1

4.4K 285 24
                                    


Happy reading

Mark, nama seorang pemuda desa yang sedang mencari ranting pohon, pakaiannya compang-camping dengan kepala yang di tutupi topi, topi kerucut yang terbuat dari bambu.

Dia hidup di pedalaman hutan, saking jauhnya hanya dia seorang yang tinggal sendiri, tidak ada tetangga dan siapapun, siapa yang akan memilih tinggal di dalam hutan dengan fasilitas terbatas, hanya Mark seorang.

Dengan bermodal kapak, dia berjalan menyusuri hutan yang telah ia ingat betul jalannya, minim kemungkinan dia tersesat. Kepalanya bergerak ke kanan dan kiri, matanya menajam untuk mencari suatu hal selain ranting ataupun kayu, dia mencari hal apa saja yang bisa di makan.

Mark berhenti bergerak setelah mendengar suara, itu terdengar seperti suara beruang madu. Mark mencoba mencari asal suara, menyibak semak-semak yang menghalangi jalannya, hingga dia menemukan beruang kecil yang terjebak oleh perangkap yang di buat Mark "astaga." Pekik Mark, perangkap itu ia buat bukan untuk menangkap burung atau babi, tapi kenapa beruang yang ia dapatkan, "tidak ada babi guling, apa beruang guling juga enak?" Gumamnya, dia belum pernah memakan daging beruang selama hidupnya, "tapi mungkin akan aku coba."

Mark melepaskan beruang kecil itu, tentu hewan itu bergerak agresif namun Mark dapat menenangkannya, dia membawa beruang tersebut ke rumah miliknya.

Masuk ke dalam rumah yang tidak terlalu besar, meletakkan kapaknya lalu dia beralih untuk meletakkan beruang kecil itu di atas kayu, meraih pisau yang sangat tajam, tangan Mark berposisi untuk melukai leher beruang itu. Namun mata beruang itu berubah sedih, dengan suara ringkikan yang di hasilkan oleh beruang itu, Mark layaknya patung, tangannya tetap di atas udara dengan pisau di genggamannya.

Menghembuskan nafas panjang lalu meletakkan pisau yang ia genggam sebelumnya ke tempat semula "aku tidak tega." Gumamnya.

Mark melepaskan beruang itu, membiarkannya untuk pergi menjauh, lalu Mark kembali meraih kapak miliknya untuk kembali berburu, melihat perangkapnya yang ia buat apakah terdapat hewan yang dapat di makan atau tidak.

Setelah setengah jam Mark melihat perangkap miliknya satu persatu, dia hanya mendapatkan beberapa burung yang cukup untuk ia makan dalam dua hari kedepan, ukuran burung tersebut cukup besar.

Mark pikir beruang yang tadi ia tangkap telah pergi, tapi ternyata beruang itu tetap berada di depan pintu rumah miliknya, kehujanan, seperti Mark sendiri, dia juga terkena hujan. Cuaca saat ini tidak bisa di tebak, apalagi dengan Mark yang tidak memiliki ponsel canggih.

Mark membuka pintu, dia menolehkan kepalanya menatap beruang itu dengan alis terangkat "kau ingin berteduh?" Tanyanya, terdengar gila karena ia berbicara dengan hewan, tapi ia lakukan secara tiba-tiba.

Mark membuka pintunya lebar-lebar, berdiri di samping pintu memberikan ruang untuk beruang kecil itu masuk "ayo masuk, melihat tubuhmu yang kecil atau di katakan mungil itu, aku juga tidak tega." Ujar Mark.

Mark membiarkan beruang itu untuk berkeliaran di dalam rumah miliknya, anggap saja dia membutuhkan teman, lama rasanya dia tidak berbicara dan sekrang dia akan berbicara itupun dengan hewan.

Mark membakar burung hasil tangkapannya itu, yang biasanya ia hanya makan seorang diri sekarang ia membaginya dengan beruang kecil itu "makanlah, nanti kau bisa pergi kembali ke tempat asalmu." Bukan maksud mengusir, orang tua dari beruang kecil itu pasti khawatir, anak kecilnya tak kunjung kembali.

Tapi ternyata beruang itu tak mau keluar dari rumahnya, Mark mencoba menggendong beruang itu lalu meninggalkannya di sedikit lebih dalam pada hutan, tapi tetap saja berung itu kembali ke depan rumahnya, membuat Mark menyerah "biarkan saja, anggap saja sebagai temanku." Beruang itu sekarang memeluk kaki Mark, mengikuti langkah kaki milik Mark, dan setiap langkahnya dia mengeluarkan suara seolah memekik senang.

"Apa sekarang aku terlihat seperti pengasuh beruang?" Gumamnya.

Hari mulai gelap, Mark yang biasanya tidur seorang diri, tapi untuk saat ini dia tidur di temani oleh seekor beruang kecil, di peluknya beruang itu cukup erat, gempal dan empuk, rasanya Mark ingin merematnya kuat, gemas.

Pukul 24:00, Mark yang terlelap dari tidurnya tidak sadar jika beruang yang ia peluk berubah menjadi sosok laki-laki manis, memiliki kulit coklat madu dengan rambut yang berwarna emas.

Menyingkirkan tangan Mark dari sisi pinggangnya, lalu pergi ke arah tempat dimana Mark biasanya menyimpan beras, meniupnya perlahan dan ajaib, tempat itu kembali penuh dengan beras.

Tersenyum kecil, dia kembali menjadi beruang setelah melakukan hal tadi, kembali berada di pelukan Mark dan sedikit mengusakkan wajahnya pada dada Mark, dia senang karena merasakan hangatnya.

Paginya tentu Mark terkejut dengan beras yang penuh, dia ingat jika beras yang ia miliki tinggal sedikit, dan memang saatnya dia untuk keluar dari hutan dan membeli beberapa keperluan dirinya dengan membawa pahatan kayu untuk ia jual.

Mark adalah seorang seniman kayu, dia cukup terkenal karena pahatannya yang bagus dan halus, dan uniknya lagi tidak ada yang tau dimana kediaman Mark ini, membuat semua pelanggannya bertanya-tanya, dan jika bertanya tempat tinggalnya, maka Mark akan menjawab "aku tinggal di bumi." Sungguh jawaban yang mengesalkan, tapi itu yang menjadi keunikan dan daya tarik dari Mark hingga Mark di tunggu-tunggu kehadirannya untuk kembali menjual ukuran kayunya.

Pendapatan yang ia dapatkan cukup untuk hidupnya satu bulan kedepan, dan sekarang sudah saatnya dia bekerja keluar hutan. Seharusnya seperti itu, tapi jika beras yang ia miliki masihlah banyak, dia tidak jadi untuk keluar dari hutan, untuk lauk dia bisa mendapatkannya di sekitar hutan.

Mark menatap beruang yang masih terlelap itu, dia memliki perasaan aneh pada beruang itu, bagaimana bisa beruang memiliki tubuh yang mungil, padahal Mark yakin jika beruang itu memiliki umur yang sama dengannya.

"Ini bukan cerita dongeng Mark." Gumamnya untuk menyanggah pikirannya yang sedang berfantasi.

Berhari-hari Mark hidup bersama beruang tersebut, dia telah terbiasa dengan keberadaan beruang itu, membagi makanannya secara merata, Mark sedikit bersyukur dengan adanya beruang itu, dia tidak lagi merasakan kesepian.

Pagi ini Mark akan bersiap pergi ke sungai untuk memancing ikan, tentunya bersama beruang kecilnya itu. Mark mengangkat tubuh beruang itu agar berada di gendongannya. Melangkah menyusuri hutan dengan sesekali Mark yang menyibak semak-semak.

Tiba pada sungai Mark menyiapkan pancingannya, dengan bermodal cacing dia melempar kainya pada aliran sungai yang tak begitu deras, memancing terkenal akan kesabarannya, tapi hampir setengah jam Mark tak mendapatkan ikan satupun, dia menggulung kembali tapi pancingannya dia akan memilih untuk pulang dan memakan yang lain, dia juga lupa jika masih ada daging burung.

Kalian mungkin bertanya-tanya, apakah daging yang Mark sisakan untuk beberapa hari kedepan tidak akan busuk jika tidak menggunakan lemari pendingin? Mark adalah seseorang yang cerdik, dia menggunakan dua cara yaitu mengubur dan mengasap daging agar lama untuk pembusukan.

Bersambung...

Lanjut?

The Bear Is My Soul Mate (Markhyuck) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang