rasa sakit yang semakin menggerogoti dadanya.

Arjuna tidak berdaya untuk menolak permintaan pak Sardi agar menikahi putrinya.

Pak Sardi meneteskan air mata, meminta Sarah agar bergegas untuk menyiapkan segalanya dan menikah dengan Arjuna.

Sarah hanya bisa menangis, pun tak kuasa menolak keinginan ayahnya itu.

Di sisa napas yang ada, pak Sardi menghubungi Amil setempat untuk menikahkan Arjuna dan Sarah. Pengalamannya di lingkungan itu, tidaklah menyulitkannya untuk mencari siapapun yang beliau inginkan, karena koneksinya sudah luas dan pak Sardi begitu familiar diantara para pegawai pertambangan.

Hari pun berganti. Arjuna tak bisa berbuat apa-apa, hati dan pikirannya tidak dapat bekerja dengan semestinya. Ia hanya punya telinga dan mata untuk seperlunya, tubuh untuk dapat melakukan hal yang diinginkan oleh pak Sardi.

Sarah sudah mengenakan pakaian muslim yang rapih lengkap dengan hijab hingga menutup aurat. Begitupun dengan Arjuna yang kini sudah mengenakan kemeja putih, layaknya pengantin baru di perkampungan.

Pak Sardi menggenggam tangan Arjuna agar berjanji dan memintanya untuk menjaga putrinya.

"Aku berjanji ... akan menjaga putrimu," ucap Arjuna, hingga disusul oleh suara petir yang menggelegar.

Arjuna Senja√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang