Happy reading!!!Dua hari telah berlalu, dan sekarang Haechan tengah menunggu jawaban dari seorang Mark. Mereka telah kembali ke rumah yang berada di hutan "Mark, apa jawabanmu?"
Mark mengulum bibir dalamnya, dua hari rasanya tak cukup untuk membuat keputusan yang baginya berat ini "Haechan aku.. Aku belum memutuskan apapun."
Haechan menghela nafasnya "aku harus kembali tak bisa menunggu jawabanmu, jadi buat keputusanmu saat ini Mark."
Mark memejamkan matanya, mengambil nafasnya yang dalam "aku tetap berada di sini Haechan." Mantapnya.
Haechan mengangguk mengerti, walaupun dia merasa perasaan yang membuat hatinya tercubit saat Mark memilih tetap pada dunianya "terimaksih telah menemaniku ke kota." Ujarnya yang diangguki oleh Mark, "pegang tanganku Mark." Haechan mengulurkan tangannya, "ayo, aku akan menghapus ingatanmu."
"Haechan, apakah tidak bisa aku terus mengingatmu?"
Haechan menggeleng "demi kelompok kami dan kelangsungan hidup kami, aku memang percaya kau baik tapi aku pernah mendengar jangan percaya pada siapapun tanpa terkecuali keluargamu." Haechan meraih kedua tangan Mark, "aku hanya berjaga-jaga takut kau mengatakan tentang kami semua." Haechan hendak memejamkan matanya dan membaca mantra sebelum tangannya di sentak oleh Mark.
"Haechan tunggu." Gugup Mark, dia tidak rela melupakan Haechan.
"Mark?"
Mark berdiri dari duduknya dan mengarahkan ke salah satu kotak yang terbuat dari kayu, dia kembali duduk memperlihatkan gelang yang sebelumnya Mark desain "aku membuat ini untuk aku jual, tapi kau lebih pantas untuk menggunakannya, gunakan ini selalu ya Haechan, jika kau nantinya kembali pada duniaku, siapa tau aku bisa mengingatmu kembali." Mark memasangkan gelang tersebut pada pergelangan tangan Haechan lalu setelahnya dia kembali menggenggam kedua tangan Haechan, "aku siap."
Haechan tersenyum tipis, dia memejamkan matanya dan membaca yang sering disebut mantra, lalu setelahnya tubuh Mark limbung jika Haechan tak berusaha menahannya, kembali membaca sebuah mantra hingga tubuh Mark melayang dan dan tergeletak di atas kasur "selamat tinggal Mark." Lirihnya.
Haechan melangkah keluar rumah, dia berdiri di depan rumah Mark dan menatap dengan teliti "aku pasti merindukan rumah ini apalagi dengan si pemilik."
Haechan berubah menjadi beruang, dia berlari ke dalam hutan dalam dan menghilang begitu saja. Mereka akan berpisah sampai waktu yang tidak bisa ditentukan.
Dalam sekejap mata Haechan langsung berada di tempat asalnya, semuanya tercengang dengan keberadaan Haechan yang tiba-tiba apalagi dia memang tengah dicari.
"Tuan Haechan, syukurlah anda kembali, ratu Ten tengah cemas pada keadaan anda."
Haechan mengangguk, dia berlari untuk sampai pada istana, menemui sang ibu lebih penting saat ini, dia harus menekuk lututnya dan bersujud dan meminta maaf padanya karena telah membuat cemas karenanya "ibu." Panggilnya, dia melihat sosok ibunya yang tengah termenung menatap jendela yang menampilkan pemandangan luar.
Ten menatap terkejut ke arah Haechan "nak." Lirihnya, dia hendak berdiri tapi Haechan terlebih dahulu menubruk tubuhnya hingga hampir terjatuh.
"Aku merindukan ibu." Memeluk dengan erat begitupula dengan Ten yang membalas pelukan itu.
"Jangan pergi lagi hiks." Tangis Ten pecah saat kembali dapat memeluk Haechan.
Haechan mengangguk, dia melepas pelukannya dan bersujud di doesn't Ten "maafkan aku ibu, membuat ibu khawatir karena kepergianku yang tiba-tiba dan tidak ada keterangan."
![](https://img.wattpad.com/cover/342738965-288-k169183.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bear Is My Soul Mate (Markhyuck)
FantasyMark adalah seorang pemahat dengan banyak pembeli karena kemisteriusannya, tidak ada yang tau di mana dirinya tinggal, jika ingin mengikuti selalu saja kehilangan jejak. Mark telah hidup di dalam hutan selama bertahun-tahun, hanya seorang diri, men...