20. Manis.

14.3K 1.9K 116
                                    

Semenjak terbangun dari koma, akhir-akhir ini emosi Kia sedang tidak stabil, kadang sedih, senang lalu melamun dan terus terulang bagaikan gadis labil. Sebenarnya itu bukan tanpa alasan, ia bingung, bingung langkah apa yang harus Ia ambil untuk tidak terkurung di kediaman Dragomir dan tidak terantai sebagai Ksatria. Ia ingin kabur, tapi itu mustahil.

Maka dari itu, Kia telah menyiapkan sesuatu yang menyenangkan untuk  menghabiskan waktu bersama Milla dan Teodor. Ia sudah meminta bantuan Butler Dhen untuk menyiapkan ini, Ia meminta Dhen untuk mengurus Teodor dan Ia akan mengurus Milla.

Omong-omong tubuhnya masih belum sembuh tapi Ia sedang berusaha untuk tetap beraktifitas. Ia berjalan menuju kamarnya, sedari kemarin Milla memilih untuk tidur bersamanya. Alasannya tidak ingin jauh-jauh dengan Kia, takut jika Kia kembali terluka dan mendiamkan dirinya. Sedari kemarin juga Milla tidak ada hentinya berbincang dengan Kia, untuk menarik seluruh atensi agar Kia kembali megeluarkan emosi dan menghilangkan tatapan kosong yang ada di matanya.

Kia memasuki kamarnya dan menemukan jika Milla sudah terbangun dan berpakaian rapi. Melihat kedatangannya, Milla berlari dengan riang dan memeluk kaki Kia. Milla mendongak, memberikan senyuman manisnya. "Mama, selamat pagi! "

Kia membalas senyuman Milla. "Pagi, apa tidur mu nyenyak? "

"Um! Semalam Milla bermimpi indah.  Milla dan Mama bermain bersama teddy bear yang besar. " Milla menceritakannya dengan antusias.

Kia menyimak dengan tenang. "Sepertinya seru sekali. "

Milla mengangguk. "Itu menyenangkan, karena tuan teddy bear mengajak Milla ke dunia permen. Di sana ada banyak sekali permen dan biskuit! "

"Terus apa yang Ludmilla lakukan di sana? " Tanya Kia, mendorong Milla untuk menceritakan lebih tentang mimpinya.

"Milla makan semua permen disana! Manis sekali, Mama harus coba. " Tertawa kecil, menggemaskan.

Atensi mereka terahlikan ketika mendengar ketukan pintu, pintu yang terbuka menampilkan Teodor. Melangkah mendekat, menghampiri Kia. "Aku sudah bilang untuk istirahat dan jangan banyak bergerak. Tidak ada yang sakitkan? " Tanya Teodor sambil mengelus pipi Kia.

Semenjak Ia terbangun dari komanya kemarin, Teodor mulai bersikap lebih aneh. Selalu memperhatikannya, selalu berada di sisinya dan suka sekali menyentuh. Tentu Ia merasa tidak nyaman, tapi Teodor sangat keras kepala saat Ia memintanya untuk berhenti bersikap aneh. Sebaliknya, Teodor semakin gencar mendekati Kia dan memberi perhatian yang berlebih. Karena malas meladeni, Ia membiarkan sikap Teodor asal tidak bertindak kelewatan. Jujur Ia tidak tahu apa yang sebenarnya Teodor lakukan.

Kia menjauhkan tangan Teodor dari pipinya. "Aku baik-baik saja. "

"Kau yakin? " terlihat binar kekhawatiran.

"Seperti yang Kau lihat, Aku sehat. "

"Baiklah, akan Aku anggap begitu tapi tetap tidak boleh kelelahan."

"Aku bahkan tidak melakukan apapun. "

"Tetap saja. Tabib menyarankan mu untuk banyak beristirahat. "

"Tapi Tabib melarangku untuk tidak banyak tidur. "

Milla yang terabaikan, mulai merasa jengah dengan tingkah Ayahnya yang terlalu berlebihan. Menarik kain celana Kia, mendongak memberian tatapan polos. "Mama sudah janji untuk bermain dengan Milla. Jadi tingkalkan Ayah dan kita pergi. "

Teodor menatap Milla tidak suka. "Kenapa parasit ini selalu menempel padamu? Menyusahkan. "

"Teodor, perkataanmu terlalu kasar dan itu tidak pantas untuk di dengar anak kecil. " Nasihat Kia.

Become Female Lead Stepmother!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang