Happy reading!!Haechan kembali melihat ke arah lubang yang ia buat, kakinya hendak melangkah untuk masuk ke dalam dimensi namun tubuhnya di tarik sangat kuat.
Bruk!
Tubuh Haechan terantuk dada Mark, berada di pelukannya dengan pinggang yang kini direngkuh sangat erat, melirik ke arah lubang yang Haechan buat yang kini tertutup dan berganti menjadi hutan.
Haechan mendorong tubuh Mark namun Mark sama sekali tidak melepas pelukannya "bisa kau lepas Mark, bagaimana jika istrimu melihat ini, aku tidak ingin dikenal sebagai perebut." Haechan kembali mendorong tubuh Mark sekuat tenaga hingga tubuh Mark limbung, "pergi Mark!" Pekik Haechan.
Haechan hendak menjauh tapi tubuhnya kembali ditarik oleh Mark, hendak bersuara sebelum bibirnya di serang oleh Mark, dia membungkam bibirnya agar Mark tak berbuat lebih, tapi dengan otaknya itu dia menggigit bibir Haechan hingga dia meringis kesakitan "aah ssh mmmph."
Lidah Mark masuk ke dalam mulut Haechan, dalam lumatannya dia tersenyum, lidahnya mengabsen deretan gigi Haechan dan menggelitik langit-langit mulut Haechan hingga dia melenguh.
Pikiran Haechan mengatakan jika ini salah, tapi dirinya tidak bisa melakukan apapun karena Mark terlalu kuat mendekapnya.
Beberapa menit kemudian ciuman Mark lepaskan, menatap wajahnya Haechan yang tengah memerah dan meraup nafas dengan rakus "kau ingin membunuhku?!" Kesal Haechan, nafasnya tersendat-sendat karena ulah Mark, ingin menepuk atau memukul Mark sebagai tanda jika dirinya kehabisan nafas namun tangannya tidak bisa digerakkan.
"Maaf, aku kesal karena kau terus tidak mendengarkanku."
"Apalagi Mark? Nara mengatakan kau telah menikah, aku tidak mungkin mengganggumu dan istrimu." Kini suara Haechan melembut, dia yakin jika dirinya emosi semuanya tidak akan selesai dengan cepat.
"Nara benar aku telah menikah, tapi tujuanmu datang kembali untuk apa?"
"Tidak untuk apa-apa, aku hanya sekedar berjalan-jalan dan ingin tau bagaimana perkembangan teknologi manusia." Bohongnya.
"Bukan untuk menemuiku?"
"Tidak."
Mark memeluk Haechan kembali dan menyembunyikan wajahnya pada perpotongan leher Haechan "aku merindukanmu Haechan." Lirihnya.
Haechan memejamkan matanya, ingin membalas pelukan Mark tapi rasa takut kembali menyergap dirinya, dia tidak bisa memeluk suami orang lain, sangat bertolak belakang dengan pendiriannya, di mana dirinya sangat benci dengan hubungan gelap dan pernikahan untuk kedua kalinya tanpa meninggal. Walaupun dia sebenarnya merasakan rindu yang mendalam, sosok yang tengah memeluknya walaupun sangat sebentar tinggal bersama, Mark telah mengisi seluruh hatinya, hanya namanya yang selalu terbayang, hanya dia yang ia inginkan walaupun sekarang tidak akan mungkin.
"Peluk aku Haechan."
Haechan memeluk Mark dengan erat, menyalurkan perasaan rindu dan cinta pada sosok laki-laki yang telah menikah "kau bahagia Mark?"
"Sangat." Mark bahagia bertemu dengan Haechan kembali, laki-laki manis yang mengisi seluruh hatinya, "jangan pergi lagi."
"Mark aku bertanya kau bahagia menikah dengan orang itu? Jika iya, tolong lepaskan pelukan ini, aku harus kembali, kau suami orang kenapa memeluk seperti ini." Haechan kembali mendorong Mark namun lagi-lagi Mark sangat erat memeluk dirinya.
"Haechan, aku bahagia bertemu denganmu bukan bahagia dengan pernikahan."
"Kau memiliki anak." Sendu Haechan, "ayo aku antar kau pulang, anakmu akan mencari dirimu."
"Haechan, aku memang menikah tapi aku tidak menginginkan hal ini, semuanya karena kecelakaan." Mark saat itu ingin merasakan meminum alkohol, dirinya mencoba dengan kadar alkohol yang rendah tapi dirinya yang memang tidak kuat akan alkohol karena baru mencobanya langsung membuat dirinya mabuk.
Seperti yang diduga jika dirinya dituduh melakukan hubungan badan dengan perempuan yang sekarang menjadi istrinya, Mark tidak bisa mengelak karena kondisinya dia dalam keadaan mabuk. Mark dengan pasrah menikahi perempuan itu dan bertanggung jawab atas anak yang bukan darah dagingnya, dari mana dirinya tau? Setelah kelahiran sang anak, dirinya langsung melakukan tes DNA yang hasilnya anak itu bukan anaknya, tapi Mark terlalu tidak tega untuk meninggalkan anak bayi itu yang sekarang telah ia anggap sebagai anaknya, anak itu tidak tau apa-apa, semuanya hanya karena kesalahan orang tuanya.
Mark menceritakan semuanya pada Haechan "aku tidak bisa mengelaknya Haechan, aku mohon tunggulah aku sebentar lagi agar hatiku bisa memastikan semuanya."
"Kau telah tau kebenarannya masih ingin memastikan apa?"
"Aku tidak bisa meninggalkan anak itu, hari-hariku diisi merawat anak itu Haechan, dari ia bayi hingga sekarang dia yang bisa bicara."
"Jika begitu kau harus bersama istrimu, aku akan pergi."
"Haechan!" Kesal Mark, "beri aku waktu lagi, saat itu kau memberiku waktu satu hari, sekarang beri aku waktu seperti itu lagi, aku mohon." Harapnya, dia ingin memutuskan yang mungkin akan mengubah hidupnya.
"Baik, aku memberimu waktu satu hari, besok malam jika dirimu tidak kembali maka aku akan langsung pergi."
Mark tersenyum senang kembali memeluk tubuh Haechan dan mengecup seluruh wajahnya "aku akan kembali dengan jawaban yang aku inginkan."
.
.
.
Mark saat ini berada di kamarnya, setelah dia melakukan perbincangan dengan Haechan segera dia kembali ke rumah sang istri, rumah yang ia tinggali adalah rumah istrinya, sangat besar dan terlihat mewah.Entah ini menyebutnya keberuntungan atau kesialan, istri Mark adalah seorang model majalah dengan bayaran yang tinggi, dan kenapa dia menggunakan dirinya tentang kehamilannya karena istrinya itu tidak ingin menghancurkan karirnya.
Mark berdecak keras, dulu dia kalut saat memilih dia akan tetap tinggal di dunia manusia atau akan ikut ke dunia beruang, lalu sekarang dia kembali berada di posisi itu dengan sedikit pertanyaan yang sama, apakah dirinya bersedia untuk tinggal ke negeri beruang, yang berbeda saat ini karena dirinya telah menikah, "bagaimana dengan Aera." Gumamnya, yang ia beratkan untuk meninggalkan dunia saat ini adalah Aera, bagaimana nasib anak itu jika dirinya meninggalkan sang anak, siapa yang akan merawatnya sedangkan sang istri sangat sibuk dengan dunia modelnya.
Mark memilih untuk membaringkan tubuhnya, dia sangat mengantuk saat ini hingga beberapa kali matanya tertutup "semoga aku mendapatkan jawaban yang pasti."
Keesokan paginya Mark telah bangun, sangat pagi dari pada penghuni rumah itu, dia mengernyit saat melihat seorang laki-laki yang tengah duduk dengan nyaman di sofa ruang keluarga, tungkainya ia bawa untuk mendekat ke arah laki-laki tersebut "permisi? Kau siapa?"
Laki-laki itu berbalik dan menunjukkan senyuman, dia berdiri dan nyodorkan tangan kanannya bermaksud untuk mengajaknya bersalaman, Mark menyambut tangan tersebut "perkenalkan nama saya Hee-Young Ayah kandung Aera."
Laki-laki tersebut berpikir jika dirinya akan mendapat bogem mentah atau makian kasar melihat bagaimana ekspresi terkejut Mark yang mulutnya tengah menganga "maaf saya baru berani datang, karena selama ini saya harus mencari uang."
Mark mengangguk "tidak apa-apa, tapi tujuanmu datang kemari untuk apa? Untuk bertemu dengan Aera saja atau bersama ibu kandung Aera."
"Keduanya, ada hal yang ingin saya bicarakan termasuk pada anda."
"Oh, sebentar lagi mereka akan bangun, kau duduk dengan tenang di sini, aku harus membersihkan tubuhku dulu."
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bear Is My Soul Mate (Markhyuck)
FantasíaMark adalah seorang pemahat dengan banyak pembeli karena kemisteriusannya, tidak ada yang tau di mana dirinya tinggal, jika ingin mengikuti selalu saja kehilangan jejak. Mark telah hidup di dalam hutan selama bertahun-tahun, hanya seorang diri, men...