14. Berlebihan.

18.1K 2.2K 203
                                    

Pagi ini adalah pagi yang cerah berbeda dengan suasana hati Kia yang suram. Sehari setelah kepulangannya, Teodor mulai bertingkah aneh dengan membatasi pergerakannya. Ia tahu jika Teodor melakukan itu untuk menghilangkan rasa bersalahnya tapi ini terlalu berlebihan. Ia hanya terluka dan bukan lumpuh. Millapun begitu, gadis kecil itu selalu di sisinya untuk mengawasi pergerakannya. Ayah dan anak sama saja, huft~

Kini Kia berada di dalam kamar bersama Milla yang tidak berhenti berceloteh di atas pangkuannya. Ia menanggapinya dengan antusias tanpa banyak bicara, Milla terlihat senang saat menceritakan hari-harinya di kediaman Dragomir meskipun tanpa kehadiara Kia. Syukurlah, Milla tidak terlihat kesepian.

"Seharusnya hari ini Mama membuat Pie bersama Milla. " Ucap Milla dengan raut sedih sambil memainkan helai rambut Kia.

"Ludmilla ingin membuat Pie? "

Milla mengangguk kecil. "Tapi Mama sedang sakit, Milla tidak ingin merepotkan Mama. "

Kia mengelus rambut Milla. "Mama tidak merasa di repotkan. Ayo kita membuat Pie. " Mengingat jika sebelumnya Ia sudah berjanji pada Milla untuk membuat Pie setelah kepulangannya dari ekspedisi.

"Mama yakin? Bagaimana jika luka Mama kembali terbuka. "

"Membuat Pie bukanlah pekerjaan berat, Mama bisa melakukannya tanpa harus berdiri. "

Milla terdiam, mencerna ucapan Kia. Ya Mamanya pasti kuat hanya untuk membuat Pie, mengangguk. Milla menatap Kia dengan binar senang. "Bisakah kita pergi sekarang? "

Kia tertawa kecil, akhirnya ia bisa bergerak. "Tentu saja. Ayo! " Mengangkat Milla dalam gendongannya, lalu berjalan dengan hati-hati menuju pintu tapi sialnya di sana sudah ada Teodor yang sedari tadi memperhatikan pembicaraan Ibu dan anak dalam diam.

"Turunkan dia. " Perintah Teodor, menatap Milla tajam.

Kia tidak menanggapi perintah Teodor sebaliknya bertanya. "Ada keperluan apa Archduke kemari? "

Teodor melangkah mendeket, merebut Milla dari gendongan Kia dan menurunkannya. "Sudah waktunya makan siang. "

Kia terkejut dengan pergerakan Teodor dengan menurunkan Milla. "Apa yang anda lakukan? "

"Dia sudah besar dan bisa berjalan. Jangan jadi parasit yang menyusahkan. " Diakhiri dengan menatap Milla bagaikan makhluk hina.

Tentu saja Kia yang mendengarkan itu merasa tidak terima. Apa-apaan itu, Ayah macam apa yang mengatai putrinya seorang parasit. "Sebagai Ayah, anda tidak pantas mengatakan hal buruk seperti itu pada putri anda. "

"Dia bukan putri ku. " Menatap lurus mata Kia, tidak merasa bersalah.

Milla meremat gaunnya, bergumam kecil kata-kata buruk yang mengutuk Ayahnya. Saking kecilnya, Kia dan Teodor tidak dapat mendengarkan gumaman Milla. Luar biasa, sepertinya Milla sudah mengabsen semua kata buruk, berharap jika Ayah bajingannya menghilang dan membiarkan Ia berduaan dengan Ibunya.

Tanpa aba-aba, Teodor mengangkat Kia Bride style. "Astaga apa yang anda lakukan, turunkan saya! "

"Kau tidak bisa berjalan. "

"Saya tidak lumpuh. Saya masih bisa berjalan walau pelan. Jadi turunkan Saya. " Pinta Kia.

Teodor menghiraukan ucapan Kia dan terus berjalan, meninggalkan Milla di belakang karena tidak bisa menyeimbangi kecepatan langkah Teodor. "Seperti ini lebih cepat. " Ucap Teodor tanpa menatap Kia.

Kia ingin memberontak tapi bagaimana jika Teodor menjatuhkan-nya? Bisa-bisa luka di kakinya kembali terbuka dan semakin parah. Belum lagi rasa sakit yang akan ia rasakan saat pantatnya menyentuh lantai, memikirkan-nya saja sudah membuat pantatnya ngilu. "Saya benar-benar dalam kondisi baik, Archduke.  Tolong turunkan saya. " Mohon Kia dengan halus, berharap jika Teodor menyanggupi permohonannya.

Become Female Lead Stepmother!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang